Situs di Klaten Ini Lebih Populer Dijuluki Candi Asu, Kok Bisa?

Situs di Klaten Ini Lebih Populer Dijuluki Candi Asu, Kok Bisa?

Achmad Hussein Syauqi - detikJateng
Minggu, 12 Jun 2022 14:59 WIB
Situs Candi Gana di Klaten yang lebih populer sebagai Candi Asu. BPCB Jateng menyebut  penamaan Candi Asu ini ditemukan dari literatur kolonial Belanda abad ke-19. Konon diduga karena banyak anjing berkeliaran di kawasan candi ini.
Situs Candi Gana di Klaten yang lebih populer sebagai Candi Asu (Foto: Achmad Hussein Syauqi/detikJateng )
Klaten -

Candi Gana merupakan salah satu candi di wilayah Kecamatan Prambanan, Klaten, Jawa Tengah. Nama candi ini tidak terlalu dikenal seperti Candi Sewu, Plaosan maupun Sojiwan karena candi itu lebih dikenal dengan sebutan Candi Asu atau Candi Anjing. Kok bisa?

Candi Gana terletak tidak jauh dari Candi Sewu yang megah, jaraknya sekitar 300 meter ke arah timur. Dari Candi Plaosan arahnya ke barat berjarak sekitar satu kilometer.

Jika candi lain tampak berdiri megah, berbeda dengan Candi Gana yang tampak masih berserakan. Candi di Dusun Bener, Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan itu masih proses pemugaran.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di lokasi yang dipagari besi hanya ada bebatuan komponen candi yang jumlahnya ratusan. Komponan batuan itu mulai dari batu-batu bertakik, kemuncak, batu relief, kala, dan sebagainya.

Bebatuan relief terdiri dari berbagai motif. Ada motif bunga, sulur sampai orang-orang kerdil dengan posisi mengangkat kedua tangan atau dalam mitologi Hindu disebut Gana.

ADVERTISEMENT

Di bagian tengah terlihat struktur pintu masuk tetapi sudah tidak utuh. Dengan kondisi itu, Candi Gana kadang sulit ditemukan sebab tidak terlihat menjulang, kalah dengan bangunan rumah penduduk yang mengepungnya.

Terlebih, warga sekitar mengenal candi tersebut bukan sebagai Candi Gana tapi sebagai Candi Asu sejak lama. Konon sebutan itu melekat turun-temurun.

"Zaman dulu konon ada arca rusak bentuknya menyerupai asu (anjing) di situ. Orang tua dulu kan hanya melihat sekilas, mirip asu, jadi disebut Candi Asu," ujar Sugiyanto (66) warga setempat kepada detikJateng, Sabtu (11/6/2022).

Sugiyanto menuturkan selain karena ada arca rusak menyerupai anjing, konon banyak anjing yang berkeliaran di sekitar candi. Saat ini kondisi candi masih berserakan namun beberapa tahun terakhir mulai dikumpulkan.

"Ini saja mulai dikumpulkan (batunya), dulu berserakan ke kampung-kampung. Dipugar sudah beberapa lama, kadang ada wisatawan tapi tidak banyak," papar Sugiyanto.

Terkait penamaan Candi Asu ini juga diamini Juru Pelihara Candi Gana, Suyono. Dia menyebut konon banyak anjing yang berkeliaran di kawasan candi.

"Menurut zaman dulu, cerita orang sini banyak anjing (asu) di sekitar sini. Candi ini dulu roboh," ucap Suyono ketika ditemui detikJateng di kantornya.

Suyono menuturkan saat itu, masyarakat setempat mengira banyak emas yang tersimpan di dalam candi. Sehingga ketika roboh, bangunan candi ini dibongkar hingga berserakan batunya.

"Dulu kan orang-orang tua belum tahu, tahunya di dalam candi ada emas-emasan dan karena penasaran dibongkar lah. Padahal candi ini untuk peribadatan," ujar Suyono.

Suyono menuturkan berbeda dengan namanya yang disebut Candi Asu, ternyata tidak banyak relief berupa binatang di Candi Gana. Justru, kata dia, ada banyak relief orang kerdil (Gana).

"Relief-relief binatang tidak banyak, tapi ada satu gambar burung. Lainnya relief orang cukup banyak," lanjut Suyono sambil menunjukkan bebatuan relief.

Camat Prambanan, Puspa Enggar Hastuti juga membenarkan sebutan Candi Gana disebut Candi Asu. "Iya dari dulu, dari zaman dulu sekali," terang Puspa saat dimintai konfirmasi detikJateng.

Penamaan Candi Asu ternyata sudah sejak abad ke-19

Sebutan Candi Gana menjadi Candi Asu juga dibenarkan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jateng. Pamong Budaya Ahli Muda BPCB Jateng, Gatut Eko NurcahyoPamong Budaya Ahli Muda BPCB Jateng, Gatut Eko Nurcahyo menuturkan belum ada literatur yang dapat menjelaskan penamaan tersebut.

"Hingga sekarang belum ditemukan literatur yang dapat menjelaskan kenapa Candi Gana pernah dinamai Candi Asu. Baru sebatas diketahui beberapa peta dan catatan lama dari masa pemerintahan kolonial Hindia Belanda," kata Gatut kepada detikJateng, kemarin.

Gatut menyebut dari catatan kolonial Belanda abad ke-19, Candi Gana disebut dengan nama Tjandi Asoe atau Tjandi Assoe. Dia menyebut penamaan ini biasanya memiliki latar belakang tertentu.

"Candi Asu sebelum dinamakan Candi Gana memiliki latar belakang berbeda dengan candi lain, misalnya Candi Rara Jonggrang untuk sebutan Candi Prambanan. Candi Rara Jonggrang berlatar legenda masyarakat, Candi Kalasan pernah dikenal dengan nama Candi Kalibening karena letaknya berdekatan dengan Sungai (Kali) Bening dan sebagainya," papar Gatut.

Situs Candi Gana di Klaten yang lebih populer sebagai Candi Asu. BPCB Jateng menyebut  penamaan Candi Asu ini ditemukan dari literatur kolonial Belanda abad ke-19. Konon diduga karena banyak anjing berkeliaran di kawasan candi ini.Situs Candi Gana di Klaten yang lebih populer sebagai Candi Asu. BPCB Jateng menyebut penamaan Candi Asu ini ditemukan dari literatur kolonial Belanda abad ke-19. Konon diduga karena banyak anjing berkeliaran di kawasan candi ini. Foto: Achmad Hussein Syauqi/detikJateng

Dia menyebut di situs Candi Gana tidak ada laporan ditemukannya arca lembu Nandi. Dia mencontohkan di situs Candi Asu Sengi Magelang yang ditemukan adanya arca Nandi yang mulanya diduga berbentuk anjing.

"Jadi tidak ditemukan Arca lembu Nandi sebagaimana terjadi pada Situs Candi Asu Sengi di daerah Kabupaten Magelang. Jadi mungkin saja penamaannya (Candi Asu) itu disebabkan karena di lingkungannya dulu banyak ditemui binatang anjing," terang Gatut.

Gatut mengatakan periode Candi Gana didirikan juga belum dapat diungkap secara mutlak. Belum ditemukan prasasti yang dapat diasosiasikan atau memiliki konteks langsung dengan Candi Gana.

"Tidak ada prasasti yang menyebut atau diasosiasikan dengan Candi Gana. Namun berdasarkan batu-batu candinya dapat menggambarkan Candi Gana bergaya abad 9 Masehi (tahun 900)," lanjut Gatut.

Candi Gana, terang Gatut, memiliki profil atau perbingkaian yang terdiri atas sisi genta, belah rotan, dan pelipit rata. Dengan ciri itu, diperkirakan Candi Gana memiliki gaya seni arsitektur candi yang berkembang pada abad 9 Masehi.

"Arsitekturnya diperkirakan abad 9 Masehi. Komposisi perbingkaian semacam juga terdapat di Candi Prambanan yang memiliki periodisasi berdasarkan Prasasti Siwagrha bertarikh 856 Masehi," imbuh Gatut.

Pihaknya juga belum mengetahui sosok penguasa atau raja yang memprakarsai pembangunan Candi Gana ini. Sebab, dari catatan sejarah pada abad ke-9 Masehi sedikitnya ada 11 raja yang pernah berkuasa.

"Di abad 9 Masehi (Kerajaan Mataram Kuno) setidaknya ada 11 raja berkuasa. Itu berdasarkan interpretasi terhadap Prasasti Wanua Tengah III," sambung Gatut.

Meski begitu, menurut Gatut, Candi Gana identik dengan candi Buddha meski memiliki ikon relief Gana yang biasanya di candi Hindu. Dia menyebut ikon relief yang ada di candi tidak selalu menunjukkan agama tertentu.

"Tidak semua ikon mitologis di candi berasosiasi ke Hindu atau Buddha. Keberadaan ikon pada candi merupakan unsur yang menegaskan candi sebagai replika kosmis, alam kedewaan, gunung Meru, kahyangan dan sebagainya sehingga layak jika makhluk mitologis ada di lokasi," pungkas Gatut.




(ams/ahr)


Hide Ads