Bagi sebagian masyarakat di kawasan Wisata Air Pengging, Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali, sosis Bedug barangkali sudah tak asing lagi. Penganan itu dipasarkan sejak tahun 1950-an tepatnya di depan Pasar Pengging.
Banyak orang yang mampir ke warung tempat penjualan sosis Bedug baik di santap di tempat maupun dibawa untuk oleh-oleh. Warung ini sendiri berada di di pojok jalan Pengging Banyudono, Dusun Bendan, Banyudono, Boyolali.
Mendengar nama Bedug di belakang kata sosis, barangkali bayangan orang akan segera tertuju pada makanan sosis yang ukurannya super besar. Namun ternyata sosis bedug tidaklah terlalu besar karena masih dalam ukuran sedang saja. Namun dibanding dengan sosis Solo misalnya, ukurannya memang lebih besar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Embel-embel bedug sendiri diambil dari nama pedagangnya yaitu almarhumah Sukinem Karyo atau yang dikenal dengan panggilan Mbah Bedug. Kata Bedug menurut generasi penerusnya yang ketiga, Sulistyowati (56), diberi langsung oleh Raja Keraton Solo Paku Buwono X.
"Mbah dulu adalah abdi dalem kraton, Mbah minta ijin untuk buka warung, dikasih nama sama Raja dengan nama Bedug," jelas Sulistyowati saat ditemui detikJateng, Kamis (10/02).
![]() |
"Ciri khasnya Mbahe sosisnya pake daging, kalau lumpia pake rebung. Kalau sosis isi daging, itu kan basah, kalau di sini digoreng," tambahnya.
Sosis Bedug kerap dibawa sebagai oleh-oleh bagi masyarakat sekitar Solo. Tak hanya itu saja, banyak juga pesanan baik untuk acara hajatan, rapat, arisan maupun pertemuan lainnya.
Sulistyowati mengatakan, sebenarnya bahan pembuatan sosis sama dengan sosis yang dipasarkan di tempat lain. Rasa sosis Bedug berbeda dengan sosis lainnya, karena isiannya menggunakan cincangan daging sapi asli.
"Ramenya setiap liburan hari Sabtu Minggu, tahun baru sama lebaran juga natalan. Ada yang dibawa pulang ada yang dimakan di sini," jelasnya.
"Ciri khasnya daging sapi, yang lainnya tidak ada, dalamnya manis di luarnya asin", imbuh Tatik, sapaan akrabnya.
Diakuinya banyak pembeli yang lebih senang menikmati sosis bedug dalam kondisi masih hangat. Untuk itulah, Sulistyowati mengaku lebih memilih menggoreng sosis Bedug sesuai pesanan.
Sulistyowati mengakui, secara ukuran sosis Bedug berukuran lebih besar dari sosis Solo. Harganya cukup terjangkau yakni Rp 4 ribu per buah.
Untuk pembelian bisa eceran mulai dari 5 buah, hingga dibungkus besek berisikan 20 buah. Menurutnya, dalam sehari dirinya bisa menjual lebih dari 10 kilogram daging sapi, atau sekitar 1000 sosis.
Banyak para pembeli meluangkan waktunya untuk mampir membeli, untuk keperluan oleh-oleh di perantauan. Seperti pengunjung asal Jakarta, Farhatun (65), yang setiap pulang kampung di Sawit Boyolali selalu menyempatkan mampir ke Pengging.
![]() |
"Enak karena isinya juga, kalau saya pulang ke Jakarta saya selalu bawa ini, di Jakarta pada suka semua. Nanti, kalau sudah sampai Jakarta saya goreng lagi," kata Farhatun.
"Sehari langsung sore bisa digoreng lagi, sudah langganan di sini. Sampai Jakarta untuk oleh-oleh untuk tetangga," jelas pemudik yang sedang berziarah di Munjung, Sawit, Boyolali ini.
(aku/aku)