Arkeolog Temukan Saluran Air Kuno di Situs Keraton Pleret Bantul

Arkeolog Temukan Saluran Air Kuno di Situs Keraton Pleret Bantul

Pradito Rida Pertana - detikJateng
Selasa, 14 Mar 2023 16:47 WIB
Suasana ekskavasi Kedaton IV Situs Keraton Pleret, Kapanewon Pleret, Kabupaten Bantul.
Suasana ekskavasi Kedaton IV Situs Keraton Pleret, Kapanewon Pleret, Kabupaten Bantul. (Foto: dok. Dinas Kebudayaan DIY)
Bantul -

Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menyelesaikan ekskavasi atau penggalian arkeologis benteng sisi barat yang disebut Kedaton IV di situs Keraton Pleret, Kapanewon Pleret, Bantul. Hasilnya, tim arkeolog menemukan saluran air (paralon) kuno yang terbuat dari tanah liat.

Tenaga ahli Ekskavasi Danang Indra Prayudha mengatakan ekskavasi tersebut selesai kemarin, Senin (13/3). Hasilnya, tim arkeolog menemukan saluran air tanah liat kuno di penggal benteng sisi barat Keraton Pleret yang mana oleh masyarakat sekitar disebut plempem atau riul.

Setidaknya, kata Danang, ada 8 plempem tanah liat kuno ditemukan di area ekskavasi Kedaton IV sisi selatan. Plempem tersebut mempunyai panjang setidaknya 62 cm hingga 66 cm dengan diameter 35 cm per riul.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ini temuan yang baru pertama dan unik karena ada saluran air, kami menduga ini satu periode namun masih perlu dibuktikan," katanya melalui keterangan tertulis kepada wartawan, Selasa (14/3/2023).

Suasana ekskavasi Kedaton IV Situs Keraton Pleret, Kapanewon Pleret, Kabupaten Bantul.Suasana ekskavasi Kedaton IV Situs Keraton Pleret, Kapanewon Pleret, Kabupaten Bantul. Foto: dok. Dinas Kebudayaan DIY.

Saluran air kuno yang ditemukan tersebut masih akan diidentifikasi lebih lanjut terutama terkait fungsinya apakah untuk saluran pembuangan air atau saluran air bersih.

ADVERTISEMENT

Dari hipotesis awal, kata Danang, tim menduga saluran kuno ini satu konteks dengan benteng sisi barat keraton karena derajat kemiringan yang sama di dengan benteng yaitu 10 derajat.

Hipotesis berikutnya, benteng ini mempunyai saluran dari dalam ke luar yang berhenti di mulut benteng sisi dalam. Di mana dalam benteng saluran tersebut digantikan dengan bata putih ditumpuk bata merah hingga keluar benteng ada mulut saluran.

"Tetapi sementara ini adalah bagian dari benteng karena kemiringannya sama dan bagian menyatu antara benteng dengan saluran airnya," ujarnya.

"Jika ternyata saluran air ini benar bagian dari benteng maka menunjukkan bentengnya punya saluran air. Kita akan coba uji sampel tanah yang di dalam saluran isinya apa apakah itu kotoran atau air bersih," lanjut Danang.

Lebih lanjut, temuan baru arkeologis era Raja Amangkurat I ini berada di lokasi yang nantinya akan dikembangkan sebagai pengembangan Museum Pleret, maka desain museum tersebut harus menyesuaikan dengan temuan terbaru ini. Hal ini juga telah diatur dalam Peraturan Cagar Budaya apabila mendirikan bangunan baru setidaknya ada jarak dua meter dari objek cagar budayanya.

Danang mengatakan awalnya tim ekskavasi Kedaton IV menduga ada struktur yang memanjang dari utara ke selatan, lalu ditariklah benang dan luruskan dari dua titik temuan. Di bawah benang yang diluruskan tersebut, dilakukan penggalian yang ternyata ada temuan-temuan tumpukan batu bata yang lurus dari utara ke selatan dengan kemiringan 10 derajat.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya.

Berbekal data-data terkait Keraton Pleret era Amangkurat I, tim ekskavasi mencoba melakukan pencocokan dengan peta-peta lama dari sumber-sumber sejarah.

"Kami berasumsi temuan yang ada di sini ini adalah benteng sisi barat Keraton Pleret. Jika digambarkan bentengnya tidak berbentuk kotak tetapi jajaran genjang memanjang lurus dari utara ke selatan lurus," ucapnya.

"Dari pengembangan ekskavasi diketahui benteng tersebut mempunyai lebar 2,7 meter dan belum diketahui panjang dan tingginya karena kondisi benteng tersebut tidaklah utuh," imbuh Danang.

Dari hasil-hasil temuan ekskavasi Kedaton IV ini, tim arkeolog memberikan sejumlah rekomendasi pengembangan Museum Pleret yang bisa dilakukan oleh OPD terkait.

Adapun rekomendasi tersebut yakni melakukan mapping atau pemetaan menggunakan foto udara, membuka sisi luar setidaknya berjarak 4 meter dari temuan dan pengelolaan temuan baru menjadi site museum yang di display dengan baik agar bisa dilihat langsung masyarakat yang berkunjung ke Museum Pleret.

Halaman 2 dari 2
(aku/sip)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads