Mengenal Sifilis-Cara Pengobatannya, Ini Catatan Kasus di Jogja hingga 2023

Mengenal Sifilis-Cara Pengobatannya, Ini Catatan Kasus di Jogja hingga 2023

Agustin Tri Wardani - detikJateng
Kamis, 11 Mei 2023 18:51 WIB
setelah diobati, bekas lukanya tetap nampak dgn jelas
Ilustrasi gejala sifilis (Foto: The Lancet)
Yogyakarta -

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat ada kenaikan kasus sifilis atau raja singa lima tahun terakhir. Lantas, apa itu sifilis dan bagaimana cara pengobatannya? Berikut penjelasannya, lengkap dengan informasi data kasus sifilis di Jogja hingga awal 2023.

Berdasarkan data yang dihimpun Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) di 2023 jumlah kasus sifilis di DIY justru menurun. Kasus tertinggi sifilis tercatat pada 2019 dengan 401 kasus. Berikut data lengkap, dikutip detikJateng dari Bappeda DIY:

  • 2019: 401 kasus
  • 2020: 20 kasus
  • 2021: 33 kasus
  • 2022: 95 kasus
  • 2023: 20 kasus* (sementara)

Kepala Bappeda DIY, Beny Suharsono mengatakan data tersebut dihimpun oleh dinas terkait dalam hal ini Dinas Kesehatan (Dinkes) DIY. Adapun data tahun 2023 merupakan data sementara yang dihimpun sejak awal tahun hingga triwulan pertama atau April 2023.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Bappeda punya tugas untuk meng-collect semua laporan data baik yang dari instansi daerah maupun instansi vertikal, sehingga semua data ada di situ. Instansi (terkait) yang bertanggung jawab atas (data) itu," ujar Beny saat dihubungi wartawan, Kamis (11/5/2023).

"Yang terekam itu kemarin datanya, kenapa dinyatakan menurun, data bergerak yang sampai triwulan satu 2023. Jadi akan tahu perbandingannya itu tahun dengan tahun. Kelihatan konkretnya," lanjutnya.

ADVERTISEMENT

Sebagai langkah untuk mengurangi penambahan kasus sifilis, masyarakat sebaiknya dapat lebih memahami mengenai apa itu sifilis, gejalanya, hingga cara pengobatannya.

Berikut ini informasi seputar penyakit sifilis, dikutip detikJateng dari laman resmi Dinas Kesehatan Yogyakarta dan laman resmi Kementerian Kesehatan.

Apa Itu Sifilis

Sifilis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Treponema pallidum. Penularan sifilis tidak berbeda dengan IMS lainnya, yaitu melalui kontak seksual yang tidak aman, baik hubungan seksual melalui mulut, kelamin, maupun anus. Bakteri Treponema pallidum tidak dapat bertahan lama di udara, sehingga tidak dapat ditularkan melalui toilet, kolam renang, kamar mandi, serta berbagi peralatan makan atau pakaian.

Masa inkubasi penyakit sifilis ini sekitar 3 sampai dengan 4 minggu. Gejalanya dapat muncul dalam kurun waktu 10 sampai dengan 90 hari setelah terinfeksi. Sifilis dapat diklasifikasikan menjadi sifilis didapat dan sifilis kongenital.

Klasifikasi Sifilis

- Sifilis Didapat

Sifilis didapat terdiri atas stadium primer, sekunder, dan tersier, serta periode laten di antara stadium sekunder dan tersier.

Diagnosis dan Gejala Penyakit Sifilis Primer

Gejala dapat muncul setelah 2-4 minggu setelah terinfeksi. Tanda yang ditemukan, seperti timbulnya luka kecil di alat kelamin, mulut, atau anus, dan tempat bakteri masuk. Luka ini tidak sakit sehingga kadang tidak disadari, namun tetap rentan menulari pasangan, dikenal dengan istilah chancre. Luka dapat sembuh dengan sendirinya dalam waktu 1-2 bulan.

Diagnosis dan Gejala Penyakit Sifilis Sekunder

Tanda dan gejala infeksi yang dapat ditemukan dalam 2 sampai 10 minggu setelah terinfeksi antara lain demam, ruam merah di telapak tangan dan kaki atau di bagian tubuh lainnya seperti penis, vagina, atau mulut, serta bercak di sekitar genital yang membasah. Keluhan lain yang dapat dijumpai seperti kehilangan nafsu makan, berat badan turun, rambut rontok, sakit kepala, kelelahan serta pembengkakan kelenjar limfa. Tahap ini berlangsung selama 1-3 bulan, atau dapat berlanjut hingga 1 tahun.

Diagnosis dan Gejala Penyakit Sifilis Laten

Apabila sifilis sekunder tidak diobati, maka gejala akan hilang sementara, tetapi dapat muncul kembali dan berkembang menjadi sifilis tersier dalam 2-3 tahun karena bakteri tidak hilang dari tubuh (laten).

Diagnosis dan Gejala Penyakit Sifilis Tersier

Gejala pada tahap ini muncul bertahun-tahun setelah tubuh terinfeksi pertama kali. Tahapan ini dinilai paling berbahaya karena dapat menginfeksi berbagai organ vital dan menyebabkan kerusakan otak, peradangan di selaput otak dan tulang belakang, kebutaan, pembengkakan pembuluh darah, kelumpuhan hingga kematian.

- Sifilis Kongenital

Penyakit Sifilis Kongenital merupakan penyakit sifilis yang terjadi pada bayi. Bayi dapat tertular sifilis dari ibu pengidap sifilis. Apabila tidak diobati, sifilis dapat menyebabkan keguguran atau kematian segera setelah bayi lahir. Komplikasi yang dapat dialami oleh bayi hidup seperti gangguan pendengaran, pembengkakan hati dan limpa, kelainan batang hidung dan bagian tulang lainnya, serta gangguan otak.

Pemeriksaan Penunjang Penyakit Sifilis

Pemeriksaan penunjang merupakan bagian dari pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter untuk mendiagnosis penyakit tertentu. Untuk mendiagnosis apakah seseorang terkena penyakit sifilis atau tidak bisa dilakukan dengan cara melakukan tes. Tes ini adalah tes serologi sifilis, yang terdiri dari 2 tahap yaitu tes non treponema yaitu RPR atau VDRL dan tes treponema, yaitu TPHA (Treponema Pallidum Haemaglutination Assay), TP-PA (Treponema Pallidum Particle agglutination assay), FTA- ABS (fluorescent treponemal), dan TP rapid (Treponema Palidum). Kombinasi dua jenis pemeriksaan ini diperlukan untuk mengidentifikasi adanya infeksi sifilis dan menjelaskan tahapan dari penyakit tersebut.

Penularan Penyakit Sifilis

  • Melalui hubungan seksual dan produk darah yang tercemar.
  • Penularan dari ibu ke anak, melalui beberapa rute yaitu saat kehamilan, atau pasca persalinan melalui kontak bayi dengan lesi ibu.

Pengobatan Penyakit Sifilis

Pengobatan seseorang yang terinfeksi Sifilis primer dan sekunder adalah dengan obat antibiotik penisilin. Dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan dan tes alergi sebelum pengobatan diberikan. Beberapa obat oral dapat diberikan bagi pasien yang alergi terhadap penisilin.

Pencegahan Penyakit Sifilis

  • Saling setia pada pasangan, pemakaian alat kontrasepsi.
  • Skrining ibu hamil, bila positif sifilis diobati sesuai standar.
  • Menghindari kontak bayi baru lahir dengan lesi sifilis pada ibu.
  • Persalinan secara spontan atau SC sesuai indikasi.

Artikel ini ditulis oleh Agustin Tri Wardani peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(ams/rih)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads