Kasus Human Immunodeficiency Virus (HIV) di Kota Surabaya tahun ini bertambah 355 kasus. Rata-rata pengidap dari rentan usia produktif atau karyawan.
"Datanya bukan meningkat, cuman ada kasus baru tahun 2022 dari 2021. Tahun 2021 dan tahun 2022 ada tambahan kasus. Kasus HIV 355 kasus tahun 2022 ini," kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Surabaya, Nanik Sukristina kepada wartawan di DPRD Surabaya, Rabu (14/9/2022).
Kasus HIV ini bertambah dari tahun 2021 ke 2022. Dan tahun 2021 terdapat 671 penderita HIV dan ditambah 355 tahun 2022 ini. Sehingga, total pengidap HIV di Surabaya ada 1.026 orang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk wilayah penderita di Surabaya, Nanik pun tidak bisa menyebutkan secara spesifik. Ia hanya menyebut menyebar. Sedangkan usia pengidap HIV adalah usia produktif dan rata-rata karyawan.
"Kalau di Bandung usia kuliah, pelajar. Kalau data di kami rentan usia 29-40. Karyawan. Secara spesifik saya tidak bisa sampaikan, nyebar di Surabaya," ujarnya.
Dinkes Surabaya pun terus melakukan skrining HIV kepada kelompok rentan. Seperti ibu hamil, calon pengantin, pekerja hiburan, Anak Buah Kapal (ABK), waria, seluruh pasien TBC, pasien infeksi menular seksual dan penyakit lain yang dicurigai adanya infeksi virus HIV.
"Upaya intensifikasi testing bertujuan untuk menemukan kasus secara dini. Dengan begitu, diharapkan bisa segera dilakukan pengobatan secara komprehensif dan pasien tidak menularkan virus kepada orang lain. Selanjutnya, dilakukan pemantauan pengobatan dengan pemeriksaan viral load HIV," jelasnya.
Pihaknya juga melakukan drooping obat Antiretroviral (ARV) dari Kemenkes kepada 13 Puskemas dan 10 RS di Surabaya untuk mengurangi risiko HIV di wilayah rentan kasus HIV. Dropping obat ARV paling banyak dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Wonokromo.
"ARV stok ada di puskesmas. Tidak semua puskesmas. Ada beberapa puskesmas yang ditunjuk dan dilakukan terapi. Untuk saat ini paling banyak kami berikan di Puskesmas Wonokromo,"ungkap Nanik.
Nanik menegaskan, bahwa upaya terpenting dalam pengendalian HIV adalah terus melakukan edukasi dan sosialisasi kepada kelompok rentan tertular. "Seperti, kepada pelajar SMP/SMA, mahasiswa, kelompok pekerja dunia hiburan dan masyarakat umum secara luas," pungkasnya.
(fat/iwd)