Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat ada kenaikan kasus sifilis atau raja singa lima tahun terakhir. Lalu bagaimana data di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)?
Berdasarkan data yang dihimpun Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) di 2023 jumlah kasus sifilis di DIY malah menurun. Kasus tertinggi sifilis tercatat pada 2019 dengan 401 kasus. Berikut data yang dikutip dari Bappeda DIY:
- 2019: 401 kasus
- 2020: 20 kasus
- 2021: 33 kasus
- 2022: 95 kasus
- 2023: 20 kasus* (sementara)
Kepala Bappeda DIY, Beny Suharsono saat dimintai konfirmasi menyebut data tersebut dihimpun dinas terkait dalam hal ini Dinas Kesehatan (Dinkes) DIY. Sedangkan tahun 2023, data yang dihimpun baru hingga triwulan pertama atau April 2023.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bappeda punya tugas untuk meng-collect semua laporan data baik yang dari instansi daerah maupun instansi vertikal, sehingga semua data ada di situ. Instansi (terkait) yang bertanggung jawab atas (data) itu," ujar Beny saat dihubungi wartawan, Kamis (11/5/2023).
"Yang terekam itu kemarin datanya, kenapa dinyatakan menurun, data bergerak yang sampai triwulan satu 2023. Jadi akan tahu perbandingannya itu tahun dengan tahun. Kelihatan konkretnya," lanjutnya.
Beny menerangkan data Dinkes DIY itu merupakan data pasien yang rutin periksa ke pelayanan kesehatan. Dia menegaskan data itu bukan hasil survei di lapangan.
"Mereka yang terkena penyakit yang dimaksud itu rutin melakukan pemeriksaan ke pelayanan kesehatan. Sehingga terpantau untuk bisa dipulihkan kesehatannya lalu tidak menular," terangnya.
Beny mengimbau kepada masyarakat yang terjangkit sifilis agar tidak terjebak stigma di masyarakat dan malu untuk memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan.
"Misalnya betul-betul terjadi seperti itu, ya jangan malu memeriksakan, kan toh akan dilayani secara baik. Supaya tidak menular," ungkap Beny.
"Jadi sadar bersamanya seperti itu, jadi kalau ada stigma kan nanti orang kan malu. Wong yang lain aja kita tangani kok," pesan dia.
Kemenkes Catat Peningkatan Kasus Sifilis 5 Tahun Terakhir
Sebagai informasi, mengutip dari detikHealth, Kemenkes RI mencatat ada kenaikan kasus sifilis atau raja singa di Indonesia dalam waktu lima tahun terakhir, termasuk infeksi pada anak. Peningkatan dilaporkan melampaui 50 persen.
"Dari 2018 sampai 2022 kemarin terjadi peningkatan kasus hampir 70 persen, dari 18 ribu kasus menjadi 21 ribu kasus saat ini," terang juru bicara Kemenkes RI Mohammad Syahril dalam konferensi pers, Senin (8/5).
Tidak jauh berbeda dengan HIV, khusus kasus sifilis pada anak paling banyak tertular dari ibunya. Hal ini karena minimnya tes atau skrining sifilis pada kasus ibu hamil.
Dari 5 juta kehamilan, kata Syahril, hanya 25 persen di antaranya yang melakukan skrining sifilis. Di sisi lain, baru 41 persen ibu hamil yang mendapatkan pengobatan.
"Nah setiap tahun ada penambahan rata-rata 17-20 ribu, ini perlu menjadi perhatian bagi kita, kewaspadaan, warning ini kepada seluruh masyarakat, begitu besarnya dampak sifilis dan HIV kepada anak-anak, apabila seorang ibu tidak mendapatkan perlakuan yang baik," jelas Syahril.
Selengkapnya di halaman berikut.
"Ibu hamil dengan sifilis yang diobati masih rendah, hanya di kisaran 40 persen. Nah, sisanya alias 60 persen tidak mendapatkan pengobatan sehingga berpotensi menularkan dan menimbulkan cacat pada anak yang dilahirkan," lanjutnya.
Oleh karenanya, ia mengimbau masyarakat Indonesia untuk menghindari aktivitas seksual berisiko. Bagi yang sudah menikah, disarankan untuk tidak melakukan perilaku seks berisiko seperti seks oral dan lainnya.
"Bagi yang belum menikah agar menggunakan pengaman untuk menghindari hal-hal yang berisiko untuk kesehatan," ujarnya.
Masyarakat juga diminta aktif melakukan tes sifilis di fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas yang bisa didapatkan secara gratis. Hal ini demi memastikan angka kematian dan kesakitan akibat sifilis bisa terus ditekan.