Wabah PMK dianggap para peternak sebagai momok. Sebab, mereka sukar berdagang menjelang Idul Adha maupun menjual hasil susu sapi perahnya.
Hal ini diungkapkan peternak sapi di Bendul Merisi, Kecamatan Wonocolo, Kota Surabaya bernama Farida Mas'ud. Farida mengatakan, saat sapinya terjangkit PMK, akan menyulitkannya saat berjualan susu perah dari sapi betina di peternakannya.
"Ya takut sekali, kan ini (ternak sapi) sandang pangan, kan kita sendiri yang rugi, ini pekerjaan kita," kata Farida kepada detikJatim, Sabtu (25/6/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski begitu, wanita yang memiliki 44 sapi perah itu mengaku senang ada vaksinasi PMK gratis dari Pemerintah Kota Surabaya. Meski, ia mengaku telah merawat dan memelihara sapi-sapinya secara ekstra, mulai dari memberi obat pada yang sakit, menambah vitamin, hingga memanggilkan dokter hewan.
Farida menyatakan, jauh sebelum ada wabah PMK, ia telah melakukan perawatan ekstra pada sapi-sapinya. Termasuk, membuat dan memberikan jamu dengan ramuan khusus. Supaya, susu hasil perah yang ada bisa berkualitas baik.
"Saya kan punya 44 sapi, yang divaksin ini tadi 42, yang 2 tidak (divaksin) karena masih kecil dan kurang umur. Saya juga berikan jamu berbahan kunir, temulawak, dan gula merah pada yang nggak enak badan saja, misalnya tidak nafsu makan dan minus, serta panggilkan dokter hewan," ujarnya.
Selain itu, Farida mengaku juga melarang keras para jagal masuk ke peternakannya. Alasannya, enggan menularkan PMK melalui alat potong yang digunakan mau pun aromanya sekali pun.
"Orang jagal itu nggak saya bolehkan masuk, kadang itu yang bawa virus dari (sapi) yang terjangkit," tuturnya.
Maka dari itu, ia ingin lebih ekstra lagi untuk merawat puluhan sapi jenis limosin dan brama miliknya. Supaya, bisa tetap menghasilkan susu dengan kualitas terbaik dan tak tertular PMK.
"Alhamdulillah, tidak ada yang terjangkit PMK sampai hari ini," tutupnya.
(hil/sun)