Pemda Pilih Sebar Leaflet untuk Sosialisasi Antraks Gunungkidul, Ini Sebabnya

Pemda Pilih Sebar Leaflet untuk Sosialisasi Antraks Gunungkidul, Ini Sebabnya

Adji G Rinepta - detikJateng
Kamis, 06 Jul 2023 18:12 WIB
Kepala DPKP DIY Sugeng Purwanto ditemui wartawan di kantornya, Kamis (6/7/2023).
Kepala DPKP DIY Sugeng Purwanto ditemui wartawan di kantornya, Kamis (6/7/2023). (Foto: Adji G Rinepta/detikJateng)
Yogyakarta -

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) akan menyebarkan leaflet atau selebaran larangan menyembelih hewan ternak yang telah mati ke masyarakat Gunungkidul demi mencegah penyebaran antraks. Leaflet dipilih menjadi media yang lebih efektif mengingat sinyal internet yang terkendala serta masih banyaknya warga yang belum melek informasi.

"Bicara Gunungkidul masih banyak lokasi yang kadang-kadang sinyal masih belum full. Peternak kan juga belum semua melek informasi, kami akan pakai paradigma lama dengan bagi leaflet," ujar Kepala DKPP DIY, Sugeng Purwanto, saat ditemui di Kantor DPKP DIY, Kamis (6/7/2023).

Leaflet dipilih lantaran dinilai lebih mudah untuk menjangkau kelompok-kelompok kecil atau ke individu pemilik hewan ternak. Sugeng berharap pemerintah desa turut membantu penyebaran selebaran ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kita bagikan leaflet, besok difotokopi atau apa agar bisa sampai ke kelompok kecil atau personal," jelas Sugeng.

"Saya membayangkan melalui kelembagaan masyarakat Pak Lurah Dukuh, RW, RT ini sangat penting kejadian porak (disembelih dan dikonsumsi) bisa terjadi di wilayah. Itu kesadaran belum tumbuh dengan berjenjang," lanjutnya.

ADVERTISEMENT

Selain itu, sebagai upaya mengatasi wabah antraks ini, Sugeng menjamin hewan ternak di sekitar Dusun Jati, Kapanewon Semanu, Kabupaten Gunungkidul, tidak ada yang keluar ke wilayah lain karena telah dilakukan isolasi di daerah tersebut.

"Langsung isolasi dusun Jati, dari sisi kami ada dua hal sementara tidak melalulintaskan hewan keluar dan masuk dusun jati untuk antisipasi penularan antraks dan pencegahan," ungkapnya.

Sebelumnya, Sugeng mengatakan jika ada enam sapi dan enam kambing yang terindikasi positif antraks. Hewan ternak tersebut diidentifikasi mati karena antraks sejak pertengahan April 2023.

Kemudian oleh warga beberapa sapi kemudian diporak atau disembelih dan dikonsumsi bersama. Hingga menyebabkan satu korban meninggal di Dusun Jati, Semanu, Gunungkidul.

"Memang mulai pertengahan April 2023, ini ada sapi betina (umur) tiga tahun itu diporak satu ekor. Terus ada kambing ini juga satu ekor (tidak diporak)," jelas Sugeng dalam jumpa pers di kantornya, Kamis (6/7).

"Lalu 18 Mei itu sapi satu mati, 20 Mei kambing ini juga satu ekor, terus 22 Mei sapi satu ekor, 26 Mei sapi satu ekor, 27 (Mei) juga sapi, terus 30 Mei kambing satu, 2 Juni satu kambing, 4 Juni kambing, terus 27 Juni sapi satu," tutupnya.




(aku/ams)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads