Riwayat Karung Sekam Penyelamat Nyawa di Jalur Maut Cangar-Pacet

Sorot

Riwayat Karung Sekam Penyelamat Nyawa di Jalur Maut Cangar-Pacet

Enggran Eko Budianto - detikJatim
Jumat, 14 Okt 2022 15:30 WIB
Sekam penyelamat di jalur maut cangar pacet
Karung sekam penyelamat di jalur ekstrem cangar pacet. (Foto: Enggran Eko Budianto/detikJatim)
Mojokerto -

Jalur maut Cangar-Pacet, Kabupaten Mojokerto banyak merenggut nyawa. Kecelakaan karena rem kendaraan tiba-tiba tak berfungsi alias rem blong sudah tak terhitung jumlahnya. Hingga akhirnya muncul jalur penyelamat di jalan provinsi ini.

Menghubungkan Kota Batu dengan Kabupaten Mojokerto, jalan ini memang tergolong ekstrem. Turunannya curam, lurus, dan panjang. Membuat banyak sekali pengendara sepeda motor yang mengalami kecelakaan, khususnya di tikungan Gotekan, Dusun Pacet Selatan, Desa/Kecamatan Pacet.

Tikungan Gotekan, kalau dari arah selatan atau Cangar, jalannya menurun curam, lalu menikung tajam ke kiri. Banyak pengendara yang tiba-tiba mengalami rem blong di jalan yang juga berupa turunan curam setelah tikungan itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Warga Dusun Pacet Selatan Soleh Hudin alias Udin (46) mengatakan, jalur Cangar-Pacet mulai dilalui kendaraan setelah diaspal sekitar 1994-1995. Saat itu lebar jalan aspal cuma 4 meter. Pembatas jalan di ujung Tikungan Gotekan juga masih berupa guard rail atau pagar besi.

Fungsi guard rail itu sebenarnya untuk mencegah kendaraan yang mengalami kecelakaan karena rem blong terjun ke jurang. Di kiri Tikungan Gotekan itu terdapat jurang sedalam kurang lebih 100 meter.

ADVERTISEMENT
Sekam penyelamat di jalur maut cangar pacetSekam penyelamat di jalur ekstrem cangar pacet. (Foto: Enggran Eko Budianto/detikJatim)

Namun, kata Udin, pagar besi alias guard rail itu justru memicu jumlah pengendara yang tewas saat rem blong lebih banyak.

"Dulu pembatas jalan masih besi, korban banyak yang mati karena ketika remnya blong langsung menabrak pagar besi dengan kecepatan tinggi," kata Udin saat berbincang dengan detikJatim di lokasi, Jumat (14/10/2022).

Lantaran hal itu, kata Udin, warga Pacet Selatan membongkar guard rail di ujung Tikungan Gotekan. Ia lupa kapan persisnya guard rail dibongkar. Pembongkaran pagar besi di ujung tikungan ia perkirakan dilakukan sebelum 2010, sebelum jalur Cangar-Pacet diperlebar menjadi 6 meter.

Sebagai gantinya, warga setempat menguruk kebun milik warga Surabaya di ujung Tikungan Gotekan dengan pasir. Mereka berharap pasir bisa mengurangi laju kendaraan yang ngeblong. Namun, cara itu ternyata masih tidak efektif karena pasir mengeras setelah dibiarkan seminggu.

"Kemudian sempat ganti ditanami pisang, swadaya warga juga. Pohon pisangnya kuat, malah mematikan korban juga. Akhirnya inisiatif dikasih ban mobil bekas, ditata di tanah dan dibuat dinding tapi belum maksimal, korban laka masih parah," ujar pria yang kini jadi Humas Relawan Welirang Community itu.

Dua jalur penyelamat mulai dibangun. Baca di halaman selanjutnya.

Hingga akhirnya pemerintah bersama polisi membangun 2 jalur penyelamat di Pacet Selatan. Kedua jalur penyelamat itu tuntas dibangun akhir 2017. Jalur ini dibuat untuk menghentikan laju kendaraan yang mengalami rem blong. Harapannya, bisa mengurangi fatalitas korban.

Jalur penyelamat pertama berada di ujung Tikungan Gotekan yang segaris dengan jalan dari arah selatan atau Cangar. Permukaan jalur sepanjang 11 meter dengan lebar 9 meter ini diisi sekam.

Bagian ujungnya, sisi kanan dan kiri jalur, dipagari dengan tumpukan karung berisi sekam. Pondasinya berupa beton. Belakang jalur ini berupa kebun dan jalan tanah menuju ke sebuah vila milik warga Surabaya.

Jalur penyelamat kedua sekitar 20 meter di atas Tikungan Gotekan. Posisinya di sisi kiri jalan Cangar-Pacet. Konstruksinya mirip jalur penyelamat pertama. Hanya saja jalur ini terhalang tebing di sisi kiri jalan. Sebab, jalan di titik ini sedikit menikung ke kanan.

Jalur penyelamat kedua itu pun jarang berfungsi karena tak seberapa terlihat pengendara yang mengalami rem blong. Sehingga, warga memaksimalkan jalur pertama memanfaatkan sekam yang merupakan ide dari para relawan.

"Dikasih sekam itu ide teman-teman relawan sejak sekitar 10 tahun lalu," jelas Udin.

Meski demikian, kecelakaan akibat rem blong masih sering terjadi di Tikungan Gotekan. Nyawa pengendara juga terus melayang meski sudah ada 2 jalur penyelamat di jalur maut itu.

Menurut Udin, selama ini para relawan dan warga setempat yang secara rutin merawat jalur penyelamat dengan mengganti dan menambah sekam di jalur tersebut.

"Sekarang saatnya menambah sekam, tapi dana tidak ada. Karena sekam sudah mengeras, terakhir diganti 7 bulan lalu. Sumbernya selama ini dari warga, relawan dan donatur, pemerintah hanya 2 kali menyumbang cuma 500 sak sekam," ujarnya.

Halaman 2 dari 2
(dpe/dte)


Hide Ads