Jangan Lombok Ijo Gerus Paranggupito, Tempe Bosoknya Menggugah Selera

Jangan Lombok Ijo Gerus Paranggupito, Tempe Bosoknya Menggugah Selera

Muhammad Aris Munandar - detikJateng
Senin, 23 Mei 2022 14:13 WIB
Warung makan lombok ijo gerus Bu Cip, Kecamatan Paranggupito, Wonogiri, Senin (23/5/2022).
Warung makan lombok ijo gerus Bu Cip, Kecamatan Paranggupito, Wonogiri, Senin (23/5/2022). (Foto: Muhammad Aris Munandar/detikJateng)
Wonogiri -

Sayur atau jangan lombok ijo merupakan salah satu makanan khas Wonogiri, Jawa Tengah. Makanan yang diolah dari cabai, tempe dan kuah santan ini mudah ditemukan di sejumlah warung makan di Wonogiri.

Di Kecamatan Paranggupito, Wonogiri, terdapat jangan lombok ijo yang diolah berbeda dengan umumnya. Penyebutan nama sayur itu pun juga berbeda. Selain itu memasaknya masih dengan cara tradisional.

Jangan lombok dengan olahan yang berbeda itu bisa ditemukan di Warung Makan Bu Cip, Dusun Parang, Desa Paranggupito. Jangan lombok diolah menggunakan tempe bosok atau busuk. Di Paranggupito dan sekitarnya, jangan lombok ijo disebut dengan jangan gerus.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya mulai buka warung makan mulai 1990. Sejak saat itu saya sudah menjual jangan gerus," kata pemilik warung makan Bu Cip, Cipto (62), kepada detikJateng, Senin (23/5/2022).

Menurutnya, jangan lombok ijo disebut dengan jangan gerus lantaran semua bumbunya termasuk cabai diulek atau digerus. Sehingga rasanya lebih pedas. Pada umumnya, cabai yang digunakan dalam jangan lombok ijo hanya diiris kecil-kecil.

ADVERTISEMENT

Cara mengolah jangan gerus Bu Cip juga masih tradisional. Pertama, bumbu seperti bawang merah dan bawang putih beserta cabai rawit diolah dengan cara digoreng sangan.

"Kalau di sini menyebutnya digongso dengan cara goreng sangan. Nah itu tanpa minyak goreng. Orang zaman dahulu kan juga belum banyak menggunakan minyak kalau memasak," ungkap dia.

Setelah digoreng sangan, bawang merah, bawang putih dan cabai diulek. Setelah itu bumbu dan cabai yang diulek tadi dimasukkan ke dalam panci atau wadah yang sudah berisi santan.

"Baru kemudian tempe bosok dan tahu yang diiris kecil-kecil juga dimasukkan ke panci tadi. Dimasak 30 menit sudah matang dan siap dihidangkan," ujar dia.

Warung makan lombok ijo gerus Bu Cip, Kecamatan Paranggupito, Wonogiri, Senin (23/5/2022).Warung makan lombok ijo gerus Bu Cip, Kecamatan Paranggupito, Wonogiri, Senin (23/5/2022). (Foto: Muhammad Aris Munandar/detikJateng)

Sejak buka hingga sekarang, Cipto masih menggunakan tempe bosok di dalam olahan jangan gerusnya. Tempe bosok merupakan tempe yang didiamkan selama sekitar tiga hari setelah tempe jadi. Saat ini tempe bosok dibuat menggunakan laru ragi. Sehingga ada rasa pahit sedikit.

"Tempe bosok ini bisa digunakan sebagai pengganti micin. Sehingga ada istilah pesok bulan, tempe bosok dinggo bumbu kelan (tempe bosok untuk bumbu masak). Tapi saat ini saya masih menggunakan micin, tapi sedikit," kata dia.

Setiap hari, Cipto memasak jangan gerus satu wajan dan selalu habis. Harganya pun cukup murah. Satu piring nasi dan jangan gerus hanya dihargai Rp 5.000. Selain itu, Cipto juga menjual oseng-oseng, gudangan dan aneka lauk lainnya.

"Pernah para pejabat datang ke sini, mulai dari Sekda, Wakapolres dan lain-lain. Biasanya memang mencarinya jangan gerus dan paling dicari tempe bosoknya," kata Cipto.

Salah satu pelanggan Warung Makan Bu Cip adalah Sukatno, warga Desa Ketos, Paranggupito. Ia mengaku telah menjadi pelanggan Bu Cip sejak lama. Masakan yang menjadi favoritnya adalah jangan gerus.

"Saya suka jangan gerusnya, meski pakai tempe bosok, tapi justru menggugah selera. Kalau ke Paranggupito atau pantai tidak mampir sini kurang rasanya mencicipi kuliner Wonogiri," kata dia.




(rih/sip)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads