Striker Arema Saksikan Korban Kanjuruhan Meregang Nyawa di Ruang Ganti

Nasional

Striker Arema Saksikan Korban Kanjuruhan Meregang Nyawa di Ruang Ganti

Tim detikSport - detikJateng
Senin, 03 Okt 2022 13:56 WIB
Pesepak bola Arema FC Abel Camara (kanan) memeluk rekannya usai mencetak gol ke gawang Borneo FC dalam laga Final Piala Presiden Leg Pertama di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Kamis (14/7/2022). Arema selaku tuan rumah mengalahkan Borneo FC dengan skor 1-0. ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto/rwa.
Abel Camara. Foto: ANTARA FOTO/ARI BOWO SUCIPTO
Solo -

Penyerang Arema FC Abel Camara menceritakan suasana pilu saat Tragedi Kanjuruhan Malang terjadi pada akhir pekan lalu. Dia mengaku menyaksikan langsung korban tewas di ruang ganti.

Dilansir detikSport, Senin (3/10/2022), kepada media Portugal, Mais Futebol, dia melihat ssejumlah korban dibawa ke ruang ganti dan menhembuskan napas terakhir di sana.

"Ini adalah derby yang sangat lama dan selama seminggu sudah terasa di seluruh kota bahwa itu adalah pertandingan dengan lebih dari tiga poin. Mereka bilang ini adalah permainan hidup dan mati, bahwa kita bisa kalah di setiap pertandingan kecuali yang ini. Atmosfernya tegang," kata Camara.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia mengatakan sempat meminta maaf kepada penggemar atas kekalahannya sebelum kemudian masuk ke ruang ganti. Setelah berada di dalam ruang ganti, dia mendengar ada suara tembakan.

"Setelah kami kalah, kami pergi untuk meminta maaf kepada para penggemar. Mereka mulai memanjat pagar, kami pergi ke ruang ganti. Sejak saat itu kami mulai mendengar tembakan, mendorong," kata penyerang asal Portugal-Guinea itu.

ADVERTISEMENT

"Kami memiliki orang-orang di dalam ruang ganti yang terkena gas air mata dan meninggal tepat di depan kami. Kami memiliki sekitar tujuh atau delapan orang tewas di ruang ganti. Kami harus tinggal di sana selama empat jam sebelum mereka berhasil mendorong semua orang menjauh," lanjutnya.

Setelah suasana lebih kondusif, kata dia, para pemain bisa meninggalkan ruang ganti. Pemandangan horor mulai tampak seperti mobil-mobil terbakar dann darah.

"Ketika kami pergi, ketika semuanya lebih tenang, ada darah, sepatu kets, pakaian di seluruh aula stadion. Ketika kami meninggalkan stadion dengan bus, ada mobil sipil dan polisi yang terbakar, tetapi kami memiliki perjalanan yang mulus ke pusat pelatihan kami, mengambil mobil dan pulang. Sekarang kami berada di rumah, menunggu untuk melihat apa yang akan terjadi," demikian kata Abel Camara.




(sip/sip)


Hide Ads