Menikmati Pesona Sunrise-Milky Way di Puncak Gunung Ireng Gunungkidul

Menikmati Pesona Sunrise-Milky Way di Puncak Gunung Ireng Gunungkidul

Pradito Rida Pertana - detikJateng
Minggu, 27 Mar 2022 19:23 WIB
Selain mengandalkan pemandangan sunrise bahkan Milky Way (Galaksi Bima Sakti), Gunung Ireng tengah mengembangkan sport tourism untuk bangkit dari pandemi.
Selain mengandalkan pemandangan sunrise bahkan Milky Way (Galaksi Bima Sakti), Gunung Ireng tengah mengembangkan sport tourism untuk bangkit dari pandemi. (Foto: Pradito Rida Pertana/detikJateng)
Gunungkidul -

Kabupaten Gunungkidul memiliki banyak gunung api purba, salah satunya Gunung Ireng yang saat ini menjadi salah satu objek wisata (obwis) non pantai. Selain mengandalkan pemandangan sunrise bahkan Milky Way (Galaksi Bima Sakti), obwis tersebut tengah mengembangkan sport tourism untuk bangkit dari pandemi.

Berlokasi di Pedukuhan Srumbung, Kalurahan Pengkok, Kapanewon Patuk, Kabupaten Gunungkidul, Gunung Ireng berjarak 26 kilometer dari Kota Yogyakarta. Untuk akses menuju ke obwis tersebut juga terbilang mudah, namun sesampainya di Gunung Ireng pengunjung harus berjalan kaki untuk mencapai puncaknya.

Sesampainya di puncak Gunung Ireng, detikJateng disuguhi hamparan perbukitan dan persawahan dari ketinggian. Suasana asri dan sejuk membuat pengunjung betah berlama-lama, tampak beberapa pengunjung tengah berswafoto dan bersantai di beberapa gazebo yang tersedia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pengelola Pokdarwis Gunung Ireng Sugit menjelaskan, penamaan Gunung Ireng baru tercetus pasca tahun 2013. Di mana saat itu salah satu kampus melakukan penelitian dan mengungkap bahwa Gunung yang didominasi batu berwarna hitam ini adalah salah satu gunung api purba, bahkan lebih tua dari gunung api Nglanggeran.

"Jadi awalnya sebelum kita namakan Gunung Ireng di tahun 2010-2013, itu namanya Gunung Botak karena di sini tidak tumbuh rumput," katanya saat ditemui di Gunung Ireng, Sabtu (27/3/2022).

ADVERTISEMENT

"Kenapa jadi Gunung Ireng? Karena ini adalah gunung api purba dan menurut penelitian dari IST Akprind, Gunung Ireng lebih tua dari Nglanggeran. Apalagi dari komposisi batuan di Gunung Ireng lebih lengkap," lanjut Sugit.

Selain mengandalkan pemandangan sunrise bahkan Milky Way (Galaksi Bima Sakti), Gunung Ireng tengah mengembangkan sport tourism untuk bangkit dari pandemi.Selain mengandalkan pemandangan sunrise bahkan Milky Way (Galaksi Bima Sakti), Gunung Ireng tengah mengembangkan sport tourism untuk bangkit dari pandemi. Foto: Pradito Rida Pertana/detikJateng

Pria yang juga menjabat Lurah Pengkok ini melanjutkan, Gunung Ireng kemudian menjadi tempat favorit para peneliti geologi. Karena termasuk gunung api purba, pihaknya bersama tim dari Akprind mengajukan Gunung Ireng ke pemerintah untuk ditetapkan sebagai Geoheritage.

Menyoal kapan menjadi objek wisata, Sugit mengaku awalnya mengajak masyarakat untuk kerja bakti membersihkan Gunung Ireng. Selanjutnya, setelah penelitian tersebut pihaknya baru mengembangkan Gunung Ireng sebagai obwis.

"Awalnya kita mengajak masyarakat untuk kerja bakti karena ada sejarahnya di sini, ada batu-batu lumpang dan sebagainya ada mistisnya. Nah, Desember tahun 2013 kita launching buku sejarah Gunung Ireng dari sisi mitos maupun ilmiahnya," ujarnya.

Sugit menyebut, yang menarik dari Gunung Ireng adalah pemandangan alam dari ketinggian. Selain itu, Gunung Ireng merupakan salah satu tempat terbaik untuk menikmati sunrise atau matahari terbit di Gunungkidul.

"Bisa menyaksikan sunrise dan saat malam hari menawarkan foto Milky Way. Karena pemandangannya yang bagus di sini juga sering digunakan untuk prewedding, camping ground dan outbound," katanya.

Sedangkan untuk biaya, dia mengaku sangat terjangkau. Bahkan, pengunjung tidak perlu merogoh kocek dalam-dalam untuk berwisata di Gunung Ireng.

"Untuk biaya cukup murah, satu orang Rp 5 ribu. Penitipan motor Rp 2 ribu dan mobil Rp 5 ribu. Untuk fasilitas kita ada toilet, guest house dan warung kopi hingga warung makan," ujarnya.

Bangkitkan kunjungan wisata di Gunung Ireng

Terlepas dari hal tersebut, Sugit mengungkapkan bagaimana usaha pihaknya untuk mengembalikan kunjungan wisata seperti sebelum pandemi. Mengingat saat pandemi Sugit mengaku Gunung Ireng sangat sepi pengunjung.

"Wah, sangat sepi saat pandemi itu. Ini pasca Corona sudah mulai membaik kunjungannya meski saat ini masih kami lakukan pembatasan sesuai aturan pemerintah," ucapnya.

Selain mengandalkan pemandangan sunrise bahkan Milky Way (Galaksi Bima Sakti), Gunung Ireng tengah mengembangkan sport tourism untuk bangkit dari pandemi.Selain mengandalkan pemandangan sunrise bahkan Milky Way (Galaksi Bima Sakti), Gunung Ireng tengah mengembangkan sport tourism untuk bangkit dari pandemi. Foto: Pradito Rida Pertana/detikJateng

Menurutnya, untuk mengembalikan kunjungan wisata seperti sedia kala memerlukan usaha lebih, salah satunya dengan mengembangkan sport tourism. Mengingat suasana di kawasan Gunung Ireng sangat mendukung untuk menggelar lomba lari.

"Dan upaya membangkitkan ekonomi kerakyatan agar orang tahu Gunung Ireng dengan Geoheritage Cross Country ini," ucapnya.

Selain itu, pihaknya juga tengah mengembangkan warung kopi dan ada wisata kuliner yang melibatkan 32 lapak. Nantinya 32 lapak itu menggunakan nama bebatuan yang ada di Gunung Ireng sebagai edukasi untuk pengunjung.

"Dan yang dijual harus berbeda meski bahan baku sama, serta tidak boleh menggunakan plastik," katanya.

Wakil Bupati Kabupaten Gunungkidul Heri Susanto menilai terobosan sport tourism di Gunung Ireng bisa dicontoh obwis lain untuk menggaet wisatawan. Namun, Heri menekankan pentingnya syarat vaksinasi bagi bara peserta yang ikut dalam event sport tourism untuk mencegah penyebaran COVID-19.

"Saya pikir kita mengapresiasi kegiatan sport tourism selama menerapkan protokol kesehatan. Seperti hari ini semua peserta sudah menjalani vaksinasi. Ya semoga event-event seperti ini semoga menjalar ke daerah lain untuk menggelar sport tourism," ujarnya.




(aku/aku)


Hide Ads