Salah satu alasan yang disampaikan perwakilan manajemen Perusahaan Otobus (PO) Ardiansyah, sehingga tidak bisa mendatangi rumah duka korban adalah sulitnya melakukan pendataan korban di rumah sakit. Sebabnya, perusahaan ini mengaku tidak mendapatkan pemesanan perjalanan secara langsung melalui manajemen.
Bus Ardiansyah menabrak tiang VMS di KM 712 Tol Mojokerto Senin (16/5/2022) lalu. Sebanyak 32 penumpang baik yang meninggal maupun yang luka-luka dilarikan ke 5 rumah sakit berbeda. Saat itu juga PO Ardiansyah mengeklaim turut melakukan pendataan di 5 RS berbeda itu.
Seorang pria yang mengaku bagian dari manjamen PO Ardiansyah tapi enggan menyebut namanya mengatakan kepada detikJatim, pendataan korban kecelakaan itu cukup sulit karena penyewaan bus tidak dilakukan langsung melalui PO Ardiansyah, tetapi oleh biro perjalanan kepada sopir bus.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Selama dua hari kami mendata korban yang ada di rumah sakit. Apalagi ada di 5 rumah sakit yang berbeda, itu memakan waktu cukup lama. Karena mereka menyewa bus kami melalui Andhika Travel and Tour, lewat sopir, bukan melalui kami. Jadi kami agak kesulitan mendata korban," kata pria itu ketika ditemui di kantornya, Sabtu (21/5/2022).
Akibat kecelakaan maut itu, sebanyak 16 dari 32 penumpang bus yang mayoritas warga Benowo, Surabaya meninggal hingga hari ini. Seluruh korban meninggal sudah dimakamkan. Selain itu masih ada 16 penumpang lain yang luka-luka dan sebagian masih menjalani perawatan di rumah sakit.
Namun, keluarga korban meninggal mengaku sejak kecelakaan terjadi hingga korban dimakamkan belum terlihat perwakilan dari pihak PO Ardiansyah yang datang ke rumah duka.
Proses pendataan korban, pengurusan berkas dan biaya rumah sakit, juga undangan pemeriksaan dari pihak kepolisian yang menurut pria perwakilan manjamen PO Ardiansyah itu cukup menyita waktu. Karena itulah ia mengatakan, manajemen perusahaan belum sempat mendatangi keluarga korban.
![]() |
"Karena kami harus mengurus berkas-berkas di Jasa Raharja. Belum lagi harus datang ke kantor polisi," katanya ketika ditemui di garasi bus yang berada di Menganti, Gresik.
Meski demikian, pria itu membantah bila perusahaan tempat ia bekerja disebut tidak bertanggung jawab atas kecelakaan yang terjadi di Tol Mojokerto.
"Kalau kami nggak bertanggung jawab, jenazahnya pasti belum boleh pulang mas. Terus kalau kami enggak ngurusi, bagaimana uang dari Jasa Raharja bisa turun? Kami sudah tanggung jawab, kami juga sudah berkerja sama dengan para pihak terkait, agar para korban yang terluka mendapat perawatan hingga sembuh," katanya.
Bus Ardiansyah bernopol S 7322 UW yang dikemudikan kernet bus, Ade Firmansyah (29) warga Sememi, Kelurahan Benowo, Pakal, Surabaya sebelum kecelakaan maut terjadi pada Senin pagi lalu melaju dari barat ke timur atau dari arah Caruban, Madiun ke Surabaya.
Sampai di KM 712.400A Tol Sumo pukul 06.15 WIB, bus yang sedang mengantarkan rombongan warga Benowo pulang dari berwisata ke Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah itu mendadak oleng ke kiri. Berdasarkan hasil penyelidikan dari pihak kepolisian saat itu Ade tertidur lelap.
Akibatnya, bus berpenumpang 32 orang itu menabrak besi pembatas jalan tol lalu menabrak fondasi tiang VMS. Kerasnya benturan itu membuat bagian depan sisi kiri bus itu hancur. Bus itu terguling ke kanan di lajur kiri jalan tol. Sedangkan karena saking kerasnya tumbukan, tiang VMS itu ambruk beserta fondasinya.
Kecelakaan tunggal itu mengakibatkan sebanyak 16 penumpang tewas hingga hari ini. Tidak hanya itu, ada 16 penumpang lain yang terluka akibat kecelakaan tersebut. Ade kernet yang nekat menyopiri bus itu sempat terluka ringan. Sedangkan sopir utama bus Ahmad Ari Ardiyanto (31), warga Desa Boteng, Menganti, Gresik selamat karena tidur di bagasi bus saat kecelakaan terjadi.
(dpe/dte)