Penampakan air terjun yang muncul di utara objek wisata Girpasang di desa puncak Gunung Merapi, Klaten, menuai sorotan pengunjung. Air terjun yang berada di Desa Tegalmulyo, Kecamatan Kemalang, itu ternyata dikenal warga sebagai air terjun Grenjeng.
Air terjun itu dilihat wisatawan pada Minggu (1/1) sekitar pukul 16.00 WIB. Dari kejauhan air terjun itu terlihat menyerupai garis putih seperti tower.
"Air terjun itu dijuluki air terjun Grenjeng karena memang tempat itu namanya grenjeng. Bukan karena airnya yang gembrenjeng," ungkap Kades Tegalmulyo, Sutarno kepada detikJateng, Selasa (3/1/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sutarno menerangkan air terjun itu sudah ada sejak era nenek moyang warga desanya. Air itu berasal dari puncak Gunung Bibi yang merupakan puncak lama Merapi.
"Air itu benar dari puncak Gunung Bibi, terjun lewat Grenjeng itu. Tapi kalau kemarau tidak ada airnya, hanya muncul saat musim hujan saja," terang Sutarno.
"Jadi kalau suasananya hujan sangat bagus sekali. Itu bukan dari embung atau apa tapi dari puncak yang mengalir lewat Sungai Grenjeng itu," sambungnya.
Terkait Aliran Gunung Merapi Purba
Air terjun di dekat objek wisata Girpasang itu ternyata merupakan aliran air Gunung Merapi purba.
"Sejarahnya itu sebetulnya aliran Gunung Merapi purba. Waktu Gunung Merapi puncaknya masih di Gunung Bibi (barat Girpasang)," kata Ketua Pokdarwis Desa Tegalmulyo, Subur, kepada detikJateng, Selasa (3/1/2023).
Menurut Subur, saat Merapi purba dan puncaknya masih di Gunung Bibi, salah satu aliran airnya lewat air terjun tersebut. Alirannya jauh ke hilir bahkan sampai ke Kecamatan Kebonarum.
Asal Usul Nama Grenjeng
Ketua Pokdarwis Desa Tegalmulyo, Subur mengaku tidak tahu pasti sejarah nama Grenjeng. Dia menduga karena tempat air jatuh disebut grojogan atau grenjeng.
"Tidak tahu bagaimana nama asalnya. Mungkin karena grojogan kemudian disebut Grenjeng," jelas Subur.
Subur menyebut air terjun itu berhulu di puncak Gunung Bibi yang merupakan puncak Gunung Merapi purba. Aliran air Merapi purba itu mengalir jauh.
"Airnya mengalir jauh sampai di Jembatan Basin (Kecamatan Kebonarum berjarak sekitar 20 kilometer)," imbuh Subur.
Selengkapnya di halaman berikut.
Tak Selalu Tampak
Air terjun di belakang objek wisata Girpasang itu ternyata tak selalu terlihat. Kemunculannya seringkali saat musim hujan.
"Air terjun tersebut tidak setiap saat bisa dilihat. Biasanya hanya muncul saat musim hujan," ungkap ketua RT 07 Dusun Girpasang, Gino, saat diminta konfirmasi detikJateng, Senin (2/1).
"Kalau musim hujan terlihat 3-5 hari, apalagi saat hujannya deras. Tingginya lumayan sekitar 100 meter," jelas Gino.
Ada Jejak Jaka Tingkir di Dekat Air Terjun Grenjeng
Tak jauh dari air terjun Grenjeng, ada gua yang berada di tebing. Gua ini konon memiliki legenda terkait Jaka Tingkir atau Sultan Hadiwijaya.
"Gua itu namanya Gua Dowo, Lokasinya sebelum air terjun," ujar Ketua Pokdarwis Desa Tegalmulyo, Kecamatan Kemalang, Subur kepada detikJateng, Rabu (4/1).
Subur mengatakan medan untuk menuju ke gua ini terbilang sulit. Namun banyak didatangi orang-orang tertentu.
"Untuk gua itu sebelum air terjun kita harus naik, posisinya di tebing. Gua itu gua alam dan yang jelas saat saya dulu pernah ke sana, lokasi itu untuk ritual," cerita Subur.
Menurut Subur, gua tersebut tidak terlalu besar dan tidak terlalu dalam. Konon menurut cerita sesepuh, lanjutnya, gua itu pernah didatangi Jaka Tingkir.
"Konon katanya, tapi entah benar atau tidak, dulu Jaka Tingkir pernah di gua tersebut. Itu cerita dari nenek moyang dahulu, gua tidak terlalu besar tapi banyak sisa ritual di situ," papar Subur.
Untuk diketahui, Jaka Tingkir atau Mas Karebet merupakan anak Ki Kebo Kenanga atau Ki Ageng Pengging (Boyolali). Saat muda ikut Nyi Ageng Tingkir (Salatiga) sebelum akhirnya menjadi menantu Sultan Demak dan akhirnya menjadi Sultan Pajang (Kartasura, Sukoharjo).
Simak Video "Video: Keindahan Air Terjun Niagara saat Diselimuti Es"
[Gambas:Video 20detik]
(ams/ams)