Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono menjelaskan soal arus rip current. Daryono menyebut baik pemerintah maupun masyarakat penting memahami arus di Pantai Selatan Jawa.
"Musibah ini sepatutnya mendapat perhatian serius dari pemerintah daerah dan masyarakat, mengingat hampir setiap tahun selalu saja terjadi kasus serupa. Entah sudah berapa banyak warga masyarakat dan wisatawan menjadi korban keganasan arus laut Pantai Selatan," kata Daryono, Selasa (15/2/2022).
Daryono memaparkan sebagian masyarakat pesisir selatan Jawa menyebut arus laut yang sering menyeret korban ke tengah laut ini sebagai 'alun serot'. Kata 'alun' artinya ombak dan 'serot' adalah sedot, maksudnya ombak yang sesungguhnya merupakan arus yang bisa menyedot (orang).
"Sedangkan dalam dunia sains, fenomena alam mematikan ini disebut rip current," ungkap Daryono.
Untuk karakteristik arusnya, Daryono mengajak masyarakat memahami morfologi Pantai Payangan Jember yang berbentuk teluk. Maka, diduga kuat musibah yang terjadi sangat mungkin diakibatkan arus rip current.
Apa lagi, jika dicocokkan dengan waktu kejadian bersamaan dengan waktu pasang. Daryono juga menyebut, berdasarkan informasi dari BMKG, tinggi gelombang saat kejadian mencapai sekitar 2 hingga 2,5 meter.
Hal ini, lanjut Daryono, terjadi akibat kurangnya pengetahuan masyarakat tentang arus di Pantai Selatan Jawa. Banyak masyarakat yang justru percaya mitos jika Nyi Roro Kidul meminta korban. Padahal, kejadian ini karena bahaya arus laut yang tengah deras.
"Kurangnya pemahaman masyarakat mengenai karakteristik dan bahaya arus laut di pantai menjadi faktor utama terus berulangnya korban jiwa terseret arus laut. Di Jawa berkembangnya mitos dan cerita rakyat Nyai Roro Kidul bahwa Laut Selatan sering meminta korban. Ini sesungguhnya hanyalah bentuk ketidakmampuan masyarakat dalam menjawab fenomena alam pantai yang mematikan dan sering terjadi secara berulang," paparnya.
"Sebenarnya masyarakat dapat terhindar dari bahaya arus laut ini asalkan mau memahami karakteristik dan mekanisme terbentuknya arus berbahaya ini, karena fenomena derasnya arus pantai merupakan gejala alam biasa dan dapat dijelaskan secara ilmiah," tambah Daryono.
Sebelumnya, sebanyak 23 orang tergulung ombak saat melakukan ritual di pantai Payangan, Desa Sumberejo, Kecamatan Ambulu. Peristiwa itu mengakibatkan 11 orang tewas.
"Korban merupakan pengikut dari kelompok ritual bernama Tunggal Jati Nusantara," kata Kapolres Jember AKBP Hery Purnomo kepada detikJatim, Senin (14/2/2022).
Pemimpin dari kelompok ini bernama Nurhasan (35), warga Dusun Botosari, Desa Dukuhmencek, Kecamatan Sukorambi. Bahkan rombongan ritual ini berangkat ke pantai Payangan dari rumah Nurhasan.
Mereka berangkat pada hari Sabtu (12/2), sekitar pukul 23.00 WIB. Sebelum berangkat mereka berkumpul dan berdoa bersama terlebih dahulu di rumah salah satu anggota. Rombongan menuju lokasi dengan naik kendaraan mini bus. Ketua kelompok, Nurhasan juga ikut dalam rombongan itu.
(hil/iwd)