Kisah Sinci Gus Dur dan Ita Martadinata Berdampingan di Pecinan Semarang

Kisah Sinci Gus Dur dan Ita Martadinata Berdampingan di Pecinan Semarang

Angling Adhitya Purbaya - detikJateng
Senin, 26 Sep 2022 05:15 WIB
Tempat sembahyang di kawasan pecinan Kota Semarang, tepatnya di gedung Rasa Darma, dihiasi lukisan wajah Presiden ke-4 Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Foto diambil Jumat (23/9/2022).
Tempat sembahyang di kawasan pecinan Kota Semarang, tepatnya di gedung Rasa Darma, dihiasi lukisan wajah Presiden ke-4 Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Foto diambil Jumat (23/9/2022). Foto: Angling Adhitya Purbaya/detikJateng
Semarang -

Sebuah tempat sembahyang di kawasan pecinan Kota Semarang, tepatnya di gedung Rasa Darma, dihiasi lukisan wajah Presiden ke-4 Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Selain itu ada Sinci cokelat dengan nama Gus Dur yang terukir bersanding dengan Sinci warna putih bertuliskan 'Ita Martadinata Haryono'.

Kepala Sekretariat Perkumpulan Rasa Darma, Wenshi Ling Ling, mengatakan Sinci Gus Dur sudah ada sejak tahun 2014 dan dimaksudkan untuk memberi penghormatan kepada Gus Dur karena sebelumnya sudah diangkat menjadi Bapak Tionghoa Semarang.

"Gus Dur itu plural dan dia yang membantu atau yang sangat peduli dengan orang yang terpinggirkan, minoritas. Gus Dur yang jadi awal agama Kong Hu Cu kembali jadi agama yang bisa berkembang dan dikembalikan hak sipilnya. Beliau diangkat jadi Bapak Tionghoa karena Beliau bilang punya leluhur warga Tionghoa. Marganya saya lupa," kata Ling Ling ditemui di gedung Rasa Dharma, Jumat (23/9/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia menyebut ada akademisi dari Bandung yang mengusulkan kepada Ketua Rasa Dharma, Haryanto Halim, untuk memberikan penghargaan kepada Gus Dur. Maka dicarilah ide karena tidak memungkinkan membuat patung Gus Dur.

"Klenteng kan identik patung tapi tidak mingkin, kan Gus Dur muslim. Maka dibuat Sinci, bentuknya papan tertulis nama dan di dalamnya ada riwayat siapa orang tua, istri, dan kapan beliau jadi Presiden," jelasnya.

ADVERTISEMENT
Tempat sembahyang di kawasan pecinan Kota Semarang, tepatnya di gedung Rasa Darma, dihiasi lukisan wajah Presiden ke-4 Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Foto diambil Jumat (23/9/2022).Tempat sembahyang di kawasan pecinan Kota Semarang, tepatnya di gedung Rasa Darma, dihiasi lukisan wajah Presiden ke-4 Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Foto diambil Jumat (23/9/2022). Foto: Angling Adhitya Purbaya/detikJateng

Untuk membuat Sinci Gus Dur tidak sembarangan, pihak Rasa Dharma izin dulu kepada keluarga Gus Dur. Bahkan, sempat diarahkan ke Gus Mus untuk memberikan masukan. Awalnya Sinci Gus Dur bagian atasnya mirip kubah masjid, namun ternyata menurut Gus Mus bukan itu yang disukai Gus Dur.

"Jadi setelah sempat ketemu Bu Sinta di bandara, ditunjukkan kalau masalah gini ketemu Gus Mus, beliau tahu apa yang diinginkan Gus Dur. Jadi tadinya, awalnya, atasnya seperti kubah masjid, kita bawa ke Gus Mus. Kemudian katanya (Gus Mus) ini bukan kesukaan Gus Dur, kemudian dibuat seperti atap Masjid Demak," jelasnya.

Tempat sembahyang di kawasan pecinan Kota Semarang, tepatnya di gedung Rasa Darma, dihiasi lukisan wajah Presiden ke-4 Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Foto diambil Jumat (23/9/2022).Tempat sembahyang di kawasan pecinan Kota Semarang, tepatnya di gedung Rasa Darma, dihiasi lukisan wajah Presiden ke-4 Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Foto diambil Jumat (23/9/2022). Foto: Angling Adhitya Purbaya/detikJateng

Hal unik lainnya yaitu ukuran Sinci Gus Dur yang lebih besar dari lainnya. Ternyata, itu karena tidak sengaja. Ling Ling bercerita awalnya desain dari Rasa Dharma tidak sebesar itu. Namun, ketika dikoreksi oleh PT Sango, jadinya cukup besar.

"Jadi setelah ada desain dari PT Sango itu kita tidak memperhatikan. Ternyata setelah jadi ukurannya paling besar," ujarnya.

Selain Sinci Gus Dur, ada juga prasasti yang dibuat oleh warga NU dan juga warga Tionghoa Semarang. Prasasti itu dibuat sebelum Gus Dur wafat karena berisi doa kesembuhan bagi Gus Dur dan tertanggal 5 September 2009.

Halaman selanjutnya, Sinci Ita Martadinata...

Sinci Ita Martadinata

Di samping Sinci Gus Dur, terdapat Sinci putih yang memang ditujukan untuk salah satu korban kerusuhan 1998, yaitu Ita Martadinata Haryono. Ia menjadi korban pemerkosaan dan kemudian ditunjuk untuk memberikan kesaksian di PBB dan memberikan testimoni.

Namun sehari sebelum berangkat ke PBB, gadis 18 tahun itu ditemukan meninggal secara mengenaskan. Ling Ling menjelaskan, Ita merupakan sosok yang sangat membela Hak Asasi Manusia (HAM).

"Karena nggak sembarang orang, korban dari Mei 98 kan banyak. Ini kita menunjukkan dia sangat peduli terhadap HAM, dia pembela HAM," jelas Ling Ling.

Tempat sembahyang di kawasan pecinan Kota Semarang, tepatnya di gedung Rasa Darma, dihiasi lukisan wajah Presiden ke-4 Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Foto diambil Jumat (23/9/2022).Tempat sembahyang di kawasan pecinan Kota Semarang, tepatnya di gedung Rasa Darma, dihiasi lukisan wajah Presiden ke-4 Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Foto diambil Jumat (23/9/2022). Foto: Angling Adhitya Purbaya/detikJateng

Bahkan setiap Mei digelar ritual rujak pare. Seperti namanya, rujak itu disantap menggunakan pare yang menyimbolkan kepahitan hidup dan sejarah yang harus ditelan.

"Rujak pare, pare itu pahit. Rujaknya itu ditambah dengan bunga kecombrang. Bunga kecombrang bermakna sebagai perempuan Tionghoa yang kalau dibikin sambel itu diulek sampai sedemikian sama cabai dan gula. Lalu kita makan dengan pare yang rasanya pahit. Maknanya, kita makan kepahitan itu, kita harus telan. Kita harus makan pahit dengan bunga kecombrang," ujarnya.

Siapa saja bisa melakukan penghormatan di hadapan Sinci Gus Dur dan Ita, namun untuk bisa masuk ke sana tetap harus izin kepada pengelola.

Halaman 2 dari 2
(rih/dil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads