Menyambangi Warung Sate Kupang Klaten, Kondang sejak Zaman Belanda

Menyambangi Warung Sate Kupang Klaten, Kondang sejak Zaman Belanda

Achmad Hussein Syauqi - detikJateng
Senin, 05 Sep 2022 12:01 WIB
Sate Kupang di Desa Kupang, Kecamatan Karangdowo, Klaten, Sabtu (3/9/2022) siang.
Sate Kupang di Desa Kupang, Kecamatan Karangdowo, Klaten, Sabtu (3/9/2022) siang. Foto: Achmad Hussein Syauqi/detikJateng
Klaten - Sate Kupang merupakan salah satu sate legendaris di Klaten. Warung sate Kupang yang jauh di pelosok desa, sekitar 30 kilometer dari kota Klaten, hingga kini masih bertahan meski telah melalui beberapa pergantian zaman, sejak masa kolonial Belanda hingga era pendudukan Jepang.

Sesuai namanya, warung sate Kupang berada di wilayah Desa Kupang, Kecamatan Karangdowo, Klaten, Jawa Tengah. Desa Kupang merupakan salah satu wilayah di ujung timur Klaten, berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo.

Tidak seperti warung pada umumnya yang terletak di dekat keramaian atau di tepi jalan raya, warung sate Kupang justru berada di tengah perkampungan. Warung itu berjarak sekitar 500 meter dari jalan raya Juwiring-Karangdowo.

Meski demikian, warung yang menempati rumah sederhana di tepi jalan dusun itu setiap hari ramai dikunjungi pelanggan.

"Warung ini sudah ada sejak 1930. Dulu di bawah rumpun bambu di bekas pasar lama, pasar benang dan payung di utara warung saat ini," kata Sunarwan (48), salah seorang pengelola warung Sate Kupang saat ditemui detikJateng, Sabtu (3/9).

Sate Kupang di Desa Kupang, Kecamatan Karangdowo, Klaten, Sabtu (3/9/2022) siang.Sate Kupang di Desa Kupang, Kecamatan Karangdowo, Klaten, Sabtu (3/9/2022) siang. Foto: Achmad Hussein Syauqi/detikJateng

Sunarwan mengatakan, warung keluarga besarnya itu dirintis kakeknya, Kromo. "Ini kami sudah generasi ketiga, cucu. Saat ini jadi usaha keluarga, dikelola bareng-bareng," ujar Sunarwan.

Warung sate Kupang buka tiap hari pada pukul 09.30-15.30 WIB. "Libur hanya Jumat Legi, atau 40 hari sekali. Selain untuk istirahat juga untuk menghormati hari wafatnya Bapak," lanjut Sunarwan.

Pelanggan warung ini juga banyak yang dari luar Klaten. "Pernah ditawar (untuk franchise) tapi tidak boleh, karena untuk keluarga, agar tidak putus sejarahnya. Tapi di Jakarta ada pak Lik yang buka, juga ramai dan sering tampil di televisi," kata Sunarwan.

Tiap hari warung ini bisa menghabiskan 2-3 ekor kambing besar. "Saat pandemi COVID sempat sepi. Tapi biasanya habis 2-3 ekor kambing besar, ini mulai ramai lagi," terang Sunarwan.

Kakak Sunarwan, Sunardi (54), menyatakan warung sate itu dirintis kakeknya sejak zaman Belanda. "Jadi sudah tiga generasi. Pindah ke rumah ini baru sekitar tahun 1960-an, saya sudah hampir 30 tahun menangani," kata Sunardi.

Tentang porsi satenya yang jumbo serta harganya, ada di halaman selanjutnya...

Sate Kupang tak beda dengan sate lain berbahan daging kambing. Namun dari sisi ukuran daging memang beda dari sate lazimnya. Ukuran daging kambingnya yang ditusuk bambu dan dibakar di anglo dua kali lebih besar dari sate kambing pada umumnya.

Selain kuliner sate, warung tersebut juga menyajikan menu lain olahan daging kambing. Olahan gulai dan tengkleng nya pun banyak diminati pelanggan. "Yang jelas terkenal turun temurun, saya tahu juga dari bapak sejak dulu," kata Rohmat. salah satu pelanggannya.

"Ukuran daging untuk sate memang besar, tapi saat disajikan bisa dipotong kecil-kecil. Harganya Rp 25.000-Rp 30.000," kata Rohmat. (dil/mbr)



Hide Ads