Balai Taman Nasional Gunung Merbabu mengeluarkan pengumuman larangan melakukan trekking atau wisata ke air terjun Semuncar. Pihak Taman Nasional pun mengungkapkan sejumlah alasannya.
Pengumuman larangan tracking wisata ke sumber air Semuncar yang berada di lereng Gunung Merbabu sisi timur itu juga telah diunggah di akun resmi BTNGMb, Instagram @btn_gn_merbabu. Kemudian direpost ulang oleh sejumlah akun media sosial lainnya.
Kepala Balai Taman Nasional Gunung Merbabu (BTNGMb), Anggit Haryoso, saat dimintai konfirmasi membenarkan adanya pengumuman larangan trekking/wisata ke Semuncar tersebut. Ada sejumlah alasan sehingga BTNGMb mengeluarkan pengumuman larangan berwisata ke sumber air yang berada di ketinggian sekitar 1.600 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Anggit menyampaikan bahwa jalur ke air terjun Semuncar bukan merupakan jalur trekking wisata. Jalur pendakian di Gunung Merbabu yang resmi atau legal ada lima, yaitu jalur pendakian Selo, Swanting, Thekelan, Cuntel, dan Wekan.
"Empat jalur pendakian yang kita buka untuk umum. Sedangkan jalur Cuntel itu kita buka untuk pendidikan SAR. Jadi selain itu tidak ada dalam jalur trekking," kata Kepala BTNGMb, Anggit Haryoso, kepada detikJateng melalui telepon selulernya Rabu (2/7/2025).
"Jadi kita bukan menutup jalur trekking, memang itu (jalur ke Semuncar) bukan jalur trekking-nya Merbabu. Jadi memang kita nggak boleh. Jadi penutupan itu pelarangannya adalah pelarangan melakukan trekking," tegasnya.
Selain itu, beber Anggit, sumber air Semuncar ini merupakan sumber air baku bagi warga di 5 desa di Kecamatan Gladagsari, Kabupaten Boyolali. Yaitu Desa Sampetan, Desa Candisari, Desa Ngargoloko, Desa Ngadirojo dan Desa Kembang.
"Lima desa ini yang mendapatkan izin pemanfaatan air untuk pemenuhan kebutuhan baku," imbuh dia.
Air dari Semuncar tersebut digunakan ribuan warga di 5 desa tersebut untuk kebutuhan sehari-hari. Baik untuk memasak, air minum dan untuk bersuci atau berwudu. Sehingga jika pada sumber air ada aktivitas orang, dikhawatirkan akan mengotori atau air menjadi tercemar.
"Jadi, kalau ada aktivitas wisata yang di sana (Semuncar) itu dampaknya itu kemarin yang sudah dikeluhkan oleh masyarakat itu pencemaran air. Dari aktivitas mandi atau cuci di sana saja kan secara apa, kalau masyarakat bilang nggih mboten etis, Pak. Di bawah (perkampungan penduduk) itu (air dari Semuncar) untuk minum, kemudian cuci makanan, sayuran, kok diatas dikotori," jelasnya.
Dikemukakan juga, masyarakat yang memanfaatkan air dari Semuncar tersebut sudah menyampaikan ke BTNGMb, keberatan jika Semuncar dibuka menjadi tempat wisata. Dari forum pemanfaatan air Semuncar sudah menyampaikan keluhan tersebut ke pihak Taman Nasional. karena untuk menuju ke air terjun Semuncar antara lain memang harus melewati aliran sungai tersebut.
Anggit juga mengungkapkan, selama ini cukup banyak yang naik ke air terjun Semuncar. Bahkan ada yang membuka penawaran ke sana.
"Maraknya itu setelah muncul di media sosial, ada penawaran, wisata dan lain sebagainya," paparnya.
Pihaknya sudah melakukan sosialisasi ke masyarakat untuk tidak melakukan trekking di Merbabu, selain di lima jalur pendakian resmi tersebut. Pihaknya juga sudah menyampaikan, untuk pembukaan wisata di dalam kawasan konservasi harus melalui kajian terlebih dahulu. Baik ekologinya, fisiknya dan sosial budayanya.
(apu/ahr)