Cara Memotong Tumpeng yang Benar, Benarkah Bukan dari Puncaknya?

Cara Memotong Tumpeng yang Benar, Benarkah Bukan dari Puncaknya?

Nur Umar Akashi - detikJateng
Rabu, 23 Jul 2025 20:00 WIB
Ilustrasi tumpeng
Ilustrasi tumpeng. Foto: Getty Images/Kadek Bonit Permadi
Solo -

Tumpeng adalah hidangan simbolik khas masyarakat Jawa yang bisa detikers lihat di acara-acara penting, mulai dari serah terima jabatan sampai ritual adat. Biasanya, tumpeng dipotong dari bagian atas atau puncak. Benarkah begitu?

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) VI Daring mendefinisikan tumpeng sebagai nasi yang dihidangkan dalam bentuk seperti kerucut, dilengkapi dengan lauk-pauk. Umumnya, lauk yang menemani tumpeng adalah ayam ingkung, urap, tempe orek, dan sambal goreng ati.

Dirujuk buku Filosofi dan Histori Budaya dan Makanan Tradisional Nusantara oleh Saeful Kurniawan, beberapa sumber menyebut tumpeng sudah ada sejak dahulu kala. Mulanya, tumpeng dijadikan bentuk pemuliaan terhadap gunung-gunung.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ketika penyebaran agama Hindu berlangsung masif, tumpeng dibuat dengan bentuk kerucutnya, menyerupai Gunung Mahameru yang dianggap tempat persemayaman para dewi. Setelah Islam masuk, tumpeng mengalami pergeseran makna.

Dari yang awalnya dijadikan persembahan, tumpeng berubah menjadi wujud syukur kepada Allah Yang Maha Esa. Oleh karena itu, tidak heran jika tumpeng sering disajikan selepas pengajian Al-Quran.

ADVERTISEMENT

Sebelum disajikan untuk santap bersama, tentu tumpeng perlu dipotong terlebih dahulu. Bagaimana caranya yang benar? Yuk, simak selengkapnya melalui uraian di bawah ini!

Cara Memotong Tumpeng yang Benar

Menurut keterangan dari jurnal berjudul 'Kajian Etnobiologi Tumpeng sebagai Makanan Budaya Suku Jawa di Indonesia' tulisan Nur Riski Ababil dkk, tumpeng seharusnya dipotong dari bagian bawah. Lalu, perlahan-lahan bergeser menuju puncak.

Pasalnya, apabila dipotong langsung di bagian atas, makna yang terkandung jadi bergeser.. Seakan-akan, memotong bagian atas tumpeng disamakan dengan memutus hubungan masyarakat Jawa dengan Sang Pencipta.

Setelah dipotong, bagian pertama tumpeng diberikan kepada orang yang dituakan atau dihormati. Baru setelahnya, secara berurutan, diberikan kepada keluarga, orang terdekat, maupun teman-teman. Makna filosofisnya adalah penghormatan kepada orang yang dituakan.

Dirujuk dari detikFood, tertera keterangan senada bahwa tumpeng harus dipotong dari bagian bawah terlebih dahulu. Bagian bawah ini diibaratkan seperti masyarakat, sedangkan puncaknya merujuk pada tuhan. Makin tinggi tumpeng, makin tinggi pula kedudukannya.

Nasi tumpeng yang telah dipotong juga semestinya dilengkapi dengan lauk-pauk secara komplet. Bahkan, ketika porsinya hanya sedikit, jenis lauknya tetap mesti lengkap.

Adapun yang bertugas memotong tumpeng, sebagaimana penjelasan dari Jurnal Pesona Hospitality berjudul 'Gastronomi Tumpeng dalam Budaya Selamatan Masyarakat Jawa' oleh Yudhiet Fajar Dewantara, adalah orang yang dituakan. Hal ini sesuai dengan ungkapan mikul dhuwur mendhem jero yang kira-kira berarti menjunjung kehormatan orang tua dan mengubur dalam-dalam aib.

Makna Filosofis Bahan-bahan Tumpeng

Bukan hanya pemotongannya saja yang penuh makna, setiap bahan tumpeng memiliki arti filosofis tersendiri, sebagai berikut:

  • Nasi: Merupakan makanan pokok sehingga merupakan simbol kehidupan.
  • Ayam ingkung: Ayam yang digunakan adalah pejantan alias ayam jago. Dengan demikian, menyembelihnya bermakna menghindari sifat buruk khas ayam jago, seperti sombong dan tidak setia. Ayam ingkung disajikan dalam posisi tersungkur, seperti sedang menyembah tuhan.
  • Ikan lele: Adalah ikan yang tahan hidup di lingkungan keras. Menyimbolkan arti ketabahan dan keuletan dalam hidup.
  • Telur ayam: Simbol bahwasanya manusia diciptakan dengan fitrah yang sama. Yang membedakan hanya ketakwaan dan tingkah laku.
  • Cabai merah: Biasanya, cabai merah dihias seperti kelopak bunga. Bentuknya yang nyentrik adalah simbol api penerangan untuk orang lain.
  • Ikan teri: Teri adalah ikan laut yang hidup bergerombol sehingga memunculkan makna kebersamaan dan kerukunan.
  • Sayur urap: Hidangan sayur ini tersusun dari sejumlah bahan yang masing-masingnya punya makna. Di antaranya adalah kangkung (melindungi), bayam (ayem tenteram), kacang panjang (pemikiran jauh ke depan), dan kluwih (punya kelebihan dibanding yang lain).

Jenis-jenis Tumpeng

Dirangkum dari buku Kebudayaan, Ideologi, Revitalisasi, dan Digitalisasi Seni Pertunjukan Jawa dalam Gawai terbitan Universitas Katolik Soegijapranata, ada banyak jenis tumpeng yang diketahui. Di antaranya adalah:

  • Tumpeng among-among: Tumpeng putih yang di sekelilingnya diberi sayur rabus dengan bumbu megana atau gudhangan. Tumpeng ini digunakan untuk menunjukkan rasa hormat kepada roh ghaib di sekitar.
  • Tumpeng blawong: Tumpeng nasi putih dengan dilengkapi gudhangan, dendeng daging, empal, telur pindang, tempe bacem, dan bumbu pelas.
  • Tumpeng kendhit: Tumpeng dari nasi putih yang diberi nasi kuning di bagian tengah tumpeng. Tumpeng ini digunakan oleh pemilik hajat untuk memohon jalan keluar dari berbagai hal. Lauk-pauknya meliputi capcai, acar, semur daging, telur ceplok, hingga rempeyek kacang.
  • Tumpeng punar: Dibuat dari nasi kuning cerah. Merupakan simbol kehidupan bersinar cerah. Tumpeng ini biasa dibuat untuk menyambut kehadiran anak.
  • Tumpeng ropoh: Digunakan untuk menyatakan rasa kebersamaan dan memelihara rasa senasib sepenanggungan. Selain nasi putih, tumpeng ropoh diperlengkapi sambal goreng daging, semur, telur pindang, perkedel, hingga acar.
  • Tumpeng rasulan: Tumpeng ini dibuat dengan nasi gurih atau nasi uduk. Lauk-pauknya berupa ayam ingkung bumbu areh, gorengan kedelai hitam, lalapan, dan rambak goreng. Tumpeng ini digunakan dalam acara Maulud Nabi Muhammad SAW.
  • Tumpeng pungkur: Tumpeng ini melambangkan duka sehingga umum digunakan saat kematian wanita atau pria yang masih lajang. Bersama nasi putih, tumpeng ini dilengkapi ketan kolak, apem, dan lauk-pauk sayuran.

Nah, itulah penjelasan ringkas mengenai cara memotong tumpeng yang benar. Semoga bisa menambah wawasan detikers, ya!




(par/dil)


Hide Ads