Update Kasus Antraks Gunungkidul, Ternak Zona Merah-Hijau Disuntik Antibiotik

Update Kasus Antraks Gunungkidul, Ternak Zona Merah-Hijau Disuntik Antibiotik

Pradito Rida Pertana - detikJateng
Senin, 10 Jul 2023 15:33 WIB
Penyuntikan vaksin ternak di Pedukuhan Jati, Kalurahan Candirejo, Kapanewon Semanu, Gunungkidul, buntut kasus antraks di wilayah tersebut. Foto diunggah pada Senin (10/7/2023).
Penyuntikan vaksin ternak di Pedukuhan Jati, Kalurahan Candirejo, Kapanewon Semanu, Gunungkidul, buntut kasus antraks di wilayah tersebut. Foto diunggah pada Senin (10/7/2023). Foto: dok. DPKH Gunungkidul
Gunungkidul -

Penanganan masih dilakukan di zona merah kasus antraks, Pedukuhan Jati, Kalurahan Candirejo, Kapanewon Semanu, Gunungkidul. Petugas akan kembali menyuntik antibiotik terhadap ternak.

"Besok hari Selasa (11/7) kita mau melanjutkan antibiotik ulang di Jati," kata Kabid Kesehatan Hewan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Kabupaten Gunungkidul, Retno Widyastuti kepada detikJateng, Senin (10/7/2023).

Menurut data DPKH, sebelumnya ada 77 sapi dan 289 ekor kambing yang telah mendapatkan antibiotik di Jati. Setelah melalukan pemberian antibiotik besok, Retno menyebut hari Rabu akan menyasar wilayah yang masuk zona kuning antraks.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Besok Rabu kita keliling wilayah, hari Rabu gerak untuk menyuntikkan antibiotik di semua zona kuning atau luar Jati. Jumlahnya sekitar 500-1.000 meliputi sapi dan kambing. Setelah selesai yang zona kuning lalu berlanjut antibiotik di zona hijau," ujarnya.

Oleh sebab itu, hingga saat ini semua hewan ternak di Jati masih menjalani lokalisasi. Menurutnya, lokalisasi bakal selesai jika sudah tidak ada lagi ternak yang mati mendadak.

ADVERTISEMENT

"Karena itu sampai saat ini ternak di Jati masih dilokalisir. Kami juga sudah koordinasi dengan Dukuh, Lurah, Kapanewon, sampai Bhabinkamtibmas agar memastikan tidak ada yang nyolong-nyolong (nekat) mengeluarkan ternak dari Jati," ucapnya.

Retno menambahkan, satu ekor sapi yang mati di Pedukuhan Pucangsari, Candirejo hari Jumat (6/7) bukan karena antraks. Pasalnya, sapi tidak mati mendadak dan sebelumnya sudah mendapatkan penanganan dari petugas.

"Yang di Pucangsari itu matinya beberapa hari setelah sakit. Jadi sudah diobati, sempat ganti dokter dua kali," ucapnya.

"Nah, kalau menurut teori antraks itu sudden death atau kejang-kejang lalu mati mendadak. Karena itu kalau pakai gejala sakit menurut kami tidak ada indikasi mengarah ke sana (antraks)," lanjut Retno.

Apalagi, kata Retno, Pucangsari dan Jati berjarak sekitar 10 kilometer sehingga tidak bisa serta-merta kematian ternak di Pucangsari karena berada di dekat Jati.

"Jadi tidak semua yang mati itu karena antraks. Tapi untuk antisipasi sapi itu (mati di Pucangsari) kita kubur sesuai SOP (antraks)," imbuhnya.




(rih/aku)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads