Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan KB (DP3APPKB) Kabupaten Bantul melakukan audit terkait stunting. Hasilnya masih ada sekitar 3 ribu kasus stunting, jumlah tersebut turun dibandingkan tahun 2021.
"Berdasarkan hasil audit kasus stunting tahun 2022 di Kabupaten Bantul terdapat 3.056 kasus," kata Kepala DP3APPKB Bantul Ninik Istitarini kepada wartawan, Jumat (28/10/2022).
Jumlah tersebut, kata Ninik, muncul setelah pengukuran terhadap 45.485 balita dengan kelompok sasaran audit utama yaitu calon pengantin, ibu hamil, ibu nifas, baduta (bayi dua tahun) dan balita pada bulan Februari. Sedangkan untuk data keseluruhan masih dalam validasi karena dalam setahun pihaknya melakukan pengukuran sebanyak dua kali.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Audit tersebut hasil pengukuran di bulan Februari, karena pengukuran untuk balita itu kami lakukan setahun dua kali yaitu bulan Februari dan Agustus," ujarnya.
"Nah, untuk hasil pengukuran di bulan Agustus datanya belum, baru validasi," lanjut Ninik.
Sedangkan berdasarkan lokus percontohan audit kasus stunting, kata Ninik, seperti di Kalurahan Caturharjo, Pandak atau wilayah Puskesmas Pandak II terdapat beberapa kasus risiko tinggi stunting pada masing-masing kelompok sasaran audit.
"Faktor utama penyebab risiko tinggi stunting terbanyak adalah overweight, underweight, KEK (kekurangan energi kronis), anemia dan perokok pasif," ujarnya.
Namun, Ninik menilai jika dibandingkan dengan tahun 2021, angka stunting di Bantul cenderung turun.
"Kalau dibandingkan tahun 2021 turun, di tahun 2021 8,37% dan Februari 2022 turun menjadi 6,72%," ucapnya.
Meski telah mengalami penurunan kasus stunting, Ninik mengaku tetap menggencarkan upaya pencegahan dan penanganan. Hal itu untuk mewujudkan Bantul bebas stunting.
"Kita sudah ambil langkah dengan upaya pencegahan, seperti untuk calon pengantin tiga bulan pranikah sudah kita pantau kesehatannya. Puskesmas juga memeriksa, teman-teman dari kader melakukan pemantauan kehamilan untuk melihat kondisi dan perubahan ibu hamil itu sendiri," jelasnya.
"Selain itu kami juga lakukan penanganan dengan memberikan makanan tambahan dengan menu-menu yang istilahnya dihitung kandungan kalorinya. Terus kalau sudah melahirkan atau kita sebut ibu nifas dikunjungi dua kali untuk memastikan kesehatan bayi," imbuh Ninik.
Sementara itu, Wakil Bupati Bantul Joko Purnomo mengatakan stunting menjadi salah satu kunci kegagalan dalam membentuk karakter generasi masa depan. Oleh sebab itu, data hasil audit tersebut nantinya tidak hanya sekadar menjadi data yang harus diketahui saja.
"Jika nantinya data audit sudah keluar, saya mengajak untuk segera action mencari akar permasalahan mengapa angka stunting masih tinggi. Barulah akar permasalahan yang muncul dari sana kita pelajari, jangan sampai muncul di Pedukuhan, Kalurahan, atau di Kapanewon lain," ucapnya.
(rih/ams)