10 Tahun Macet Surabaya-Sidoarjo Tak Kunjung Ada Solusi, Mau Sampai Kapan?

Sorot

10 Tahun Macet Surabaya-Sidoarjo Tak Kunjung Ada Solusi, Mau Sampai Kapan?

Praditya Fauzi dan Suparno - detikJatim
Selasa, 16 Agu 2022 16:43 WIB
Macet di Perempatan Gedangan, Sidoarjo
Macet di Perempatan Gedangan, Sidoarjo yang tak kunjung ada solusi. (Foto: Suparno/detikJatim)
Surabaya -

Macet lagi jalanan macet...

Gara-gara Si Komo lewat...

Pak polisi jadi bingung...

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Orang-orang ikut bingung...

Lirik lagu 'Si Komo Lewat Tol' itu tentu tak asing bagi generasi 90-an. Sebuah lagu yang masih relevan hingga sekarang jika dihadapkan dengan problematika masyarakat urban. Penggalan lirik lagu yang diciptakan Kak Seto itu seolah menjadi gambaran betapa kemacetan bisa membuat banyak orang bingung.

ADVERTISEMENT

Macet memang menjadi masalah klise bagi masyarakat urban. Sama seperti kemacetan yang ada di Surabaya dan Sidoarjo. Aktivitas masyarakat di dua kota satelit ini jelas terkoneksi. Ada yang tinggal di Sidoarjo tapi bekerja di Surabaya. Sebaliknya, ada juga warga Surabaya yang sehari-hari mengais rezeki di Sidoarjo.

Membahas kemacetan di Surabaya dan Sidoarjo seolah tak akan ada ujungnya. Sehari-hari masyarakat di dua kota itu pasti akan ketemu dengan yang namanya macet. Anekdot 'tua di jalan kena macet' sering berseliweran di dalam pikiran. Tak jarang ada yang sampai misuh-misuh sendiri karena waktunya habis di jalan.

Mengurai kemacetan di sepanjang jalan utama Surabaya-Sidoarjo sebenarnya sudah jadi rahasia umum. Titik macetnya sudah bisa ditebak.

detikJatim mencatat, setidaknya ada 4 titik kemacetan di sepanjang jalan utama Surabaya-Sidoarjo maupun sebaliknya. Waru, Bundaran Aloha, Perempatan Gedangan, dan Perempatan Sruni. Masyarakat sudah sangat fasih dengan titik-titik kemacetan ini.

Macet di sekitar Aloha, SidoarjoKepadatan arus kendaraan di sekitar Aloha, Sidoarjo yang mengarah ke Surabaya. Foto: Suparno/detikJatim

Dari pengakuan warga, sebagian besar selalu menceritakan pengalaman perjalanan itu dengan penuh emosi, berapi-api, sekaligus antusias saat berdiskusi tentang solusi kemacetan Surabaya-Sidoarjo. Mereka menyebut biang kemacetannya selalu sama.

Anik Hasanah Purwanto, salah satu warga Gedangan, Sidoarjo hafal betul mana-mana saja titik kemacetan yang seakan tak pernah ada solusinya itu. Dia yang bekerja di kawasan Surabaya pusat mengaku berkawan dengan macet sedekade terakhir.

"Nek (kalau) arah ke Sidoarjo, mulai dari depan Terminal Bungurasih (Waru), Aloha sampai patung dekat Pasmar, perempatan Gedangan dan Sruni," ujar Anik kepada detikJatim, Selasa (16/8/2022).

Ibu 3 anak ini mengaku kerap berjibaku dengan kemacetan. Menurutnya, kemacetan memang sukar terurai. Apalagi ketika pagi dan sore hari, saat jam-jam sibuk masyarakat berangkat-pulang kerja dan antar-jemput anak sekolah..

"Merambat, nek wayahe jam budal kerjo, wes nggak nok lancar-lancare blas. Meh 10 tahunan. (Kalau waktunya jam berangkat kerja, sudah tidak ada lancar-lancarnya sama sekali. Hampir 10 tahun)," keluhnya.

Perempatan Sruni dan Gedangan yang Menguji Kesabaran

Hal yang sama juga dirasakan Fery Rizkiawan. Pria berusia 33 tahun asal Jalan Pisang, Sruni, Gedangan, Sidoarjo ini sejak SMA sudah merasakan betapa perjalanan Surabaya-Sidoarjo dan sebaliknya butuh batin ekstra untuk meredam emosi. Dulu saat dia bersekolah di SMAN 6 Surabaya, dia merasa sudah berangkat pagi.

"Dulu saya kalau sekolah, berangkat jam 6 kurang 10 (pagi) itu masih terasa sepi. Sekarang jangan harap, saya antar anak sekolah di Jalan Siak Surabaya berangkat jam setengah 6 pagi. Itu aja sudah terasa ramai," beber Fery.

Sehari-hari, Fery harus melewati perempatan Sruni yang super crowded untuk bisa keluar ke jalan besar. Menurutnya, kemacetan yang di Sidoarjo sekarang memang terasa makin parah.

Fery melanjutkan, volume kendaraan sekarang memang berbeda dengan 10-15 tahun lalu. Menurutnya, kendaraan makin banyak. Belum lagi area Gedangan yang jadi kawasan industri saban hari selalu dihiasi dengan truk-truk trailer.

"Volume kendaraan tambah banyak. Sementara jalannya, ya itu-itu aja. Wajar kalau tambah hari, tambah penuh jalannya," ungkap ayah dua orang anak ini.

Macet di sekitar Perempatan Gedangan, Sidoarjo yang tak kunjung ada solusi.Macet di sekitar Perempatan Gedangan, Sidoarjo yang tak kunjung ada solusi. Foto: Suparno

Lepas dari 'jebakan batman' di perempatan Sruni, Fery kembali menemui simpul macet di Perempatan Gedangan. Menurutnya, traffic light di Perempatan Gedangan membingungkan dan kerap terjadi penumpukan kendaraan.

"Kalau lampu hijau, yang dari Surabaya maupun Sidoarjo itu sama-sama jalan. Tapi ada kendaraan yang belok ke arah Betro sama Keboansikep juga jalan, akhirnya numpuk di tengah itu," katanya.

"Mungkin bisa disiasati, traffic light di Perempatan Gedangan yang belok ke Betro sama Keboansikep itu juga diatur lampu merah dan hijaunya," usul alumnus Universitas Gadjah Mada (UGM) ini.

Meskipun demikian, sebagai warga, Fery tetap berharap ada progres pembangunan jalan. Entah itu membuat frontage road atau jalan layang di Gedangan.

"Jalan layang itu mungkin jadi solusi terbaik. Memang perlu waktu untuk membangun. Tapi paling tidak, kalau jalan layang sudah jadi, pasti jalanan lebih plong," harapnya.

Pengalaman Berkendara Tim detikJatim Menghadapi Macet Sidoarjo-Surabaya

Tim detikJatim juga merasakan sendiri pengalaman berkendara dari kawasan Pagerwojo, Sidoarjo hingga Jalan Upa Jiwa, Ngagel, Surabaya naik mobil.

Jalur yang digunakan mulai arteri Jenggolo-Raya Waru, Sidoarjo, lalu memasuki Jalan Ahmad Yani, hingga ke kawasan Ngagel Surabaya. Berdasarkan estimasi Google Maps yang dilihat Jumat (8/12/2022), pukul 12.31 WIB, jarak tempuh titik keberangkatan hingga tujuan adalah 19 kilometer.

Waktu tempuh menurut aplikasi itu yakni 38 menit. Waktu tempuh itulah yang menjadi acuan. detikJatim tidak akan membandingkan rumus pengukuran jarak dan waktu tempuh berdasarkan hitungan matematis yang akan membingungkan.

Yang dipakai adalah asumsi jarak waktu Google Maps yang dilihat hari ini pukul 12.31 WIB, dibandingkan dengan pengalaman Tim detikJatim melintasi jalur itu pada Rabu (10/8/2022) sejak pukul 11.09 WIB. Kebetulan, hari itu juga ada iring-iringan buruh pendemo melintas di jalur yang sama.

Hari itu buruh Federasi Serikat Pekerja Rokok Tembakau Makanan Minuman Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (FSP RTMM SPSI) Jatim memusatkan aksi unjuk rasa di Kantor Gubernur Jatim Jalan Pahlawan, Surabaya. Saat itu mereka menuntut pencabutan klaster ketenagakerjaan dari UU Cipta Kerja.

Pantauan di jalanan sejak Jenggolo hingga Jalan Raya Waru, rombongan buruh dari luar Surabaya itu sebagian besar naik sepeda motor. Ada 2 mobil komando berupa truk di barisan paling depan, diikuti rombongan sepeda motor. Di belakangnya, setidaknya ada 7 atau 8 bus yang turut dalam iring-iringan tersebut.

Jalan Jenggolo Sidoarjo saat bertemu iring-iringan buruh yang hendak unjuk rasaSuasana kemacetan jalur Sidoarjo-Surabaya yang dirasakan Tim detikJatim. Foto: Denza Perdana/detikJatim

Tak ayal, perjalanan dengan mobil Datsun Go+ Panca dari kawasan Pagerwojo ini akhirnya memakan waktu total hampir 1 jam. Dari titik berangkat pukul 11.09 WIB hingga tiba di titik tujuan, Jalan Upa Jiwa, Ngagel, Surabaya pukul 12.03 WIB. Hampir 2 kali lipat dari estimasi waktu Google Maps hari ini.

Melajukan mobil di belakang iring-iringan rombongan buruh yang hendak unjuk rasa itu sungguh merupakan 'sesuatu'. Belum lagi ditambah terik siang yang membuat AC mobil tak berdaya. Bisa dibilang perjalanan kali itu penuh peluh dan kesabaran.

Pengalaman sehari itu tentu bukan apa-apa. Tidak sebanding dengan pengalaman kaum komuter Sidoarjo-Surabaya atau sebaliknya yang setiap hari harus melintasi jalur itu di jam sibuk berangkat ngantor antara pukul 06.00 WIB-09.00 WIB dan jam sibuk pulang kantor antara pukul 16.00 WIB-19.00 WIB.

Belum lagi saat jalur itu sedang ramai kendaraan besar. Dari truk engkel hingga kontainer. Tidak jarang di jalur Sidoarjo-Surabaya setelah Perempatan Gedangan, kendaraan besar itu kerap parkir di kiri jalan atau terpaksa memblokade lalin.

Macet Surabaya-Sidoarjo memang menjadi makanan sehari-hari warga di dua kota. Bertahun-tahun banyak orang Surabaya dan Sidoarjo berpeluh keringat, mencari nafkah, mengais rezeki, tetap saja ketemu dengan yang namanya macet.

Mau sampai kapan masalah macet ini harus dirasakan warga Surabaya dan Sidoarjo? Masyarakat menanti progres pembangunan yang nyata untuk mengatasi macet di sepanjang jalan utama Surabaya-Sidoarjo.

Pemerintah pusat, Pemprov Jatim, Pemkot Surabaya, hingga Pemkab Sidoarjo bisa duduk satu meja untuk merealisasikan harapan warga bebas dari macet. Paling tidak saat macet bisa diatasi, anekdot 'tua di jalan' bisa lenyap dan diganti dengan 'menua dengan nyaman bersama keluarga di rumah'. Semoga.....

Nantikan ulasan Sorot detikJatim selanjutnya soal 'Kemacetan di Jalur Sidoarjo-Surabaya yang Tak Kunjung Ada Solusi'

Halaman 2 dari 3
(dpe/dte)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads