Sebuah sekolah dasar di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memiliki nama unik. Sekolah yang terletak di Padukuhan Sonoharjo, Kalurahan Margokaton, Kapanewon Seyegan, itu bernama SDN Bokong.
Kepala SDN Bokong Suisdiyati mengatakan penamaan itu tak lepas dari sejarah berdirinya kampung tempat sekolah berada. Walaupun, Suisdiyati tidak bisa menemukan bukti kuat dan hanya berdasarkan cerita para sesepuh.
Konon, wilayah itu menjadi jalur dakwah dari Sunan Kalijaga dan kebetulan saat singgah warga memberikan semacam ingkung. Namun, Sunan Kalijaga hanya memakan bagian brutu atau bokong ingkung. Dari situ lah kemudian diberi nama Bokong.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Secara yuridis saya tidak tahu pasti, tapi pernah tanya ke yang sudah lama di sini itu dulu pernah di sini itu katanya Sunan Kalijaga dakwah ke sini. Itu masyarakat di sini memberikan berkatan (makanan berkat) itu, yang didhahar (dimakan) brutu (bokong)," kata Suisdiyati saat ditemui wartawan, Kamis (19/1/2023).
Subari yang merupakan tetua warga dan Dukuh Sonoharjo juga mengatakan penamaan Bokong ada kaitannya dengan dakwah yang dilakukan Sunan Kalijaga.
Subari melanjutkan, cerita tersebut dia terima dari tetua desa sebelum dirinya. Dia pun tidak bisa memastikan apakah cerita itu merupakan sejarah yang sebenarnya atau bukan.
"Tapi apakah ini versi sebenarnya atau bukan adalah sebuah perjalanan penyebaran agama Islam waktu itu Sunan Kalijaga," kata Subari saat ditemui wartawan di kediamannya, Kamis (19/1/2023).
Dari cerita yang dia terima, kala itu Sunan Kalijaga saat menyebarkan agama Islam sempat berhenti di wilayah yang saat ini menjadi Padukuhan Sonoharjo. Konon, Sunan Kalijaga berhenti dan duduk untuk beristirahat.
"Beliau berjalan dari arah barat kemudian beliau sampai sini merasa kecapaian kemudian duduk sebentar, mungkin istirahat," ucapnya.
"Beliau mengatakan, suatu saat nanti kalau wilayah ini menjadi sebuah padukuhan yang ditempati akan menjadi nama bokong atau bukung, karena duduk," sambungnya.
Ia pun berupaya untuk mencari kebenaran sejarah dari nama Kampung Bokong. Namun, dirinya kesulitan untuk mencari referensi sejarah karena tidak ada catatan.
"Jadi ya itu versi yang saya terima sampai hari ini hanya (cerita dari) mulut ke mulut. Penamaan bokong dari mana kami juga belum bisa karena sampai hari ini narasumber yang pasti belum bisa kita temukan," tutupnya.
(apl/sip)