Menu soto merupakan kuliner yang tidak asing di lidah orang Indonesia karena kuahnya yang segar. Namun di Kecamatan Delanggu, Klaten, Jawa Tengah ada soto unik dengan sedikit kuah yang disebut soto garing (kering) atau Toring.
Soto garing atau Toring, dari sisi bahan tidak berbeda dengan soto kuah pada umumnya. Komposisi Toring yaitu nasi, kecambah, sayuran penyedap, bawang goreng dan bumbu lainnya.
Yang menjadi pembeda soto garing dan soto umumnya hanya pada kuahnya. Kuah pada Toring hanya sedikit sebagai bumbu penyedap saja, sisanya ditopang dengan kucuran kecap asin.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kuliner Toring yang unik itu kini bisa ditemui di warung Soto Bu Yati. Warung berlokasi di gang dekat Pasar Delanggu Jalan Jogja-Solo, Dusun Jogosatron, Desa Sabrang, Kecamatan Delanggu. Warung ini menyimpan legenda soto garing sejak puluhan tahun lalu.
Baca juga: 5 Kuliner Enak di Solo, Wajib Dicoba! |
Sudiman (73), pendiri Warung Bu Yati menceritakan menu Toring itu dirintis sejak dirinya membuka warung tahun 1974. Saat itu warungnya merupakan warung sop, kemudian berubah menjadi warung soto kuah.
"Saya awalnya jual sop tapi masyarakat bosan lalu saya ganti soto kuah. Karena warung melayani pekerja pabrik karung goni, saya coba buat menu soto garing," tutur Sudiman kepada detikJateng di rumahnya, Selasa (1/11/2022).
![]() |
Dijelaskan Sudiman, para pekerja pabrik karung goni membutuhkan makanan untuk dibawa ke pabrik. Jika soto kuah maka akan mudah medok atau layu berair sehingga kerepotan.
"Selera pegawai pabrik kalau kuah nanti medok. Lalu saya buat soto garing, bahan sama nasi, seledri, bawang dan lainnya tapi tetap pakai kuah sedikit dua tetes untuk aroma, setelah itu disiram kecap asin sedikit," papar Sudiman.
Warung soto miliknya, sebut Sudiman, mencapai puncak tahun 1980 an. Saat itu baik soto kuah maupun Toring sangat diminati masyarakat.
"Puncaknya tahun 1980, saat itu babat saja habis 25 kilogram, belum ayamnya. Baik soto kuah dan garing sama larisnya," imbuh Sudiman.
Baca juga: 'Laboratorium' Teh Itu Ada di Solo |
Sampai saat ini, sambung Sudiman, soto garing masih menjadi buruan masyarakat. Tidak hanya orang tua tapi juga disukai anak-anak kecil.
"Sampai sekarang Toring masih banyak peminat, terutama dibawa pulang. Bahkan anak-anak kecil sukanya Toring, kalau tidak dari sini tidak mau," lanjut Sudiman.
Para perantau asal Delanggu dan sekitarnya, imbuh Sudiman, saat ini masih jajan Toring saat pulang. Bahkan ada yang dibawa keluar kota.
![]() |
"Yang dari jauh kalau pulang belinya Toring, ada yang dibawa untuk oleh- oleh. Yang dinikmati di warung juga ada," pungkas Sudiman yang punya tiga cabang dikelola anaknya.
Selengkapnya di halaman berikutnya...
Irham (42) penerus warung Bu Yati mengatakan saat ini setiap hari warungnya menjual 50-60 piring soto kuah dan garing. Jika hari Minggu bisa berlipat.
"Kalau Minggu lebih ramai, anak-anak banyak yang suka Toring. Mungkin karena langka dan unik," ungkap Irham kepada detikJateng di warung.
Menurut Irham, peminat Toring tidak saja warga lokal tapi juga luar kota. Terutama warga asal Delanggu dan sekitarnya yang pulang.
"Yang asli Delanggu kalau pulang kangen pada soto garing ini. Kadang dibawa pulang juga, di perjalanan yang jauh - jauh itu bungkusnya soto garing dimakan di jalan," papar Irham.
Tinem (62) pelanggan warung Soto Bu Yati mengatakan Soto Garing dikenalnya sejak pindah ke Delanggu tahun 1978. Bahkan anaknya dari Jogja jika pulang selalu membeli Soto Garing.
"Saya sejak 1978 kenal Soto Garing Toring ini. Anak saya pulang dari Jogja mestinya belinya Toring," ungkap Tinem kepada detikJateng di lokasi.