Produk roti di Solo ini dikenal sebagai salah satu kuliner legendaris. Konon, roti yang kini bermerek Roti Kecik Ganep sudah ada sejak tahun 1881 atau akhir abad 18.
Dikutip dari website toko Roti Ganep yang disampaikan oleh Marketing Manager Roti Ganep Emi Yoeniawati, sejarah roti ini berawal dari pasangan Tjang Tiang San dan Auw Like Nio pada tahun 1881. Saat dikelola oleh generasi ke-3, bercerita bahwa memang ada nota-nota yang tertulis tahun 1881. Kemudian di beberapa brosur bungkus roti-roti yang lama, juga tertulis tahun 1881.
Sampai saat ini sudah enam generasi yang mewarisi. Kini dikelola oleh Laurensia Liona Suwandito (28), putri dari Oh Lioe Nio atau Cecilia Maria Purnadiyang sudah menyerahkan pengelolaan sejak tahun 2018 lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejak awal buka, toko Ganep melestarikan produksi roti kecik, yaitu roti kering yang terbuat dari tepung ketan dan bentuknya seperti batang kecil. Pada perkembangannya juga memproduksi roti lainnya seperti smeer kering, soes kering, kue garut, bolu kering, stik crackers, dan lainnya. Selain itu juga memproduksi roti basah seperti roti keju, roti pisang, roti santen, mandarin, bolu, cake, dan lain-lain.
Direktur Roti Ganep, Laurensia Liona Suwandito, mengatakan bahwa kata 'Ganep' merupakan sebutan untuk Auw Like Nio sebelum roti ini populer.
"Jadi zaman Sinuhun Paku Buwana X Memberi julukan buyut canggah saya 'kowe nyah ganep'. Karena anaknya jumlahnya genap, nyonya Auw Like Nio membuat makanan berbahan lokal. Yakni roti kecik, kayak disajikan belum dikomersialkan. Maka dari itu bentuknya belum toko, ada toko Roti Ganep sejak tahun 1950-an," kata Liona ditemui di tokonya, Jalan Sutan Syahrir, Tambaksegaran, Solo, Kamis (10/2/2022).
"Kalau ditelusuri sejarahnya, populasinya belum banyak, pasti panganan khasnya terbatas, salah satu yang digemari sinuwun itu ya roti kecik bahan dasarnya lokal semua," lanjutnya.
![]() |
Mengelola Ganep, lanjutnya, menjadi beban tersendiri baginya. Di satu sisi mempertahankan legenda roti kecik, di sisi lain dituntut menyesuaikan dengan perkembangan zaman dan teknologi.
"Memang roti kecik ini tetap kami pertahankan yang original juga, meskipun ada inovasinya. Namun bagi pelanggan rasanya masih sama seperti dulu, bagi pelanggan yang sepuh-sepuh bisa berkata seperti itu. Kami pastinya tidak bisa menolak perubahan zaman. Kualitas dari bahan juga berbeda, pada zaman dahulu seperti apa tepatnya bahan yang digunakan kami tidak mengetahuinya, tapi kurang lebihnya bahan yang digunakan sama dengan saat ini," jelas mantan finalis Putri Solo tahun 2018 itu.
"Selain itu prosesnya kami jaga secara tradisional. Karena kami sudah mencoba menginovasi dan memekanisasi tidak bisa dan kami tidak mau mengubah resep pakemnya, kalau mekanisasi pasti ada yang dikorbankan, kami tidak mau itu. Jalan saja seperti tradisinya," sambungnya.
Liona menambahkan, kebanyakan yang datang ke tokonya selalu mencari roti kecik terutama saat libur akhir pekan atau hari libur lainnya.
Salah satu pelanggan, Rahayu (48), mengaku sudah menjadi langganan Ganep sejak lama.
"Saya sering berkunjung ke sini, kebetulan saya sangat suka sekali yang paling legendaris roti kecik. Karena dari zaman saya masih muda sampai sekarang sudah bercucu, rasanya nggak berubah. Jadi itu khas banget," kata Rahayu.
(rih/dil)