Aliansi buruh di Jawa Tengah menyayangkan ada kericuhan saat aksi Hari Buruh atau May Day yang terjadi di Kota Semarang. Aksi yang semula damai tiba-tiba menjadi menegangkan.
Koordinator Jaringan Aliansi Buruh Jawa Tengah (ABJat), Aulia Hakim, mengatakan aliansi buruh yang tergabung dalam ABJat menggelar aksi damai mulai pukul 14.00 WIB. Mereka menyuarakan sembilan tuntutan yang diberi nama Nawa Prarthana.
"Tujuan kita di depan DPRD, jadi kami KDPI dan ABJat, kawan-kawan dan saudara-saudara mahasiswa sudah ada solidaritas tapi dia tujuan ke Gubernuran. Betul (massa berbaju hitam) datang sorenya, tidak bergabung (dengan massa buruh)," kata Aulia saat dihubungi detikJateng, Kamis (1/5/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perwakilan buruh termasuk Aulia saat demo dipersilakan masuk, dan ditemui langsung oleh Gubernur Jateng, Ahmad Luthfi. Buruh menyampaikan sembilan tuntutan mulai penolakan sistem kerja outsourcing, pembentukan satgas PHK, hingga perlindungan pekerja rumah tangga.
"Sesuai rundown secara presidium, selesai setelah sampaikan aspirasi dan diterima Gubernur. Kita sampaikan aspirasi, dan bisa diterima di dalam, kita diskusi panjang. Kita sampaikan hasilnya memang kita suarakan aspirasi kan hari buruh merupakan, perlawanan," jelasnya.
Massa buruh kemudian membubarkan diri dan kembali ke titik kumpul di Masjid Baiturrahman. Dalam perjalanan, Aulia sempat mendengar keramaian dari para mahasiswa yang melakukan aksi. Kemudian dia sempat terkejut ketika mendengar berita unjuk rasa May Day di Semarang ricuh.
"Kami merasa ya sangat menyayangkan dan mencederai juga hari buruh kok gitu. Image masyarakat yang kurang paham kan muncul Hari Buruh kok seram," ujarnya.
Aulia menegaskan unjuk rasa yang ia koordinir berjalan lancar. Dia mengatakan saat ini para buruh yang berasal dari luar kota juga sudah sampai di daerah masing-masing.
"Kalau kita aman, ini sudah yang dari Tegal sudah pulang, Brebes sudah. Pati perjalanan, Jepara sudah sampai, Rembang sudah, Banjarnegara sudah. Memang selesainya sore," kata Aulia.
Diberitakan sebelumnya, pada pukul 15.15 WIB terdapat massa aksi berbaju hitam yang tetiba datang. Polisi pun berupaya melindungi buruh yang masih ada di lokasi dengan mengimbau massa buruh dan mobil komandonya untuk masuk ke halaman Kantor Gubernur Jateng.
Polisi sempat meminta massa tersebut membubarkan diri. Namun mereka melakukan aksi anarkis dengan merusak pagar pembatas jalan, melakukan vandalisme di aspal Jalan Pahlawan, dan melempari petugas dengan botol, batu, juga benda berbahaya lainnya.
Polisi berusaha menghalau massa menggunakan gas air mata ke arah kerumunan. Petugas terus mengimbau massa tersebut agar membubarkan diri melalui pengeras suara. Water cannon juga dikerahkan namun mereka membalas dengan lemparan petasan. Baru pada pukul 17.30 WIB situasi di Jalan Pahlawan Kota Semarang kembali kondusif dan massa berbaju hitam itu meninggalkan lokasi dan menyebar ke arah Pleburan dan Simpang Lima.
Kabid Humas Polda Jateng, Kombes Artanto, pun menyayangkan tindakan anarkis yang dilakukan oleh kelompok berbaju hitam itu selama aksi peringatan May Day 2025. Dia menegaskan, pembubaran yang dilakukan polisi adalah upaya melindungi keamanan dan keselamatan para buruh, masyarakat, dan pengguna jalan di sekitar lokasi unjuk rasa.
"Polri mendukung penuh kebebasan menyampaikan pendapat di muka umum, namun harus dilakukan dengan tertib dan damai. Tindakan anarkis yang merusak fasilitas umum serta membahayakan orang lain adalah pelanggaran hukum dan tidak dapat ditoleransi," tegas Artanto dalam keterangan tertulis, hari ini.
(ams/ams)