Kesaksian Warga soal Kengerian Jalur Maut Cangar-Pacet Mojokerto

Sorot

Kesaksian Warga soal Kengerian Jalur Maut Cangar-Pacet Mojokerto

Enggran Eko Budianto - detikJatim
Sabtu, 15 Okt 2022 12:35 WIB
Jalur maut Cangar-Pacet
Jalur maut di Cangar-Pacet (Foto: Enggran Eko Budianto/detikJatim)
Mojokerto -

Bagi penduduk Dusun Pacet Selatan, Desa/Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto, kecelakaan seolah menjadi makanan sehari-hari. Karena, saking seringnya kendaraan rem blong ketika melalui jalur maut Cangar-Pacet.

Karakter jalur Cangar-Pacet yang mayoritas berupa turunan curam, panjang dan relatif lurus memicu seringnya kecelakaan yang merenggut korban jiwa. Ternyata, tingginya kecelakaan di jalan provinsi ini sudah terjadi selama puluhan tahun.

Jalur maut itu membentang sekitar 12 Km dari Dusun Cangar, Desa Tulungrejo, Bumiaji, Kota Batu sampai Tikungan Gotekan di Dusun Pacet Selatan, Desa/Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto. Dari jumlah itu, sekitar 4 Km masuk wilayah Bumi Majapahit. Yaitu dari kawasan wisata Sendi sampai Gotekan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebagai penduduk Pacet Selatan, Soleh Hudin alias Udin (46) mengetahui seluk beluk jalur maut ini. Terlebih lagi, ia sering membantu para korban kecelakaan sejak tahun 1996. Jalur Cangar-Pacet selesai diaspal tahun 1994 hingga 1995. Kala itu, lebarnya hanya 4 meter. Sehingga jalan provinsi ini mulai dilalui kendaraan.

Sehari-hari, Udin secara sukarela berjaga di warung kopi milik Ria (60), persis di sebelah timur Tikungan Gotekan, Dusun Pacet Selatan. Karena selain bertani, ia juga bekerja menjaga kebun dan vila milik orang Surabaya di sebelah utara tikungan tersebut. Di tikungan tajam dan curam ini lah kecelakaan paling sering terjadi.

ADVERTISEMENT

"Sudah tidak bisa dihitung berapa kali kecelakaan di sini sejak dulu sampai sekarang, ribuan. Dulu sepeda motor jarang lewat sini. Yang kecelakaan mobil," kata Udin mengawali ceritanya saat berbincang dengan detikJatim di lokasi, Sabtu (15/10/2022).

Sekam penyelamat di jalur maut cangar pacetSekam penyelamat di jalur maut Cangar-Pacet Foto: Enggran Eko Budianto/detikJatim/file

Selain itu, lanjut Udin, kecelakaan juga sering terjadi di turunan AMD sekitar 2 Km di atas atau di sebelah selatan tikungan Gotekan. Kala itu, mayoritas mobil yang mengalami rem blong hingga celaka di tikungan Gotekan. Bahkan, sebagian mobil terjun ke jurang setelah menabrak pagar besi pembatas jalan atau guardrail di tikungan karena rem blong.

"Dulu korban banyak yang mati. Yang korbannya banyak dan tak terlupakan mobil Carry korbannya 7 meninggal. Saat itu, awal jalan ini dibuka setelah diaspal tembus Cangar. Para korban karyawan pabrik kertas," ungkapnya.

Sejak jalur Cangar-Pacet diperlebar menjadi 6 meter sebelum tahun 2010, kecelakaan paling sering melibatkan pengendara sepeda motor. Sebab, jalur ini semakin ramai dilalui masyarakat untuk berwisata. Intensitas kecelakaan di tikungan Gotekan dan AMD mencapai rekor 21 kali hanya dalam satu hari pascapandemi COVID-19 tahun ini.

Menurutnya, mayoritas kecelakaan tunggal dialami pengendara sepeda motor jenis matic. Kondisi jalur Cangar-Pacet berupa turunan curam, panjang dan lurus membuat sepeda motor matic mengalami rem blong. Sistem rem tak berfungsi karena terlalu panas setelah ditekan terlalu lama selama melalui jalur ekstrem ini.

Upaya mengurangi fatalitas korban kecelakaan pun dilakukan pemerintah dengan membangun 2 jalur penyelamat di Pacet Selatan. Namun, hanya 1 jalur penyelamat yang selama ini berfungsi. Yaitu di ujung tikungan Gotekan. Lantai jalur ini diisi sekam untuk menghambat laju kendaraan yang rem blong. Ujungnya diberi tumpukan karung berisi sekam untuk meredam benturan.

"Buat minim seminggu 11 kali. Yang luka parah 50 persen. Dalam sebulan 1-2 orang meninggal," jelas Udin.

Jalur maut Cangar-PacetSekam yang dipasang di jalur maut Cangar-Pacet Foto: Enggran Eko Budianto/detikJatim

Tingginya kecelakaan di jalur Cangar-Pacet mengundang keprihatinan para relawan. Mereka mulai berjaga di turunan AMD sejak sekitar 10 tahun lalu. Kala itu, Udin direkrut menjadi Humas Relawan Welirang Community. Selain komunitas ini, bergabung juga relawan Team Stress Adventure (TSA). Setiap akhir pekan mereka mengimbau para pengguna jalan untuk berhenti mendinginkan sistem rem.

"Kami melihat tangan pengemudi, kalau tarikan remnya mau mepet handgrip motor, kami wajibkan berhenti. Juga kalau sudah bau sangit rem. Banyak juga yang ngeyel tidak mau berhenti, ujung-ujungnya remnya blong," terangnya.

Menurut Udin penjagaan para relawan di turunan AMD mampu mengurangi kecelakaan di akhir pekan. Sehingga saat ini rata-rata tinggal 3-4 kali kecelakaan akibat rem blong di hari Sabtu-Minggu atau hari libur nasional. Sayangnya penjagaan serupa tidak bisa dijumpai selama hari biasa.

Warga cerita kecelakaan-kecelakaan ngeri yang pernah terjadi di jalur Cangar-Pacet. Baca di halaman selanjutnya!

"Sebelum ada aksi relawan satu pekan sampai 30 laka, fatalitas korban juga tinggi, patah tulang, meninggal," tandasnya.

Sementara itu, warga lain mengaku ada sejumlah peristiwa kecelakaan yang membekas di ingatannya. Cerita tentang ngerinya kecelakaan di jalur Cangar-Pacet salah satunya datang dari Ria (60), warga Dusun Pacet Selatan.

Sehari-hari, ia mengelola toko kelontong dan warung kopi persis di sebelah timur tikungan Gotekan. Sebagai gambaran, jalan di lokasi ini menurun curam dari arah selatan ke utara. Sampai di tikungan Gotekan, jalan berbelok tajam ke kiri dan terus menurun curam.

Jalur maut Cangar-PacetRambu yang dipasang di jalur maut Cangar-Pacet Foto: Enggran Eko Budianto/detikJatim

Tikungan inilah yang kerap kali menjadi lokasi akhir mobil maupun sepeda motor yang rem blong terhenti. Tentu saja setelah masuk ke jalur penyelamat di ujung tikungan yang permukaannya diisi sekam. Sering kali kendaraan yang celaka menghantam tumpukan karung berisi sekam ban bekas dengan kecepatan tinggi.

"Karena sudah sering, saya sudah terbiasa melihat kecelakaan di sini. Saya asli sini, meski sehari 8 sampai 9 kali kecelakaan saya tahu," kata Ria saat berbincang dengan detikJatim.

Sebagai penduduk asli Pacet Selatan yang rumahnya paling dekat dengan tikungan Gotekan, Ria mengaku sering menolong korban kecelakaan. Kecuali korbannya berdarah-darah, ia tak sanggup memberi pertolongan karena takut. Oleh sebab itu, terdapat 2 tandu pemberian polisi di rumahnya.

"Kalau tidak berdarah saya berani menolong, itupun karena terpaksa ketika sepi orang," terangnya.

Kecelakaan maut yang menewaskan 7 orang sekaligus paling membekas di ingatan Ria. Ketika itu, sebuah mobil Suzuki Carry mengalami rem blong dari arah Cangar. Mobil yang berpenumpang karyawan pabrik kertas itu terjun ke jurang di sebelah barat tikungan Gotekan usai menabrak guardril.

"Kecelakaan mobil Carry saya takut. Suami tahlilan, menjelang isya. Korban 7 orang meninggal, jenazahnya sampai dijajar di teras toko saya," ungkapnya.

Sekam penyelamat di jalur maut cangar pacetSekam penyelamat di jalur maut Cangar-Pacet Foto: Enggran Eko Budianto/detikJatim/file

Meski terbiasa melihat kecelakaan di tikungan Gotekan, Ria tetap merasa kasihan terhadap para korban. Terlebih lagi sebagai seorang ibu, ia paling terenyuh ketika melihat korban anak-anak.

"Apalagi korbannya ada anak kecil yang menangis, saya ikut bingung, buru-buru mencarikan ambulans atau pikap untuk membawa korban ke rumah sakit," jelasnya.

Kecelakaan mobil Carry yang menewaskan 7 orang itu juga menjadi memori tak terlupakan bagi Soleh Hudin (46), warga Pacet Selatan. Ia kerap melihat langsung kecelakaan di tikungan Gotekan. Karena hampir setiap hari ia bersiaga di warung Ria untuk menolong korban kecelakaan. Aktivitas ini ia lakukan sejak sekitar tahun 1996 silam.

Rupanya Soleh mempunyai pengalaman lain yang juga membekas di memorinya. Yaitu ketika satu keluarga terdiri dari suami, istri dan 2 anak kecil menabrak mobil Suzuki Carry warna putih di atas tikungan Gotekan. Karena sepeda motor matik yang dikendari keluarga itu mengalami rem blong saat melalui turunan curam jalur Cangar-Pacet.

"Saat itu liburan tahun baru, saya lupa tahun berapa. Dua anak kecil terlempar ke atas mobil, lalu jatuh ke jalan, mati. Istrinya meninggal juga. Yang suaminya tulang pahanya sampai mencuat," jelasnya.

Jalur maut Cangar-Pacet mempunyai turunan yang curam. Kemiringan jalan menurun itu mencapai 32 persen atau sekitar 16 derajat. Padahal, kemiringan turunan yang aman maksimal di angka 22 persen. Kondisi ini membuat banyak kendaraan matik rem blong. Karena kendaraan bertransmisi otomatis hanya mengandalkan rem untuk melalui jalur ini.

Jalur maut Cangar-PacetJalur maut Cangar-Pacet Foto: Enggran Eko Budianto/detikJatim

Jalan provinsi ini menghubungkan Cangar di Kecamatan Bumiaji, Kota Batu dengan Pacet, Kabupaten Mojokerto. Jarak kedua wilayah tersebut sekitar 12 Km. Jalur ini ramai dilalui wisatawan setiap akhir pekan dan hari libur nasional. Sebab banyak pilihan destinasi wisata di Cangar dan sekitarnya.

Menurut relawan Welirang Community, rata-rata terjadi 11 kali kecelakaan di tikungan Gotekan, jalur Cangar-Pacet dalam sepekan. Korban meninggal dunia 1-2 orang dalam sebulan. Sedangkan Satlantas Polres Mojokerto mencatat hanya terjadi 20 kecelakaan sejak awal 2022 sampai bulan ini. Jumlah korban tewas 3 orang, 1 luka berat dan 26 luka ringan.

Halaman 2 dari 2
(hil/sun)


Hide Ads