Bekas Hotel Cakra Solo yang kini jadi wahana wisata rumah hantu ternyata dikenal sebagai bangunan horor oleh warga sekitar. Kisah-kisah misteri dari hotel bekas markas tentara Jepang itu membuat bulu kuduk berdiri.
Salah satu warga yang rumahnya hanya berjarak 700 meter dari Hotel Cakra, Mei (49) mengatakan bekas hotel di Jalan Slamet Riyadi, Kemlayan, Kota Solo, itu memang terkenal angker.
"Teman-teman yang ada di situ banyak melihat sosok-sosok. Yang sering dilihat itu orang Belanda pakai gaun putih, tapi besar sekali, berdiri di kaca yang retak. Merinding saya," kata Mei saat ditemui detikJateng di warung angkringan miliknya, Kamis (14/12/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mei mengatakan, Hotel Cakra dulu termasuk salah satu hotel berkelas di Solo. Hotel itu juga jadi salah satu saksi bisu kerusuhan Mei 1998.
"(Mangkrak) Salah satunya juga karena demonstrasi tahun 1998. Waktu itu demonstrasinya berawal dari UMS, beribu-ribu orang berjalan. Hotel Cakra kena imbasnya. Karena kejadian dari pembakaran, semua perabot rusak," kenang Mei.
Setelah kerusuhan Mei 1998 di Solo, Hotel Cakra semakin terbengkalai dan menyisakan cerita-cerita horor. Menurut Mei, sebagian warga sekitar tidak berani untuk sekadar masuk ke pelataran bekas hotel itu.
"Waktu itu saya pernah masuk ke dalam juga untuk melihat, karena dulu tempat main saya. Di situ ada kolam renang, ada tempat biliar. Saya lihat semuanya sudah terbengkalai, saya ndak bisa masuk karena auranya terlalu jelek," ujar Mei.
Mei menambahkan, keberadaan semak belukar di bekas Hotel Cakra juga disebut menjadi sarang musang liar yang kerap masuk ke perkampungan saat malam. Maka itu Mei mengaku tak habis pikir saat bangunan itu kini jadi wahana rumah hantu yang ramai dikunjungi.
![]() |
"Dulunya orang masuk tak kasih Rp 100.000 aja ndak mau. (Cerita) Perang Jepangnya itu udah horor, terus ditambah jadi hotel terbengkalai, sekarang malah jadi wahana," ucapnya.
Warga sekitar yang kini jadi satpam di bekas Hotel Cakra, Slamet (62) mengatakan bangunan ini dulunya pusat militer Jepang (Kempetai) di Solo.
"Ada perempuan Jawa waktu itu, sampai sekarang makhluk halusnya masih ada. Dia tidak dibunuh, tapi disiksa, akhirnya kehabisan darah dan hilanglah nyawa mereka," cerita Slamet saat detikJateng bertandang ke rumahnya, Kamis (14/12/2023).
"Kalau merasuki orang yang kebetulan kosong (pikirannya), minta tolong 'aku tolong dibantu dibunuh sekalian, daripada disiksa sampai sekarang'. Ya kita kan ndak bisa membunuh orang yang meninggal," sambungnya.
Slamet menjelaskan, dulu juga ada cerita bahwa kamar nomor 13 di Hotel Cakra tidak boleh dihuni. Namun, Slamet mengaku tak tahu dari mana sumber cerita itu. Dia juga tidak paham bagaimana lanjutan ceritanya jika kamar itu dibuka.
"Sampai sekarang pun tidak boleh dibuka. Sampai sekarang dipakai untuk rumah hantu pun tidak boleh dibuka. Kamar nomor 13," ucapnya.
Menurut Slamet, ada beragam jenis hantu yang diyakini mendiami bekas Hotel Cakra Solo itu. Dia menambahkan, sebagian warga sekitar juga meyakini jika ada orang meninggal maka rohnya akan tinggal di hotel terbengkalai itu hingga 40 hari.
"Jadi misalkan saya meninggal, didoain sampai 40 hari, itu saya tinggal di situ. Menunggu 100 hari baru saya bergeser ke pemakaman saya," kata Slamet.
Warga lain yang tinggal di samping bekas Hotel Cakra, Dar (58) mengatakan hantu-hantu yang dipercaya menghuni bangunan itu tidak pernah mengganggu warga sekitar.
![]() |
"Nggak (ganggu) sama sekali, cuma kalau orang yang masuk ke situ kadang (mendengar) ada sepatu tentara itu loh 'prok prok prok' berbaris, yang menjaga di situ," kata Dar saat ditemui detikJateng di toko kelontongnya, Kamis (14/12/2023).
"Ada mbak-mbak yang nunggu dulu itu sering diperlihatkan. Jadi diperlihatkan ada yang minta tolong 'bu aku dongakno (minta didoakan) bu'," sambungnya.
Dar juga mengungkapkan, di bekas hotel itu juga terdapat sumur yang kini ditumbuhi pohon besar. Pohon itu sudah beberapa kali ditebang namun gagal. Akhirnya pohon tersebut dibiarkan tumbuh. Sebagian warga sekitar mempercayai makhluk halus penunggu sumur itu tidak mengizinkan pohonnya ditebang.
Meski dulu sempat takut, Dar mengatakan, warga sekitar kini sudah terbiasa dan hidup berdampingan dengan bekas hotel yang sarat kisah horor tersebut.
(dil/ahr)