Perairan Pantai Arnavat, Demak, terdapat nama yang populer di kalangan masyarakat sekitar. Yaitu La'rogo yang merupakan perairan tempat bertemunya antara air laut dengan air sungai.
Kades Surodadi, Supriyanto mengatakan bahwa nama tersebut berasal dari dua kata yakni La' dari bahasa arab yang berarti pertemuan, dan rogo dari bahasa jawa yaitu raga atau sebuah keberadaan sesuatu yang hidup.
"Bahasa la' itu pertemuan antara sungai dengan laut, jadi la' itu pertigaan, punjer, atau muara dari sungai ke laut itu la'. Lalu dinamakan rogo itu karena ada sungai bernama anak sungai rogo. Rogo itu dikenal dari dulu zaman nenek moyang untuk memandikan orang sakit," ujar Supriyanto, Selasa (9/1/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Rogo itu badan, dan di situ ada sesepuhnya, Mbah Rogo, Mbah Jatirogo, Mbah Rupiah, bagi yang percaya itu," imbuhnya.
Lokasi La'rogo tersebut mulai dari perairan Pantai Arnavat hingga mengular sepanjang sekitar 1,5 kilometer melewati tambak dan tempat tinggal warga setempat. Konon nenek moyang warga setempat memanfaatkan air tersebut untuk ritual mandi sebagai salah satu metode penyembuhan.
"Sebenarnya anak sungai, panjangnya itu sekitar 1,5 kilometer, dengan liku-liku anak sungai itu, ada pertemuan pertambakan, tapi sekarang jadi daratan, pantai arnavat itu, menyempit jadi pasir," terangnya.
Ia menuturkan bahwa arus anak sungai tersebut tidak deras. Yakni yang merupakan aliran dari sawah ke laut.
"La'rogo itu memang sungai yang arusnya tidak terlalu kencang, dulu sumber mata air pembuangan dari sawah," terangnya.
Ia menuturkan bahwa banyak orang sakit berdatangan ke La'rogo sebagai metode penyembuhan. Ia menceritakan bahwa dirinya saat kecil juga sempat mandi di lokasi tersebut lantaran sakit.
"Tempat orang mengobati orang sakit di situ banyak. Bahkan saya waktu kecil sering dimandikan di situ. Alhamdulillah karena dulu kan juga sakit lama, sampai umur 4 tahun atau 5 tahun itu gak bisa jalan," terangnya.
"Dimandikan di situ, banyak yang dimandikan di situ," sambungnya.
Ia menjelaskan bahwa tata cara mandi di lokasi itu berbeda-beda. Ada yang menggunakan koin dan ada pula yang membuang pakaian.
"Generasi (era) dulu itu cara memandikannya sebelum terbitnya matahari atau terbenamnya matahari. Jadi biasanya mandi di situ, pakaiannya dibuang yang dipakai sebelum mandi," terangnya.
"Ada juga begini, waktu hari ini sakit, sakitnya itu karena kecelakaan atau sakitnya itu karena apa, itu pakai pakaian apa, terus dibawa ke situ mandi dibuang di situ. Kita buang di situ sebagai bentuk membuang sial agar luntur ke lautan lepas, jadi penyakitnya loss," sambungnya.
![]() |
Ia menjelaskan metode penyembuhan tersebut sangat terkenal sebelum eranya pengobatan dengan cara medis. Lama metode mandi penyembuhan di lokasi itu maksimal selama 7 hari berturut-turut.
"Kebanyakan yang di situ bisa sembuh. Sejak nenek moyang kita, bahkan sudah beberapa antar kabupaten, kecamatan banyak. Cuman saat itu terus karena zaman sekarang zaman modern, ada beberapa periode kepala desa tidak mempercayai itu, nah ini kita angkat kembali, kita gunakan metode itu dan alhamdulillah masih bisa menyembuhkan," terangnya yang populer dengan sebutan Mbah Suro itu.
"Paling lama kalau penyakit itu tujuh hari berturut-turut, kadang sekali. Kemarin kita mandiin orang sakit itu juga langsung sembuh," imbuhnya.
Ia menyebut banyak orang datang dengan berbagai jenis penyakit. Dari sakit dalam hingga luar.
"Ada yang mual, ada yang lambung, jantung, sakit nafas, bermacam macam," terangnya.
Sementara itu satu nelayan, Sukoco mengatakan bahwa dirinya saat kecil juga pernah sakit kuning mandi di La'rogo. Hal tersebut merupakan satu ikhtiar kepercayaan warga setempat.
"Pernah (mandi di la'rogo). Iya, dulu sakit kemuning, bengkak-bengkak. Udah lama, masih kecil. Mandi tujuh hari, ya namanya ikhtiar," terangnya.
Senada nelayan lain, Supareng mengatakan bahwa La'rogo terkenal sejak nenek moyangnya sebagai media penyembuhan penyakit. Biasanya anak-anak kecil yang sakit dengan membawa uang receh.
"La'rogo itu kan terkenalnya bisa menyembuhkan penyakit, anak yang sakit biasanya dibawa ke situ langsung sembuh," ujar Supareng.
"Biasanya habis subuh, sambil bawa uang receh. Sambil ngomong minta obat di situ biar cepat sembuh. Iya, (uang receh) untuk dilempar di situ," imbuhnya.
Ia menuturkan bahwa anak sungai tersebut saat ini sudah menyempit lantaran sejumlah tanah timbul. Menurutnya aksesnya bisa melalui jalur lokasi wisata menuju Pantai Arnavat.
"Sering, tapi kalau sekarang jalurnya susah karena perahunya (harus) kecil, harusnya lewatnya tempat wisata," tuturnya.
Ia menambahkan bahwa tradisi tersebut sudah sejak dari nenek moyang. Nama tersebut sebagai entitas penunggu di lokasi tersebut.
"Udah dari nenek moyang, dari dulu. La'rogo, rogonya yang menunggu di situ," terangnya.
(cln/ahr)