Macet lagi jalanan macet...
Gara-gara Si Komo lewat...
Pak polisi jadi bingung...
Orang-orang ikut bingung...
Lirik lagu 'Si Komo Lewat Tol' itu tentu tak asing bagi generasi 90-an. Sebuah lagu yang masih relevan hingga sekarang jika dihadapkan dengan problematika masyarakat urban. Penggalan lirik lagu yang diciptakan Kak Seto itu seolah menjadi gambaran betapa kemacetan bisa membuat banyak orang bingung.
Macet memang menjadi masalah klise bagi masyarakat urban. Sama seperti kemacetan yang ada di Surabaya dan Sidoarjo. Aktivitas masyarakat di dua kota satelit ini jelas terkoneksi. Ada yang tinggal di Sidoarjo tapi bekerja di Surabaya. Sebaliknya, ada juga warga Surabaya yang sehari-hari mengais rezeki di Sidoarjo.
Membahas kemacetan di Surabaya dan Sidoarjo seolah tak akan ada ujungnya. Sehari-hari masyarakat di dua kota itu pasti akan ketemu dengan yang namanya macet. Anekdot 'tua di jalan kena macet' sering berseliweran di dalam pikiran. Tak jarang ada yang sampai misuh-misuh sendiri karena waktunya habis di jalan.
Mengurai kemacetan di sepanjang jalan utama Surabaya-Sidoarjo sebenarnya sudah jadi rahasia umum. Titik macetnya sudah bisa ditebak.
detikJatim mencatat, setidaknya ada 4 titik kemacetan di sepanjang jalan utama Surabaya-Sidoarjo maupun sebaliknya. Waru, Bundaran Aloha, Perempatan Gedangan, dan Perempatan Sruni. Masyarakat sudah sangat fasih dengan titik-titik kemacetan ini.
Dari pengakuan warga, sebagian besar selalu menceritakan pengalaman perjalanan itu dengan penuh emosi, berapi-api, sekaligus antusias saat berdiskusi tentang solusi kemacetan Surabaya-Sidoarjo. Mereka menyebut biang kemacetannya selalu sama.
Anik Hasanah Purwanto, salah satu warga Gedangan, Sidoarjo hafal betul mana-mana saja titik kemacetan yang seakan tak pernah ada solusinya itu. Dia yang bekerja di kawasan Surabaya pusat mengaku berkawan dengan macet sedekade terakhir.
"Nek (kalau) arah ke Sidoarjo, mulai dari depan Terminal Bungurasih (Waru), Aloha sampai patung dekat Pasmar, perempatan Gedangan dan Sruni," ujar Anik kepada detikJatim, Selasa (16/8/2022).
Ibu 3 anak ini mengaku kerap berjibaku dengan kemacetan. Menurutnya, kemacetan memang sukar terurai. Apalagi ketika pagi dan sore hari, saat jam-jam sibuk masyarakat berangkat-pulang kerja dan antar-jemput anak sekolah..
"Merambat, nek wayahe jam budal kerjo, wes nggak nok lancar-lancare blas. Meh 10 tahunan. (Kalau waktunya jam berangkat kerja, sudah tidak ada lancar-lancarnya sama sekali. Hampir 10 tahun)," keluhnya.
(dpe/dte)