Penyiagaan Faskes Meski Penyakit Legionellosis Belum Ditemukan di Surabaya

Penyiagaan Faskes Meski Penyakit Legionellosis Belum Ditemukan di Surabaya

Tim detikJatim - detikJatim
Rabu, 28 Sep 2022 08:03 WIB
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Surabaya Nanik Sukristina
Kadis Kesehatan Surabaya Nanik Sukristina. (Foto: Esti Widiyana/detikJatim)
Surabaya -

Pemkot mewaspadai penyakit menular Legionellosis meski kasusnya belum ditemukan di Surabaya. Seluruh fasilitas kesehatan baik rumah sakit maupun puskesmas diminta waspada.

Melalui Dinkes Surabaya Pemkot mengeluarkan surat edaran nomor 443.33/31474/436.7.2/2022. Surat itu menindaklanjuti SE Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes.

"Kami keluarkan surat edaran ke faskes, ke rumah sakit ke klinik itu dalam rangka kewaspadaan dini. Jadi sampai sekarang belum ada di Surabaya," ujar Kadis Kesehatan Surabaya Nanik Sukristina, Selasa (27/9/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Secara khusus Nanik telah bersurat kepada rumah sakit dan puskesmas. Fasyankes dia imbau menyiapkan diri seandainya bakteri ini masuk di Kota Pahlawan.

"Jadi untuk semua penyakit, apalagi ini dari bakteri. Masyarakat tetap menjaga perilaku hidup bersih dan sehat. Pakai masker saya rasa sangat penting untuk tetap kita laksanakan," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Gejala Legionellosis ini seperti flu biasa, batuk berdahak hingga sesak napas atau menyerang paru-paru. Usia yang rentan terkena penyakit ini kebanyakan 50 tahun ke atas.

"Dari sekitar 75-80 persen menyerang lebih dari 50 tahun. Terutama masyarakat yang memiliki komorbid. Jadi kita harus waspada, yang sudah lansia harus hati-hati," jelasnya.

Legionellosis dapat menyerang semua umur, terutama pada kelompok risiko tinggi yakni usia lanjut, punya penyakit penyerta, menjalani pengobatan imunosupresi, dan faktor risiko lain.

Masa inkubasi penyakit ini antara 2-10 hari dengan masa inkubasi rata-rata 5-6 hari. Penularan bakteri Legionellosis pada manusia bisa melalui aerosol atau minum air yang mengandung bakteri Legionella.

Bakteri Legionella tumbuh subur di suhu 30-45 derajat celcius. Baca di halaman selanjutnya.

Penyakit Legionellosis juga menular melalui aspirasi air yang terkontaminasi, melalui pemindahan (inokulasi) langsung peralatan terapi pernafasan, serta pengompresan luka dengan air yang terkontaminasi.

Bakteri Legionella sendiri diketahui bisa hidup di air laut, air tawar, sungai, lumpur, danau, mata air panas, genangan air bersih, juga air menara sistem pendingin di gedung bertingkat.

Selain itu bisa juga di air yang ada di hotel, spa, pemandian air panas, air tampungan sistem, air panas di rumah-rumah, air mancur buatan yang tak terawat, endapan, lendir, ganggang, jamur, karat, kerak, debu, kotoran atau benda asing.

Bakteri ini bisa hidup di suhu antara 5,7-63 derajat celcius dan tumbuh subur pada suhu antara 30-45 derajat celcius, serta mampu hidup pada pH 2,7-8,3 serta mati pada kondisi tubuh suhu di atas 60 derajat celcius.

Gejala yang muncul, seperti batuk berdahak, demam, myalgia (nyeri otot), diare, dispnea (sesak nafas), kehilangan nafsu makan, lemah, lesu, dan sakit kepala.

Untuk mendeteksi kasus Legionellosis bisa dilakukan dengan surveilans pneumonia, influenza like illness (ILI) atau severe acute respiratory infection (SARI) memanfaatkan aplikasi sistem kewaspadaan dini dan respon (SKDR).

"Ada di skrining itu sistem waspada dini itu. Di masing-masing rumah sakit ada tata laksananya. Setahu saya tidak ada tes PCR. Tapi untuk menentukan diagnosa, nanti ada khusus dari dokter yang menyatakan, harus ada uji lab," ujar Nanik.

Halaman 2 dari 2
(dpe/iwd)


Hide Ads