Waisak di Maha Vihara Mojopahit yang Punya Patung Buddha Tidur Raksasa

Waisak di Maha Vihara Mojopahit yang Punya Patung Buddha Tidur Raksasa

Enggran Eko Budianto - detikJatim
Senin, 16 Mei 2022 14:38 WIB
Bagaimana perayaan Waisak di Maha Vihara Mojopahit? Vihara ini berada di Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto.
Maha Vihara Mojopahit/Foto: Enggran Eko Budianto/detikJatim
Mojokerto -

Bagaimana perayaan Waisak di Maha Vihara Mojopahit? Vihara ini berada di Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto.

Pandita Maha Vihara Mojopahit, Sariyono mengatakan, perayaan Waisak hanya digelar pada Senin (16/5) mulai pukul 09.00 WIB. Sekitar 200 umat Buddha yang mayoritas dari Surabaya mengikuti rangkaian ritual keagamaan tersebut.

"Ritual Waisak kami jadikan satu, Senin, karena umatnya kebanyakan dari Surabaya. Supaya mereka tidak wira-wiri," kata Sariyono kepada detikJatim di lokasi, Senin (16/5/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Waisak tahun ini, lanjut Sariyono, mengusung tema Dengan Cinta Kasih Kita Bersaudara. Hari raya umat Buddha ini memperingati tiga peristiwa sekaligus. Yaitu momen kelahiran, mencapai pencerahan, serta wafatnya Sang Buddha, Siddhartha Gautama.

"Detik-detik Waisak jatuh pukul 11 lebih 13 menit dan 46 detik," terangnya.

ADVERTISEMENT

Sariyono menjelaskan, perayaan Waisak di Maha Vihara Mojopahit diawali dengan ritual pradaksina. Yaitu prosesi mengelilingi objek-objek yang dihormati dalam ajaran Buddha di area vihara yang dilakukan searah jarum jam dengan posisi objek selalu di sebelah kanan.

Pradaksina diawali dari dalam gedung Sasono Bhakti di Maha Vihara Mojopahit. Umat Budha lantas berjalan kaki sembari membawa bendera, dupa, buah-buahan dan bunga menyusuri rute yang sudah ditentukan. Kemudian mereka kembali ke teras gedung Sasono Bhakti.

Di tempat ini, ritual dilanjutkan dengan memandikan patung bayi Siddhartha Gautama. Menurut Sariyono, Sang Buddha lahir di Taman Lumbini, Kota Kapilavastu, India tahun 623 sebelum masehi (SM). Siddhartha anak tunggal penguasa Kerajaan Kosala, Raja Suddhodana dan Dewi Maha Maya.

Siddhartha mencapai pencerahan dan menjadi Buddha saat bertapa di bawah pohon Bodhi di Hutan Gaya, India tahun 588 SM pada usia 35 tahun. Buddha Gautama wafat setelah 40 tahun mengajarkan Agama Budha pada tahun 543 SM.

"Di dalam kitab suci, saat Siddhartha dilahirkan langsung bisa berjalan 7 langkah. Karena posisi Dewi Maha Maya saat melahirkan tidak berbaring, tapi berdiri di taman Lumbini dengan kedua tangannya memegang pohon sala. Seketika hujan turun, ada hujan air dingin dan air panas. Dipercaya dalam Agama Buddha simbol penghormatan para dewa kepada kelahiran Buddha Gautama. Sehingga perayaan Waisak patung bayi Siddhartha dimandikan," jelasnya.

Setelahnya, ritual Waisak dilanjutkan dengan sembahyang dan membaca doa-doa Agama Buddha di dalam gedung Sasono Bhakti. Bante kemudian menyampaikan pesan Waisak sekaligus ceramah.

"Setelahnya meditasi untuk menyambut detik-detik Waisak yang jatuh pukul 11.13.46 WIB," ujar Sariyono.

Dalam ajaran Buddha, Siddhartha Gautama bukanlah Tuhan. Menurut Sariyono, sosok yang bisa disebut Sang Buddha itu menjadi utusan Tuhan untuk menyampaikan ajaran-ajaran Buddha kepada umat manusia pada zamannya. Buddha Gautama sama dengan nabi dalam ajaran Islam.

"Kalau Tuhan di dalam Agama Buddha tidak tersebutkan. Bukan tidak percaya, tapi tidak tersebutkan secara khusus, tidak pernah diwujudkan. Dalam kitab suci disebutkan di dunia ini ada yang tidak terlahirkan, ada dengan sendirinya, tidak dijelmakan dan mutlak adanya. Karena kita di Indonesia, Tuhan Buddha disebut Sang Hyang Adi Buddha," pungkasnya.




(sun/sun)


Hide Ads