Kisah Pedih Peraih Emas SEA Games 1979 yang Jadi Tukang Becak

Kisah Pedih Peraih Emas SEA Games 1979 yang Jadi Tukang Becak

Jemmi Purwodianto - detikJatim
Rabu, 19 Okt 2022 17:03 WIB
Atlet SEA Games yang pernah mengharumkan nama Indonesia kini menjadi tukang becak
Atlet SEA Games yang pernah mengharumkan nama Indonesia jadi tukang becak (Foto: Jemmi Purwodianto/detikJatim)
Gresik -

Nasib atlet sepeda asal Surabaya ini tak semulus laju sepeda yang dikayuhnya. Meski pernah mengharumkan nama Indonesia di kancah Internasional, sang atlet kini harus mendulang rupiah dengan menjadi tukang becak.

Pria bernama Suharto ini pernah menyabet dua medali emas di ajang SEA Games. Namun, nasib baik tak menghampiri warga Semampir, Surabaya ini.

Belum lekang di ingatan Suharto saat-saat ia menjadi juara 1 dalam SEA Games Malaysia untuk nomor Team Time Trial jarak 100 kilometer. Suara teriakan penonton pada tahun 1979 lalu, masih terngiang di telinga pria 70 tahun itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bersama ketiga rekannya saat itu, tim balap sepeda Indonesia sukses menumbangkan Malaysia dan Thailand.

Pencapaian manis Suharto tak hanya terjadi di SEA Games 1979. Dua tahun sebelumnya, pada SEA Games 1977 yang berlangsung di Thailand, Suharto melambungkan nama Indonesia dengan menyabet dua medali perak. Dia mendapatkannya dari nomor jalan raya kategori beregu dan perorangan.

ADVERTISEMENT

Namun, apa yang sudah diraih Suharto tak membuat hidupnya mapan. Karir manisnya itu berakhir ketika ia memutuskan pensiun menjadi atlet pada 1981. Ia kini harus banting tulang mengayuh becak untuk menghidupi keluarga.

"Setelah berhenti dari atlet, untuk menyambung hidup, saya terpaksa harus menjadi tukang becak selama puluhan tahun," kata Suharto kepada detikJatim, Rabu (19/10/2022

Suharto mengatakan, selain menjadi tukang becak, kadang ia juga menerima pekerjaan serabutan. Mulai jadi kernet angkutan kota hingga sopir truk minyak tanah.

"Sebelum LPG ada, saya juga pernah jadi sopir minyak tanah. Apa saja pernah saya lakukan, yang penting buat menyambung hidup untuk keluarga," tambah Suharto.

Meski mengalami kehidupan yang sulit, Suharto berusaha tegar dalam menjalani kehidupannya. Ia juga kerap menerima banyak janji manis pemerintah, namun hal ini tak pernah terpenuhi. Termasuk, pernah dijanjikan Mendagri kala itu untuk menjadi PNS.

"Padahal sudah dapat surat rekom dari mendagri saat itu siapa lupa namanya. Tapi jangankan jadi PNS, dipanggil saja tidak," kata Suharto.

Bahkan, hingga pada tahun 2021, ia tak pernah mendapat bantuan atau santunan dari pemerintah. Ia pun memutuskan untuk berpindah ke Gresik usai diajak keponakannya pindah.

"Selama 40 tahun saya menjadi tukang becak, saya tidak menerima bantuan apapun dari Pemkot Surabaya kala itu. Jangankan bantuan uang tunai, sembako saja saya nggak pernah menerima dari pemkot. Cuma ditanya-tanya saja, tapi praktiknya nggak ada. Karena keponakan saya kasihan, akhirnya disarankan pindah ke Gresik," tutup Suharto.




(hil/dte)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads