BMKG Juanda mengeluarkan imbauan soal potensi cuaca ekstrem seminggu ke depan di Jawa Timur. BPBD Jatim telah memetakan 14 potensi bencana. Di antaranya 13 bencana alam dan satu bencana non alam.
"Jadi di Jatim ada 14 potensi bencana alam. Satu di antaranya yang non alam adalah COVID-19. 13 Lainnya bencana alam," kata Sriyono, Kabid Kedaruratan-Logistik BPBD Jatim di Surabaya, Senin (10/10/2022).
Ke-13 bencana alam yang berpotensi terjadi di Jatim yakni banjir, banjir bandang, cuaca ekstrem, gelombang ekstrem-abrasi, gempa bumi, kebakaran hutan-lahan, kekeringan, letusan gunung api, tanah longsor, tsunami, kegagalan teknologi, epidemi-wabah penyakit, dan likuifaksi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Khusus pada pancaroba atau peralihan dari musim panas ke hujan, Sriyono membeberkan potensi banjir ada di seluruh 38 kabupaten/kota.
"Hujan dengan intensitas yang panjang juga menyebabkan potensi banjir bandang, hingga tanah longsor ya. Kita tidak bisa memprediksi, tapi ini imbauan bahwa potensi itu ada," jelasnya.
Daerah-daerah yang berpotensi banjir bandang dan tanah longsor menurut BPBD Jatim yakni Bojonegoro, Jombang, Mojokerto, Kota Madiun, Kabupaten Madiun, Magetan, Ngawi, Nganjuk, Pacitan, Ponorogo, Trenggalek.
Kemudian Tulungagung, Kota Kediri, Kabupaten Blitar, Kota Blitar, Kabupaten Kediri, Kabupaten Malang, Kota Malang, Kota Batu, Pasuruan, Probolinggo, Situbondo, Bondowoso, Banyuwangi, Jember, Lumajang, Sampang, Bangkalan, Gresik, Lamongan.
"Jadi daerah tersebut berpotensi terjadi banjir bandang, ada yang berpotensi longsor. Khusus longsor ini kan biasanya di daerah-daerah yang memiliki tebing dan semacamnya. Kalau banjir bandang juga tergantung biasanya kan membawa material dari atas ke bawah," terang Sriyono.
Data tahun 2021, Sriyono mengungkapkan ada sebanyak 166 kasus banjir di Jatim. Kemudian 62 kasus angin kencang, 12 banjir bandang, 30 tanah longsor, 19 angin puting beliung, 6 gempa bumi, dan 14 kasus lainnya (gerakan tanah, abrasi, banjir rob, gunung api, karhutla).
BPBD Jatim sendiri, tambah Sriyono, telah mengirimkan surat edaran kepada bupati/wali kota terkait potensi cuaca ekstrem di Jatim. Di antaranya meminta kabupaten/kota mengaktifkan satgas penanggulangan bencana.
"Kami juga minta rantingsasi pohon dan penertiban baliho semi permanen. Khusus Kota Surabaya tidak boleh sembarangan memotong rating pohon karena ada Perwalinya," jelasnya.
"BPBD Jatim juga meminta agar saluran air, drainase, rambu-rambu potensi bencana disiagakan. Dan juga kami minta untuk aktif mensosialisasikan ke masyarakat soal antisipasi potensi bencana hidrometeorologi," tandasnya.
(faa/fat)