Tradisi memandikan rupang Buddha Maha Paranibbana atau patung Buddha Tidur di Maha Vihara Mojopahit, Mojokerto rutin digelar untuk menyambut Waisak. Memandikan patung dengan kembang Macan Kerah ini menjadi simbol pembersihan batin setiap umat manusia.
Tradisi memandikan Patung Buddha tidur ini melibatkan 5 orang sekitar pukul 10.30 WIB. Uniknya, sebagian dari mereka umat muslim yang tinggal di sekitar Maha Vihara Mojopahit, Dusun Kedungwulan, Desa Bejijong, Trowulan, Mojokerto. Mereka lebih dulu menyiapkan selang air dan 6 ember berisi air campur kembang.
Bunga sebagai wewangian ini biasa disebut Kembang Macan Kerah. Terdiri dari bunga mawar, melati dan kenanga. Lazimnya, kembang jenis ini untuk mencuci pusaka. Petugas lantas menaburkan kembang ke Patung Buddha Tidur, lalu menyiramkan air kembang ke patung raksasa ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemandian patung dilanjutkan dengan pembilasan menggunakan kain lap. Kemudian petugas membilas patung dengan air bersih yang dialirkan melalui selang. Mereka mengelap kotoran pada patung sampai barisan relief di pondasinya. Tradisi ini berlangsung sekitar 30 menit.
"Pembersihan rupang Buddha Maha Paranibbana atau yang biasa disebut Patung Buddha Tidur yang mana agenda ini sudah rutin setiap persiapan Waisak," kata Pandita Maha Vihara Mojopahit, Saryono kepada wartawan di lokasi, Rabu (7/5/2025).
Saryono menuturkan, tidak ada ritual khusus saat memandikan Patung Buddha Tidur. Tradisi penyucian patung ini wujud penghormatan kepada Sang Buddha. Selama pembersihan patung, pihaknya berdoa dalam hati sekaligus mengambil nilai-nilai positif ajaran Buddha.
"Filosofinya bahwa setiap manusia juga harus membersihkan batinnya sendiri," terangnya.
Peringatan Waisak 2569 Buddhis Era atau tahun 2025 masehi di Maha Vihara Mojopahit bakal digelar pada Senin (12/5) mulai pukul 19.00 WIB. Waisak kali ini mengusung tema Semangat Kebersamaan untuk Indonesia Maju. Menurut Saryono, tema ini mempunyai makna khusus dan umum.
"Khusus kami Umat Buddha semoga selalu bersemangat bersama untuk membangun Indonesia yang lebih baik dan umumnya semoga masyarakat di seluruh NKRI selalu bersikap lebih baik, dewasa dan semangat dalam membangun Indonesia yang lebih baik," tandasnya.
Patung Buddha Tidur yang dicat warna emas ini panjangnya mencapai 22 meter dengan lebar 6 meter dan tinggi 4,5 meter. Patung raksasa ini berada di tengah kolam ikan di area selatan Maha Vihara Mojopahit. Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) mengukuhkannya sebagai patung Buddha tidur terbesar di Indonesia tahun 2001 silam.
Patung Buddha Maha Paranibbana menggambarkan detik-detik wafatnya Buddha Gautama. Sang Buddha wafat dengan posisi seperti tidur miring ke kanan dengan telapak tangan kanan di bawah kepalanya. Pose tersebut sudah menjadi keseharian Sang Buddha setiap istirahat.
Baca juga: Makna Pelepasan Lampion Saat Perayaan Waisak |
Bagi umat Buddha, patung raksasa ini bagian tak terpisahkan dari Maha Vihara Mojopahit. Sebab menjadi salah satu objek pradaksina dalam perayaan Waisak. Yaitu prosesi mengelilingi obyek-obyek yang dihormati dalam ajaran Buddha di area vihara searah jarum jam dengan posisi objek selalu di sebelah kanan.
Pondasi patung Buddha tidur raksasa ini dihiasi relief yang indah. Relief sisi timur bersambung dengan sisi utara. Bagian tersebut menceritakan perjalanan Buddha Gautama ke Kusinara 3 bulan sebelum wafat. Kala itu, Siddhartha lebih banyak dalam posisi tidur miring ke kanan saat mengajarkan ajaran Buddha kepada para pengikutnya karena kondisi fisiknya yang sudah tua.
Relief sisi depan dan utara menceritakan sejarah Siddhartha Gautama menjelang paranibbana atau wafat. Paranibbana menjadi pencapaian tertinggi dalam Buddha. Manusia yang mencapai paranibbana terbebaskan dari kelahiran di 31 alam kehidupan. Sedangkan relif sisi belakang dan selatan menjadi satu kesatuan. Bagian ini menceritakan hukum karma atau sebab akibat di dunia.
Patung Buddha Maha Paranibbana dibangun sangat megah untuk menghormati Guru Agung Buddha, Siddhartha Gautama. Sang Buddha lahir dengan nama Siddhartha Gautama di Taman Lumbini, Kota Kapilavastu, India tahun 623 sebelum masehi (SM).
Ia anak tunggal penguasa Kerajaan Kosala, Raja Suddhodana dan Dewi Maha Maya. Siddhartha mencapai pencerahan dan menjadi Buddha saat bertapa di bawah pohon Bodhi di Hutan Gaya, India tahun 588 SM pada usia 35 tahun.
Buddha Gautama wafat setelah 40 tahun mengajarkan Agama Budha pada tahun 543 SM. Ketiga peristiwa tersebut terjadi pada waktu yang sama, yaitu pada purnama sidhi di Bulan Waisak dalam kalender Buddha. Momen kelahiran, mencapai pencerahan dan wafatnya Siddhartha Gautama diperingati sebagai Hari Raya Waisak oleh umat Buddha.
Pembangunan Maha Vihara Mojopahit dan patung Buddha tidur diprakarsai Bhikkhu Viriyanadi Maha Tera. Maha Vihara Mojopahit dibangun tahun 1987, lalu diresmikan Gubernur Jatim, Soelarso pada 31 Desember 1989. Sedangkan patung Buddha tidur dibangun tahun 1993 melibatkan pematung dari Solo, Jateng, serta pematung dari Desa Bejijong dan Desa/Kecamatan Trowulan.
Patung raksasa itu baru dicat warna emas tahun 1999. Karena emas dinilai sebagai warna paling bagus untuk menghormati Buddha Gautama. Seiring berjalannya waktu, patung Budha tidur raksasa ini juga menjadi destinasi wisata.
Toleransi antarumat beragam begitu kental di tempat ini. Saat ini, objek wisata tersebut dikelola Yayasan Lumbini. Setiap pengunjung harus membayar sumbangan dana kebersihan Rp 5.000 untuk dewasa dan Rp 3.000 untuk anak-anak.
(auh/hil)