Balai Pelestari Kebudayaan Belum Pugar Candi Kalasan, Ini Alasannya

Balai Pelestari Kebudayaan Belum Pugar Candi Kalasan, Ini Alasannya

Jauh Hari Wawan S - detikJateng
Minggu, 11 Jun 2023 19:28 WIB
Talkshow di Candi Kalasan, Kabupaten Sleman, DIY, Minggu (11/6/2023).
Talkshow di Candi Kalasan, Kabupaten Sleman, DIY, Minggu (11/6/2023). Foto: Jauh Hari Wawan S/detikJateng
Sleman -

Candi Kalasan di Kabupaten Sleman, DIY, merupakan candi Buddha tertua yang ditemukan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Banyak tantangan dalam upaya pelestarian candi yang dibangun pada tahun 778 Masehi oleh Rakai Panangkaran dari Dinasti Syailendra tersebut.

Pamong Budaya Ahli Madya Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah X, Septi Indrawati menyebut upaya pemugaran memerlukan kajian secara menyeluruh di segala aspek.

"Untuk pemugaran prosesnya panjang. Ada kajian-kajian dan melibatkan berbagai ahli. Dari tahun 90 yang namanya observasi itu dilakukan, kemudian pengukuran stabilitas untuk memeriksa kemiringan bangunan per lima tahun itu dilakukan," kata Septi kepada wartawan di kompleks Candi Kalasan, Minggu (11/6/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Maka itu pihaknya belum berani melakukan pemugaran secara total. Akan tetapi, BPK secara berkala terus melakukan pemantauan untuk memastikan struktur bangunan candi terjaga.

"Kalau (pemugaran) total sementara kita belum berani. Tapi kita berupaya untuk mengatasi masalahnya," ucapnya.

ADVERTISEMENT

Dikatakannya, candi ini dulunya sudah sempat dipugar oleh Belanda pada tahun 30-an. Akan tetapi pemugaran itu masih menyisakan banyak masalah.

"Permasalahan candinya ini, hasil pemugaran tahun 1930 dari Belanda itu kan menyisakan masalah, banyak bangunan terutama bagian atap itu tidak ditemukan. Lalu ada penggunaan semen," bebernya.

Bahkan di candi ini sempat terjadi penggaraman karena air yang terjebak di sela-sela batuan. Sejauh ini, pihaknya berupaya agar Candi Kalasan tidak mengalami penggaraman lebih parah.

Adapun bagian atap candi yang tadinya terbuka kini sudah ditutup rapat. Tujuannya selain agar air tidak bisa masuk, juga mencegah burung tidak mengotori bagian dalam candi.

"Tapi kita berupaya untuk mengatasi masalahnya, untuk air tidak masuk itu sudah teratasi," ujar Septi.

Untuk diketahui, candi yang memiliki tinggi 34 meter, panjang 45 meter, dan lebar 45 meter ini ditujukan untuk menghormati Bodhisattvadevi atau yang lebih dikenal sebagai Dewi Tara.

Selain membangun Candi Kalasan, Rakai Panangkaran juga membangun sebuah biara untuk para biksu dari dinasti Syailendra yang diyakini adalah Candi Sari, tak jauh dari kompleks Candi Kalasan.

"(Candi Kalasan) satu-satunya candi yang disebut di prasasti itu candi Buddha tertua yang ditemukan di DIY ditemukan tahun 778 Masehi," pungkas Septi.




(dil/dil)


Hide Ads