Bahaya Kendaraan Matik Saat Lewat Jalur Maut Cangar-Pacet Mojokerto

Sorot

Bahaya Kendaraan Matik Saat Lewat Jalur Maut Cangar-Pacet Mojokerto

Enggran Eko Budianto - detikJatim
Sabtu, 15 Okt 2022 13:26 WIB
Jalur Cangar-Pacet yag rawan kecelakaan
Jalur Cangar-Pacet yang rawan kecelakaan/(Foto: Enggran Eko Budianto/detikJatim)
Mojokerto -

Jalur maut Cangar-Pacet dinyatakan tak aman untuk dilalui kendaraan matik. Namun, mobil maupun sepeda motor bertransmisi otomatis itu masih saja diperbolehkan melintas di jalan provinsi ini. Tak pelak, kecelakaan akibat rem blong terus saja terjadi.

Kadis Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman dan Perhubungan Kabupaten Mojokerto, Rachmat Suharyono mengatakan, turunan curam di jalur Cangar-Pacet sekitar 12 km. Spot 1 dari pabrik jamur di Desa Sumber Brantas, Bumiaji, Kota Batu sampai Jembatan Kembar Cangar sekitar 4 km dan spot 2 sekitar 4 km dari jembatan kembar sampai kawasan wisata Sendi.

Sedangkan spot 3 sekitar 4 km dari Sendi sampai tikungan Gotekan. Kawasan wisata Sendi maupun Gotekan masuk wilayah administrasi Dusun Pacet Selatan Desa/Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Panjangnya jalan menurun membuat kendaraan matik kerap rem blong ketika sampai di spot 3. Kendaraan nonmatik juga mempunyai risiko yang sama jika pengemudinya ugal-ugalan atau tidak memahami cara melalui jalan ini.

"Terakhir yang paling fatal di spot ketiga dari Sendi sampai Gotekan sekitar 4 Km. Karena 2 spot sebelumnya pengendara sudah mengerem. Jadi, kemampuan kampas rem sudah berkurang karena panas sampai di spot ini," kata Rachmat kepada detikJatim, Jumat (14/10/2022).

ADVERTISEMENT

Rachmat mengamini selama ini yang paling sering celaka di jalur Cangar-Pacet adalah pengemudi kendaraan matik. Khususnya sepeda motor. Sebab, kendaraan jenis ini didesain tidak untuk melewati jalur pegunungan.

Jalur ekstrem Cangar-Pacet, MojokertoJalur ekstrem Cangar-Pacet, Mojokerto Foto: Enggran Eko Budianto

Pengendara hanya mengandalkan rem ketika melalui jalan menurun yang panjang. Sehingga, sering kali rem gagal berfungsi karena terlalu panas.

"Kesadaran masyarakat masih rendah bahwa kendaraan matik hanya untuk medan perkotaan, bukan pegunungan," terangnya.

Jalur Cangar-Pacet merupakan jalan provinsi yang menjadi kewenangan Pemprov Jatim. Rachmat mengaku tak pernah mengusulkan untuk melarang kendaraan matik melintasi jalur ini. Ia hanya berharap pihak berwenang menetapkan kelas jalan Cangar-Pacet. Sehingga, ada klasifikasi kendaraan yang boleh dan tidak boleh melintas.

"Karena bukan kewenangan kami, yang kami usulkan penanganan jangka pendek dan jangka panjang. Karena sudah berkali-kali memakan korban terus," cetusnya.

Sementara itu, Kasubbag Tata Usaha UPT Pengelolaan Jalan dan Jembatan (PJJ) Mojokerto Dinas PU Bina Marga Jatim Pranoto Adi berpendapat, jalur Cangar-Pacet seharusnya ditutup. Karena sudah banyak masyarakat yang tidak selamat melewati jalur maut ini.

"Menurut peraturan perundangan, mestinya jalan itu ditutup. Karena banyak yang tidak selamat lagi. Namun, kami melihat kebutuhan ekonomi masyarakat Pacet, Batu, Tahura, Perhutani. Ini perlu kami pertimbangkan, kami tidak boleh mematikan ekonomi masyarakat. Maka perlu win-win solution," jelasnya.

Pranoto mengatakan, pihaknya telah menyurvei jalur maut Cangar-Pacet bersama sejumlah instansi terkait tahun 2021. Ketika itu, petugas dari Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) juga ikut ke lokasi.

Padahal, kemiringan yang aman maksimal di angka 22 persen. Oleh sebab itu, jalur ini sangat tidak aman, khususnya bagi pengguna kendaraan matik.

"Katakanlah motor tidak direm, dilepas dari atas sampai bawah lajunya bisa sampai 120-130 Km/Jam. Mobil juga sama," kata Pranoto.

Kesaksian warga sering lihat kecelakaan. Baca di halaman selanjutnya!

Survei tersebut, lanjut Pranoto juga melibatkan salah satu pabrikan otomotif besar di tanah air. Menurutnya pihak pabrikan tidak menyarankan kendaraan matik digunakan ke rute pegunungan. Karena mobil dan sepeda motor matik didesain untuk jalanan kota atau wilayah dataran rendah yang relatif datar.

"Mereka (pabrikan) tidak menyarankan matik untuk ke gunung, hanya untuk jalan datar. Kami sudah imbau masyarakat agar tak pakai kendaraan matik lewat jalur itu," jelasnya.

"Imbauan kami jangan pakai kendaraan matik untuk lewat di jalur itu. Kalau pakai matik, sering-sering istirahat untuk menormalkan rem," tambah Pranoto.

Titik kecelakaan paling sering terjadi di tikungan Gotekan, Dusun Pacet Selatan, Desa/Kacamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto. Kendaraan rem blong ketika melaju dari arah Cangar, lantas menghantam tumpukan karung berisi sekam dan ban bekas di jalur penyelamat. Kecelakaan didominasi pengendara sepeda motor matik.

"Paling sering Honda Vario. Perbandingannya kalau BeAT satu kali, Vario 10 kali. Ditambah rata-rata yang kecelakaan boncengan melebihi beban yang mampu ditahan motor. Membuat laju motor di turunan makin kencang," ujar Soleh Hudin (46), warga Pacet Selatan yang biasa menolong korban kecelakaan di tikungan Gotekan.

Pemilik bengkel sepeda motor di Pacet Selatan, Roni Setiawan (22) berpendapat, sepeda motor matik dengan sistem pengereman kombinasi yang paling rawan rem blong. Itu berdasarkan pengalamannya selama 4 tahun membuka bengkel di kampungnya. Karena rem model kombinasi tidak bisa digunakan bergantian ketika melewati turunan curam dan panjang.

"Kalau kombi direm belakang, rem depan ikut. Rem blong terlalu sering ngerem, gesekan antara kampas dan piringan cakram menimbulkan panas. Panas membuat minyak rem menguap atau naik ke atas. Sehingga sistem hidrolis untuk menggerakkan piston supaya menekan kampas rem ke piringan cakram, tidak berfungsi," jelas lulusan Teknik Kendaraan Ringan (TKR) SMK swasta di Mojokerto ini.

Sekam penyelamat di jalur maut cangar pacetSekam penyelamat di jalur maut Cangar-Pacet Foto: Enggran Eko Budianto/detikJatim

Sementara itu, Kasat Lantas Polres Mojokerto AKP Bayu Agustyan mempunyai teori berbeda. Ia menduga sepeda motor matik rentan rem blong di jalur maut Cangar-Pacet karena faktor kelebihan beban. Artinya, bobot pengemudi dan penumpang melebihi berat maksimal yang direkomendasikan pabrikan. Namun, teori ini akan lebih dulu ia konfirmasi ke dealer.

"Akan kami koordinasikan dulu dengan para pihak pemegang merek, baik Honda, Yamaha, Suzuki. Apakah matik memang ada sistem pengeremannya yang tak mampu menahan beban yang overload sehingga kendaraan mengalami rem blong," ungkapnya.

Bayu berencana menggelar aksi nyata untuk mengurangi kecelakaan di jalur Cangar-Pacet. Yaitu dengan memasang banner imbauan agar para pengguna kendaraan matik tidak melalui jalur maut tersebut. Khususnya bagi pengguna matik yang turun dari arah Cangar dan Sendi menuju Pacet.

"Kalau larangan (kendaraan matik melintas) tidak. Karena sekarang ini hampir 80 persen masyarakat pakai matik, pasti akan merugikan kalau dilarang. Jalur itu jalur vital masyarakat untuk mobilitas perdagangan dan wisata. Kalau kami larang akan kontra produktif dengan masyarakat," imbuhnya.

Jalur maut Cangar-Pacet mempunyai turunan yang curam. Kemiringan jalan menurun itu mencapai 32 persen atau sekitar 16 derajat. Padahal, kemiringan turunan yang aman maksimal di angka 22 persen. Kondisi ini membuat banyak kendaraan matik rem blong. Karena kendaraan bertransmisi otomatis hanya mengandalkan rem untuk melalui jalur ini.

Jalan provinsi ini menghubungkan Cangar di Kecamatan Bumiaji, Kota Batu dengan Pacet, Kabupaten Mojokerto. Jarak kedua wilayah tersebut sekitar 12 Km. Jalur ini ramai dilalui wisatawan setiap akhir pekan dan hari libur nasional. Sebab banyak pilihan destinasi wisata di Cangar dan sekitarnya.

Menurut relawan Welirang Community, rata-rata terjadi 11 kali kecelakaan di tikungan Gotekan, jalur Cangar-Pacet dalam sepekan. Korban meninggal dunia 1-2 orang dalam sebulan. Sedangkan Satlantas Polres Mojokerto mencatat hanya terjadi 20 kecelakaan sejak awal 2022 sampai bulan ini. Jumlah korban tewas 3 orang, 1 luka berat dan 26 luka ringan.

Halaman 2 dari 2
(hil/sun)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads