Tan Tiong Lie tercatat sebagai pendiri pabrik kopi tertua di Semarang yakni Margo Redjo. Pabrik kopi yang kini berusia 108 tahun itu ternyata berawal dari coba-coba.
Pabrik kopi tersebut beralamat di Jalan Wotgandul Barat, No. 14 Kelurahan Kranggan, Kecamatan Semarang Tengah, Kota Semarang. Kawasan tersebut merupakan area pertokoan yang hanya beberapa puluh meter dari area pecinan.
Rumah itu memang tak nampak seperti pabrik kopi. Di lihat dari depan, penampakannya lebih seperti rumah tua dengan arsitektur Eropa.
Terlebih gerbang utama rumah itu selalu tertutup. Tanda pengenal pabrik kopi itu terletak di pintu samping yang dari gerbang utama terhalang oleh tambal ban.
Papan nama itu juga hanya berukuran 30x50 sentimeter. Benda itu terpasang di antara pintu masuk dan jendela kaca.
Di sana tertulis, 'EST 1915 Dharma Boutidue Roastery, Jalan Wotgandul Barat No 14, Open 09.00-17.00 WIB, Close Every Sunday'.
Sama sekali tak ada tulisan kopi dalam papan penanda itu. Tapi, di balik jendela itu bisa dilihat banyak toples yang masing-masing berisi biji kopi.
Pabrik kopi tersebut sekarang dimiliki oleh Widayat Basuki Dharmowiyono. Dia yang kini berusia 78 tahun merupakan generasi ketiga yang memimpin pabrik kopi tersebut.
Basuki menceritakan sebenarnya Margo Redjo tak didirikan di Semarang. Tan Tiong Ie, yang mendirikan pabrik kopi tersebut memang kelahiran Semarang. Rumah di Jalan Wotgandul Barat No 14 juga merupakan rumah masa kecil Tan Tiong Ie.
"Kakek saya pindah ke Cimahi entah sebabnya kenapa, karena kakek saya sebenarnya kelahiran rumah ini. Beliau itu sudah berkeluarga mungkin karena menghindari kepadatan rumah ini ya, karena biasanya kalau dulu orang itu kalau punya anak nggak ada tradisi merantau," kata Basuki, Jumat (16/6/2023).
Di kota berjuluk Kota Tentara itu, Tan Tiong Ie beberapa kali membuka usaha dan selalu berakhir dengan kegagalan atau kurang menguntungkan. Basuki tak tahu rincian usaha apa yang pernah dijalankan Tan Tiong Ie.
Hingga pada tahun 1915, Tan Tiong Ie mencoba peruntungan dengan berbisnis kopi. Tahun-tahun itu, Basuki menyebut kopi robusta mulai masuk ke Hindia Belanda.
"Setelah berusaha dalam beberapa bidang hasilnya kurang memuaskan beliau mencoba peruntungannya dengan hal baru, dengan kopi ini," imbuhnya.
Baru di tahun 1924 Tan Tiong Ie memutuskan kembali pulang ke Semarang. Dia juga memboyong segala peralatan pabrik kopi tersebut dan melanjutkan bisnisnya di Semarang.
Meski pulang ke rumah orang tuanya, dia membuat pabrik di alamat yang sekarang bernama Jalan Dr Cipto hingga tahun 1928. Sayangnya, empat tahun berjalan izin pendirian pabrik tak kunjung diberikan pemerintah saat itu.
"Dia membawa usahanya dari Jalan Dr Cipto itu ke rumah, nah izinnya keluar. Izinnya keluar tahun 1928," kata Basuki.
Sebenarnya, di tahun-tahun itulah Pabrik Kopi Margo Redjo berjaya. Kejayaan itu ditandai besarnya ekspor kopi dari Margo Redjo ke negara-negara di Eropa.
Selengkapnya di halaman selanjutnya.
(rih/ams)