Menengok Jejak Margo Redjo, Pabrik Kopi Berusia Seabad di Semarang

Menengok Jejak Margo Redjo, Pabrik Kopi Berusia Seabad di Semarang

Afzal Nur Iman - detikJateng
Sabtu, 17 Jun 2023 14:55 WIB
Pabrik kopi Margo Redjo di Jalan Wotgandul Barat No 14 Semarang. Foto diunggah pada Sabtu (17/6/2023).
Pabrik kopi Margo Redjo yang kini berubah nama menjadi Dharma Boutique Roastery di Jalan Wotgandul Barat No 14 Semarang. Foto diunggah pada Sabtu (17/6/2023). Foto: Afzal Nur Iman/detikJateng
Semarang -

Tan Tiong Lie tercatat sebagai pendiri pabrik kopi tertua di Semarang yakni Margo Redjo. Pabrik kopi yang kini berusia 108 tahun itu ternyata berawal dari coba-coba.

Pabrik kopi tersebut beralamat di Jalan Wotgandul Barat, No. 14 Kelurahan Kranggan, Kecamatan Semarang Tengah, Kota Semarang. Kawasan tersebut merupakan area pertokoan yang hanya beberapa puluh meter dari area pecinan.

Rumah itu memang tak nampak seperti pabrik kopi. Di lihat dari depan, penampakannya lebih seperti rumah tua dengan arsitektur Eropa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Terlebih gerbang utama rumah itu selalu tertutup. Tanda pengenal pabrik kopi itu terletak di pintu samping yang dari gerbang utama terhalang oleh tambal ban.

Papan nama itu juga hanya berukuran 30x50 sentimeter. Benda itu terpasang di antara pintu masuk dan jendela kaca.

ADVERTISEMENT

Di sana tertulis, 'EST 1915 Dharma Boutidue Roastery, Jalan Wotgandul Barat No 14, Open 09.00-17.00 WIB, Close Every Sunday'.

Sama sekali tak ada tulisan kopi dalam papan penanda itu. Tapi, di balik jendela itu bisa dilihat banyak toples yang masing-masing berisi biji kopi.

Pabrik kopi Margo Redjo yang kini berubah nama menjadi Dharma Boutique Roastery di Jalan Wotgandul Barat No 14 Semarang. Foto diunggah pada Sabtu (17/6/2023).Pabrik kopi Margo Redjo yang kini berubah nama menjadi Dharma Boutique Roastery di Jalan Wotgandul Barat No 14 Semarang. Foto diunggah pada Sabtu (17/6/2023). Foto: Afzal Nur Iman/detikJateng

Pabrik kopi tersebut sekarang dimiliki oleh Widayat Basuki Dharmowiyono. Dia yang kini berusia 78 tahun merupakan generasi ketiga yang memimpin pabrik kopi tersebut.

Basuki menceritakan sebenarnya Margo Redjo tak didirikan di Semarang. Tan Tiong Ie, yang mendirikan pabrik kopi tersebut memang kelahiran Semarang. Rumah di Jalan Wotgandul Barat No 14 juga merupakan rumah masa kecil Tan Tiong Ie.

"Kakek saya pindah ke Cimahi entah sebabnya kenapa, karena kakek saya sebenarnya kelahiran rumah ini. Beliau itu sudah berkeluarga mungkin karena menghindari kepadatan rumah ini ya, karena biasanya kalau dulu orang itu kalau punya anak nggak ada tradisi merantau," kata Basuki, Jumat (16/6/2023).

Widayat Basuki Dharmowiyono (78), generasi ketiga yang memimpin pabrik kopi Margo Redjo yang kini bernama Dharma Boutique Roastery, Semarang. Foto diunggah Sabtu (17/6/2023).Widayat Basuki Dharmowiyono (78), generasi ketiga yang memimpin pabrik kopi Margo Redjo yang kini bernama Dharma Boutique Roastery, Semarang. Foto diunggah Sabtu (17/6/2023). Foto: Afzal Nur Iman/detikJateng

Di kota berjuluk Kota Tentara itu, Tan Tiong Ie beberapa kali membuka usaha dan selalu berakhir dengan kegagalan atau kurang menguntungkan. Basuki tak tahu rincian usaha apa yang pernah dijalankan Tan Tiong Ie.

Hingga pada tahun 1915, Tan Tiong Ie mencoba peruntungan dengan berbisnis kopi. Tahun-tahun itu, Basuki menyebut kopi robusta mulai masuk ke Hindia Belanda.

"Setelah berusaha dalam beberapa bidang hasilnya kurang memuaskan beliau mencoba peruntungannya dengan hal baru, dengan kopi ini," imbuhnya.

Baru di tahun 1924 Tan Tiong Ie memutuskan kembali pulang ke Semarang. Dia juga memboyong segala peralatan pabrik kopi tersebut dan melanjutkan bisnisnya di Semarang.

Meski pulang ke rumah orang tuanya, dia membuat pabrik di alamat yang sekarang bernama Jalan Dr Cipto hingga tahun 1928. Sayangnya, empat tahun berjalan izin pendirian pabrik tak kunjung diberikan pemerintah saat itu.

"Dia membawa usahanya dari Jalan Dr Cipto itu ke rumah, nah izinnya keluar. Izinnya keluar tahun 1928," kata Basuki.

Sebenarnya, di tahun-tahun itulah Pabrik Kopi Margo Redjo berjaya. Kejayaan itu ditandai besarnya ekspor kopi dari Margo Redjo ke negara-negara di Eropa.

Selengkapnya di halaman selanjutnya.

Puncak kejayaan itu berlangsung hingga tahun 1929. Saat itu, Margo Redjo bisa mengekspor sekitar 200 ton biji kopi per tahun atau 69 persen seluruh ekspor dari wilayah Semarang.

"Masa kejayaannya itu 1926, 1927, 1928 ketika sudah ekspor dan barangnya sudah diminati di luar negeri," ucap dia.

Kini Bernama Dharma Boutique Roastery

Sebenarnya pabrik kopi itu sudah beberapa kali berganti nama. Basuki bercerita bahwa nama Margo Redjo diganti awalnya karena terdapat masalah hak cipta.

"Margo Redjo itu kan pernah dibajak, sudah zaman ayah saya," ujarnya.

Pabrik kopi Margo Redjo di Jalan Wotgandul Barat No 14 Semarang. Foto diunggah pada Sabtu (17/6/2023).Pabrik kopi Margo Redjo yang kini berubah nama menjadi Dharma Boutique Roastery di Jalan Wotgandul Barat No 14 Semarang. Foto diunggah pada Sabtu (17/6/2023). Foto: Afzal Nur Iman/detikJateng

Ayahnya kemudian mengganti nama Margo Redjo dengan nama Bona Fortuna. Arti Bona Fortuna sendiri dinilai tak jauh berbeda dengan Margo Redjo.

"Margo Redjo itu kan artinya jalan untuk kemakmuran, kalau Bona Fortuna artinya good luck-lah," lanjut dia.

Kemudian, pabrik kopi itu kini bernama Dharma Boutique Roastery. Nama itu diberikan tahun 2017.

Nama Dharma Boutique Roastery juga punya arti sendiri bagi Basuki. Dharma diambil dari namanya. Bahasa Inggris dipilih dengan harapan pabrik itu kelak juga bisa berdiri di luar negeri.

"Boutique itu ya artinya kan kita membuat kopi sesuai keinginan pelanggan seperti di butik, jadi artisan seperti itu," jelasnya.

Tak hanya menjadi tempat sangrai kopi, saat ini Margo Redjo juga menjual kopi. Hal itu dilakukan sejak tahun 2019 setelah dia bertemu dengan pelanggan kopi yang dipercaya bisa mengelola.

Namun, dia tak ingin menyebutnya sebagai kopi. Basuki menganggap warung kopi tersebut sebagai showroom. Dia, masih ingin fokus meneruskan usaha leluhurnya sebagai pabrik kopi.

"Buat kami masih tetap ini hanya showroom, jadi kami masih mengandalkan roastery-nya saja, tapi kebetulan showroom-nya laku juga sih," pungkasnya.

Halaman 2 dari 2
(rih/ams)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads