Ajak Milenial, Pemuda Tani DIY: Tak Harus Menanam, dari Hilir Bisa!

Ajak Milenial, Pemuda Tani DIY: Tak Harus Menanam, dari Hilir Bisa!

Adji G Rinepta - detikJateng
Minggu, 07 Mei 2023 17:46 WIB
Musyawarah Daerah Luar Biasa (Musdalub) DPD Pemuda Tani DIY di Sleman, Minggu (7/5/2023).
Musyawarah Daerah Luar Biasa (Musdalub) DPD Pemuda Tani DIY di Sleman, Minggu (7/5/2023). Foto: Adji G Rinepta/detikJateng
Sleman - Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mendorong para pemuda untuk menjadi petani. Selain terjun ke ladang, generasi milenial disebut juga bisa mengembangkan sektor pemasarannya.

Kepala DPKP DIY, Sugeng Purwanto mengatakan pertanian merupakan sektor yang menjanjikan saat ini.

"Pada saat COVID-19 sektor lain mungkin terkontraksi, justru sektor pertanian tumbuh 16,4% untuk mendukung PDB (Pendapatan Domestik Bruto) nasional, itu yang luar biasa dari petani," kata Sugeng kepada wartawan di sela acara Musyawarah Daerah Luar Biasa Pemuda Tani DIY, Minggu (7/5/2023).

Namun, Sugeng mengatakan, mayoritas petani saat ini sudah memasuki usia senja. Kini DPKP diminta Pemda DIY untuk meregenerasi petani milenial.

"Saya di 2021 diminta untuk menciptakan 1000 petani milenial. Akhir tahun 2023 kami diminta untuk 3 ribu (petani milenial)," ungkap Sugeng.

"Petani kita 65%-nya sudah sepuh. Kalau ini tidak ada regenerasi, selesai," lanjutnya.

Menurut Sugeng, menjadi petani tidak melulu harus memiliki lahan luas. Dia menjelaskan, bertani di lahan sempit seperti di kota Jogja juga dapat menghasilkan. Juga diperlukan adanya kelompok tani agar pemerintah mudah menyalurkan bantuan.

Dengan berkelompok, kata Sugeng, petani juga bisa memenuhi kebutuhan pasar dan menjaga usahanya dapat berkelanjutan.

"Karena di kota lahannya sempit, agar bisa punya bargaining (posisi tawar) ya harus berkelompok, tanamannya juga (bisa) macem-macem," terangnya.

Sementara itu Ketua DPD Pemuda Tani DIY, Anton Prabu Semendawai menjelaskan kelompok seperti Pemuda Tani DIY bisa menjadi wadah petani muda untuk mengembangkan sektor pertanian dan memakmurkan petani.

Anton menerangkan, menjadi petani tidak melulu bekerja dengan cangkul di ladang. Petani juga bisa mengembangkan sektor pemasarannya dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi, sehingga stigma bahwa 'petani makmur harus punya lahan luas' bakal luntur.

"Rata-rata kepemilikan lahan itu 0,9 hektare. Kalau dikatakan petani akan jadi makmur, itu jauh dari makmur. Karena kalau di negara-negara lain, bahkan di Indonesia, kalau punya lahan 3-4 hektare baru bisa disebut makmur," jelas Anton.

"Bertani tidak harus menanam saja, tapi dari hilirnya bisa, dengan cara memasarkan baik itu pengemasan ataupun supply kepada restoran, kepada hotel," lanjutnya.

"Yang sepuh-sepuh bekerja di ladang, Anak-anak mudanya yang bisa memasarkan melalui online atau bahkan ekspor," pungkas Anton.


(dil/dil)


Hide Ads