Koperasi Unit Desa (KUD) Sumber Makmur, Ngantang, Kabupaten Malang merugi hingga Rp 900 juta selama sebulan. Kerugian itu dialami karena pembelian susu sapi yang terkontaminasi dengan antibiotik dari peternak setempat.
Ketua KUD Sumber Makmur, Sugiono mengatakan pembelian susu antibiotik itu dilakukan untuk membantu mengurangi kerugian yang dialami peternak sapi perah di wilayah Ngantang, Kabupaten Malang selama penyebaran Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).
"Kami setiap hari membeli sekitar 5 ribu liter atau 5 ton susu sapi antibiotik dari peternak dengan harga Rp 6 ribu. Pembelian susu antibiotik itu berjalan selama satu bulan dan diperkirakan kerugian mencapai Rp 900 juta," ujar Sugiono, Rabu (22/6).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sugiono menyampaikan susu sapi antibiotik yang dibeli dari peternak itu dibuang oleh KUD Sumber Makmur. Pasalnya, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) melarang susu sapi yang terkontaminasi antibiotik dikonsumsi manusia.
"Sekarang peternak mengobati sapi PMK menggunakan berbagai cara salah satunya penggunaan antibiotik. Sedangkan susu sapi yang terkontaminasi antibiotik tidak bisa dikonsumsi. Karena konsekuensi kelembagaan, KUD tetap membeli dan dibuang," kata Sugiono.
Selain membeli susu antibiotik, KUD Sumber Makmur juga merugi dengan memberikan bantuan obat-obatan kepada peternak untuk penyembuhan sapi yang terpapar PMK. Meski begitu, Sugiono tetap bersyukur karena bantuan obat-obatan yang diberikan juga diimbangi dengan usaha maksimal dari peternak.
"Bantuan obat-obatan yang kita berikan maksimal juga menjadi kerugian bagi KUD Sumber Makmur. Alhamdulillah peternak juga tetap berusaha semaksimal mungkin dengan membeli obat-obatan klinis maupun herbal secara mandiri untuk pengobatan sapi (terkena) PMK," terangnya.
Semenjak munculnya PMK, diakui Sugiono, produksi susu sapi di KUD Sumber Makmur sendiri mengalami penurunan yang cukup signifikan. Dari normalnya bisa memproduksi susu hingga 104 ton kini hanya 49 ton saja.
Penurunan produksi susu itu disebabkan jumlah sapi perah yang terpapar PMK di Ngantang cukup banyak. Berdasarkan data sejak awal ada PMK hingga Selasa 21 Juni 2022, sudah ada sekitar 8 ribu ekor sapi terpapar PMK dari jumlah populasi sekitar 17.800 ekor.
"Untuk tingkat kematian sekitar 3 persen dari populasi. Ada sekitar 250 ekor sapi perah yang mati. Jumlah yang mati itu data masuk dari KUD, ada juga peternak yang tidak melapor meski sapi-nya mati. Sedangkan untuk jual paksa atau potong paksa sekitar 550 ekor," tandas Sugiono.
(abq/iwd)