Wakil Ketua Komisi III DPR Ahmad Sahroni menyayangkan langkah aparat menggunakan gas air mata di dalam stadion Kanjuruhan Malang untuk membubarkan suporter yang ricuh. Sebanyak 130 orang tewas akibat tragedi Kanjuruhan usai pertandingan Arema FC vs Persebaya pada Sabtu (1/10) malam itu.
"Kesalahan pasti ada di lebih dari 1 pihak, bisa suporter, panpel dan klub, atau aparat. Semua harus diusut. Namun yang jelas dan telak sudah dilanggar adalah penggunaan gas air mata oleh aparat," kata Sahroni dalam keterangannya, Minggu (2/10/2022), dikutip dari detikNews.
Sahroni mengatakan, penggunaan gas air mata di stadion itu dilarang oleh FIFA dan tidak masuk dalam SOP (standar prosedur operasional) pengamanan pertandingan sepakbola.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Gas air mata bisa memicu kericuhan dan kepanikan yang sangat berbahaya bila terjadi di stadion. Dan terbukti bila dilanggar, tragedi inilah yang terjadi. Ini jelas tertulis di pasal 9b peraturan FIFA terhadap pengamanan stadion," ujar dia.
Sahroni pun meminta Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menindak tegas aparat yang bertanggung jawab atas penggunaan gas air mata di Stadion Kanjuruhan Malang.
"Minta Kapolri tindak tegas oknum aparat yang bertanggung jawab atas penggunaan gas air mata ini. Di luar ada penyebab lain, tindakan sporadis, dan lain-lain, itu juga mesti diusut," kata Sahroni.
"Kami di DPR akan segera menindaklanjuti ini dengan memanggil pihak-pihak terkait, dari polisi, panitia pelaksana (LIB dan PSSI), sampai pihak klub. Bukan mencari-cari kesalahan, namun untuk menjaga hal serupa tak terjadi," imbuh dia.
Sebelumnya, Kapolda Jatim Irjen Nico Afinta menjelaskan alasan anggotanya menggunakan gas air mata untuk mengendalikan suporter Arema FC yang turun ke tengah lapangan karena merasa kecewa usai timnya kalah.
Dilansir detikJatim, Nico menyebut suporter Arema telah bertindak menyerang petugas, merusak stadion, hingga berusaha mencari para pemain dan official Arema FC.
"Oleh karena pengamanan melakukan upaya-upaya pencegahan dan melakukan pengalihan supaya mereka tidak masuk ke dalam lapangan mengincar para pemain," kata Nico dalam konferensi pers di Polres Malang, Minggu (2/10), dikutip dari detikJatim.
"Dalam prosesnya itu untuk melakukan upaya-upaya pencegahan sampai dilakukan (penembakan) gas air mata karena sudah anarkis, sudah menyerang petugas, merusak mobil, dan akhirnya kena gas air mata," tambahnya.
Setelah polisi menembakkan gas air mata, para suporter itu berhamburan ke satu titik keluar stadion. Saat itulah terjadi penumpukan suporter hingga kekurangan oksigen.
(dil/dil)