Klub sepakbola Persis Solo merayakan ulang tahunnya yang ke-99 pada hari ini, Selasa (8/11/2022). Berikut sekilas sejarah tentang Persis Solo dan julukannya, Laskar Sambernyawa.
Sejarah Persis sebelum Indonesia Merdeka
Dilansir situs resmi Persis Solo, periodisasi sejarah Persis Solo berawal sejak tanggal 8 November 1923. Tepat pada tanggal ini, 99 tahun silam, Vorstenlandsche Voetbal Bond (VVB) didirikan. VVB disebut sebagai cikal bakal klub sepak bola kebanggaan warga Solo
Pembentukan VVB diinisiasi oleh tiga tokoh, yaitu Sastrosaksono dari klub Mars serta Raden Ngabehi Reksohadiprojo dan Sutarman dari klub Romeo.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Didasari atas keyakinan ketiga tokoh tersebut bahwa permainan sepak bola dapat dimainkan oleh siapa pun tanpa ada batasan tertentu," dikutip dari persissolo.id yang diakses detikJateng pada Selasa (8/11/2022).
Lima tahun berselang, tepatnya setelah Sumpah Pemuda 1928 digaungkan, VVB mengubah namanya menjadi Persatuan Sepakraga Indonesia Soerakarta (PERSIS).
Perubahan nama dari VVB menjadi Persis ini tak lain sebagai perwujudan nilai perjuangan dan persatuan yang terkandung dalam Sumpah Pemuda. Sejak 1928, secara non formal, klub tersebut menggunakan nama PERSIS.
Pada 12 Mei 1933, Persis mulai diresmikan sebagai nama klub. Kepanjangannya bukan Persatuan Sepakraga Indonesia Soerakarta, tapi diganti menjadi Persatuan Sepakraga Indonesia Soerakarta.
Pada 19 April 1930, PERSIS turut dalam pembentukan federasi sepak bola PSSI bersama enam klub lain dari Bandung, Magelang, Madiun, Jogja, Surabaya, dan Jakarta. Pada kurun 1930 - 1940-an, Persis Solo tujuh kali menjuarai kompetisi Perserikatan PSSI.
Sejarah Laskar Sambernyawa
Seperti diketahui, Persis Solo akrab dengan julukan Laskar Sambernyawa. Siapa itu Sambernyawa? Berikut sejarah singkatnya.
Dikutip dari jurnal Perlawanan Raden Mas Said Terhadap Belanda di Mataram Tahun 1742-1757 (Pesagi Vol 4 No 2, 2016), Pangeran Sambernyawa adalah julukan bagi pahlawan nasional Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara I alias Raden Mas Said.
Pangeran Sambernyawa lahir di Kraton Kartasura pada 7 April 1725 dan wafat di Surakarta pada 28 Desember 1795. Dia merupakan pendiri Praja Mangkunegara, Kadipaten Agung di Jawa Tengah.
Dalam jurnal karya Tahrir Musthofa dkk itu disebutkan, Raden Mas Said mendapat julukan Pangeran Sambernyawa dari Nicolaas Hartingh, Gubernur VOC. "...karena di dalam peperangan RM Said selalu membawa kematian bagi musuh-musuhnya," tulis jurnal itu.
Sebagai cikal bakal Mangkunegaran, Pangeran Sambernyowo disebut telah memulai perang melawan kekuasaan Belanda sepanjang 16 tahun.
Baca juga: Sugeng Tanggap Warsa Persis Solo |
Pada 1741-1742, ia memimpin Laskar Tionghoa melawan Belanda. Pangeran Sambernyowo kemudian bergabung dengan Pangeran Mangkubumi melawan Mataram dan Belanda, 1743- 1752.
Pangeran Sambernyawa dikenal sangat menentang Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755. Sebab, perjanjian hasil rekayasa Belanda itu memecah belah bumi dan rakyat Mataram menjadi dua, yaitu Surakarta dan Yogyakarta.
Selama sekitar 16 tahun, pasukan Mangkoenagoro melakukan pertempuran sebanyak 250 kali. Dalam jurnal Tahrir Musthofa dkk disebutkan, Raden Mas Said atau Pangeran Sambernyawa memiliki motto tiji tibeh dalam membina kesatuan laskar atau bala tentaranya.
Motto tiji tibèh merupakan kependekan dari 'mati siji, mati kabèh; mukti siji, mukti kabèh' (gugur satu, gugur semua; sejahtera satu, sejahtera semua). "Dengan motto ini, rasa kebersamaan pasukannya terjaga," tulis jurnal tersebut.
Semangat persatuan dan kebersamaan pasukan Pangeran Sambernyawa itulah yang menginspirasi Persis Solo menggunakan julukan Laskar Sambernyawa.
(dil/sip)