Ada Kitab Siasat Perang di Museum Pengabadian Pangeran Diponegoro

Ada Kitab Siasat Perang di Museum Pengabadian Pangeran Diponegoro

Eko Susanto - detikJateng
Minggu, 21 Agu 2022 17:16 WIB
Museum Pengabadian Diponegoro di Magelang.
Museum Pengabadian Diponegoro di Magelang. Foto: Eko Susanto/detikJateng.
Magelang -

Di Kota Magelang terdapat sejumlah museum yang layak untuk dikunjungi. Salah satunya yakni Museum Pengabadian Pangeran Diponegoro.

Museum Pengabadian Pangeran Diponegoro ini berada di kompleks Gedung Bakorwil Surakarta-Kedu di Kota Magelang. Museum saat ini menempati ruangan berukuran 7 x 8 meter persegi.

Adapun di dalam ruangan museum ini terdapat sejumlah barang-barang yang dulunya dipakai Pangeran Diponegoro. Saat pendirian bangunan museum berada satu kompleks dengan Kantor Pembantu Gubernur Wilayah Kedu sehingga berada di ruangan paling depan yang mudah di akses publik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pegiat Komunitas Kota Toea Magelang Bagus Priyana mengatakan dalam upaya pelestarian cagar budaya ada tiga pokok meliputi perlindungan, pemanfaatan dan pengembangan. Pengembangan ini, salah satunya untuk wisata.

Menurutnya, hanya ada dua yakni Museum Pengabadian Pangeran Diponegoro dan makam Johannes van der Steur untuk menarik wisatawan dari Belanda.

ADVERTISEMENT

"Ada dua tempat yang menarik minat orang luar khususnya Belanda untuk datang ke Magelang," kata Bagus saat dihubungi, Sabtu (20/8).

Menurut Bagus, kedua tempat tersebut yang pertama Museum Pengabadian Pangeran Diponegoro. Kemudian yang kedua, makam Johannes van der Steur.

"Nama besar Pangeran Diponegoro itu di negeri Belanda dianggap sebagai pemberontak, sebagai seorang tokoh yang mampu membuat hampir bangkrut Kerajaan Belanda. Yang kedua, Johannes van der Steur tidak bisa tidak dianggap tokoh kemanusiaan sebagai pahlawan," ujar Bagus.

"Namanya (Johannes van der Steur) di negeri Belanda sangat masyur. Secara nama di antara Pangeran Diponegoro dan Johannes van der Steur bertolak belakang pemberontak dan pahlawan, tetapi keduanya memiliki nilai jual sangat tinggi," tegas Bagus.

Salah satu koleksi museum Pegabadian Diponegoro, Magelang.Salah satu koleksi museum Pegabadian Diponegoro, Magelang. Foto: Eko Susanto/detikJateng

Museum Pengabadian Pangeran Diponegoro, katanya, didirikan museum semacam monumen peringatan menyimpan barang-barang peristiwa penangkapan Pangeran Diponegoro tanggal 28 Maret 1830 oleh Jenderal De Kock.

"Sebenarnya secara prinsip yang sekarang menjadi museum itu bukan tempat perundingan Pangeran Diponegoro dengan De Kock," katanya.

Pemandu Museum Pengabadian Pangeran Diponegoro, Sunarya mengatakan di museum ada koleksi berupa meja dan kursi. Untuk 4 kursi bekas perundingan Pangeran Diponegoro dengan Jenderal De Kock. Kemudian, ada tempat salat.

"Jadi satu meja ada empat kursi satu meja lainnya yang dulu untuk perundingan dan bekas untuk penangkapan. Lainnya ada tempat salat Kanjeng Pangeran Diponegoro waktu nyantri Kiai Haji Muhammad Safei di Desa Brangkal Kecamatan Gombong Kabupaten Kebumen," kata Sunarya yang juga pegawai Dikbud Provinsinya Jawa Tengah, itu.

"(koleksi lain) Ada Al Qur'an dan Kitab Taqrib yang berisi siasat perang. Itu juga kitabnya Kanjeng Pangeran Diponegoro yang menulis Kiai Nur Imam dan penerjemah Kiai Mlangi dari Sleman Jogja," tuturnya.

"Ada lukisan-lukisan dari Daud Yusuf yang menerangkan Pangeran Diponegoro sedang perang dengan Belanda di Bukit Menoreh. Satu lagi lukisan Raden Saleh menerangkan Kanjeng Pangeran Diponegoro di depan Rumah Dinas Gubernur Belanda," ujarnya.

"Lainnya (lukisan) Pangeran Diponegoro waktu usia 35 tahun yang melukis orang Belanda. Lukisan Kanjeng Pangeran Diponegoro sedang naik kuda Kiai Gentayu. Ada jubah yang dibawa untuk perang dan untuk perundingan di sini," pungkasnya.




(apl/apl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads