Bagi warga Semarang pastilah tidak asing dengan keberadaan sederet lapak pedagang tahu gimbal Pak Edy/Edi. Ada sekitar 11 lapak yang menggunakan nama hampir sama di lapak PKL Taman Indonesia Kaya Semarang. Kira-kira mana yang asli ya?
detikJateng pun mencoba menelusuri asal muasal nama Pak Edy yang asli. Salah satu yang ditemui yakni Ketua Paguyuban PKL Taman Indonesia Kaya, Tanturi (61) atau biasa dikenal Pak Manut. Pak Manut justru mengungkap fakta mengejutkan perihal nama Pak Edy. Dia mengatakan jika penjual tahu gimbal di sana sebenarnya tak ada yang memiliki nama Edy/Edi.
"Sebenarnya di sini nggak ada yang namanya Pak Edy/Edi, masalahnya orang tu kalau ditanya ingin bagusnya sendiri pasti mengunggul-unggulkan punya dia," katanya saat ditemui di lapak dagangannya, Sabtu (19/8/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pak Manut yang juga berjualan tahu gimbal dengan nama Pak Edi. Namun, dia mengakui bahwa dia hanya ikut-ikutan karena merasa nama tersebut membawa keuntungan.
Berjualan tahu gimbal di Semarang memang sudah menjadi kesehariannya sejak 1997. Awalnya, dia menggunakan nama Bu Atin kemudian berganti nama menggunakan nama Pak Edi.
Namun, memang tahu gimbal yang banyak dicari adalah tahu gimbal Pak Edy/Edi. Ketika melihat banyak yang menggunakan nama itu, dia akhirnya ikut-ikutan.
"Saya mulai 2014, saya di situ (Jalan Pahlawan) sudah pakai nama Pak Edi, karena laku. Sebenarnya nggak sama (lakunya)," lanjutnya.
Pak Manut juga lebih memilih jujur bila ada yang bertanya mana tahu gimbal Pak Edy/Edi yang asli. Menurutnya, kejujuran merupakan prinsipnya dalam mencari nafkah.
"Itu yang lama ada yang bikin 1982, 1972, entar aku mau bikin 1962, tapi kan kita cari uang, masa bohong, percuma," ungkapnya.
Soal rasa, Pak Manut berani diadu. Dia menilai bahwa rasa memang tak bisa disamakan antara satu dan yang lainnya. Dia sendiri mengaku sudah memiliki pelanggan yang loyal.
"Misalnya di sana enak tapi nggak cocok gimana? Kalau makanan nggak ada yang enak nggak enak, selera," tambahnya.
Dia bercerita bahwa penamaan tahu gimbal Pak Edy/Edi memang sudah lebih akrab di telinga masyarakat. Hal itu juga sudah berlangsung lama sebelum para pedagang pindah ke lapak PKL Taman Indonesia Kaya.
Awalnya, para pedagang menggunakan nama masing-masing untuk berjualan dan berjualan terpencar di area sekitar Simpang Lima. Saat itu, ada salah satu pedagang yang sangat laris dengan nama Pak Edy.
"Dulu kan ada orang namanya dagang tahu gimbal Pak Edy, Pak Edy tu nama aslinya Kamsani. Setelah ramai ada orang yang pojok sendiri tu yang ngaku Pak Edi yang pertama," jelasnya.
Dua dagangan tahu gimbal itu juga terlihat lebih banyak peminat dibanding yang lain. Akhirnya, Pak Manut ikut menggunakan nama Pak Edi untuk mencari peruntungan.
Kemudian, para pedagang sekitar Simpang Lima dan Jalan Pahlawan direlokasi ke seberang Taman Indonesia Kaya yang sebenarnya merupakan trotoar pada 2018. Saat itulah mulai terlihat banyak yang menggunakan nama Pak Edy/Edi, karena mereka berdagang secara berjejeran.
"Mulai ramai ya di sini," ujarnya.
Selengkapnya baca di halaman berikut.
Pantauan detikJateng, lapak dagangan Pak Manut yang menggunakan nama Pak Edi juga tak tampak mencolok seperti beberapa pedagang lain. Tak ada embel-embel asli atau klaim apapun di dagangannya.
Dari 11 pedagang, ada 4 yang menggunakan nama Pak Edi dan 4 menggunakan nama Pak Edy. Satu lapak mengklaim keaslian dengan mencantumkan hak cipta merk Pak Edi beserta menampilkan foto-foto artis yang mampir.
Sedangkan satu lapak Pak Edy menuliskan bahwa mereka berdiri sejak 1972 dengan dua piagam bertulis kuliner legendaris Semarang.
Keduanya sama-sama menuliskan kata 'asli' di spanduk lapaknya. Keduanya juga mencantumkan foto pendiri yang berbeda dan menyebut tak membuka cabang di manapun.