13 Kasus Gagal Ginjal DIY, Dinkes Sebut Tak Ada Info Riwayat Minum Obat Sirup

13 Kasus Gagal Ginjal DIY, Dinkes Sebut Tak Ada Info Riwayat Minum Obat Sirup

Pradito Rida Pertana - detikJateng
Rabu, 19 Okt 2022 17:09 WIB
Kepala Dinkes DIY Pembajun Setyaningastutie. Rabu (19/10/2022).
Kepala Dinkes DIY Pembajun Setyaningastutie. Rabu (19/10/2022). (Foto: Pradito Rida Pertana/detikJateng)
Bantul -

Dinas Kesehatan (Dinkes) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memastikan 13 kasus gagal ginjal yang menyerang anak-anak di DIY sebelumnya tidak memiliki riwayat mengkonsumsi obat jenis sirup. Karena itu, hingga kini Pembajun menyebut penyebab kasus itu masih misterius.

"Tidak, tidak ada info itu (13 anak yang terkena gagal ginjal misterius sebelumnya konsumsi obat jenis sirup)," kata Kepala Dinkes DIY Pembajun Setyaningastutie kepada wartawan di Jogja Expo Center (JEC), Kapanewon Banguntapan, Kabupaten Bantul, Rabu (19/10/2022).

Selain itu, Pembajun juga mengungkapkan 5 anak yang meninggal karena gagal ginjal misterius tidak memiliki riwayat sakit ginjal. Bahkan, satu bulan sebelum sakit tidak ada keluhan sama sekali.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tapi yang jelas kita tahu yang 5 meninggal itu memang tidak diketahui (penyebab pastinya terkena gagal ginjal) dan tidak pernah ada kelainan ginjal 14 hari sebelumnya, dua minggu atau sebulan tidak ada," ujarnya.

Karena itu, Pembajun meminta orang tua anak untuk segera membawa anaknya ke fasilitas layanan kesehatan (Fasyankes) jika dalam lima hari menunjukkan gejala urine susah keluar.

ADVERTISEMENT

"Kalau dilihat rentang 3-5 hari itu salah satu tanda krusial urine tidak keluar seperti biasa atau malah tidak keluar urine-nya," ucapnya.

"Sedangkan orang dewasa biasanya karena hipertensi dan karena diabetes mellitus, itu prosesnya sudah penyakit kronis," imbuh Pembajun.

Pasalnya jika cepat tertangani, penyembuhan gagal ginjal semakin cepat. Mengingat kondisi dua anak yang sembuh saat ini kondisi ginjalnya baik-baik saja.

"Yang sembuh kondisi ginjal baik, karena cepat penanganannya. Jadi kalau orang gagal ginjal atau kena masalah itu kalau kondisi ringan satu, dua kali hemodialisa selesai, maksudnya sembuh. Kalau telat 5 hari dikhawatirkan terjadi kerusakan" ujarnya.

Oleh sebab itu, Pembajun menyebut penyebab gagal ginjal misterius yang menyerang anak-anak ini belum ada yang mengetahui secara pasti. Menurutnya, Kemenkes yang berwenang mengungkapkan penyebab penyakit tersebut.

"Karena itu kita tidak bisa mengatakan bahwa ini penyebabnya karena a-b-c, ini perlu kehati-hatian. Karena itu masih kita sebut unknown etiologi, jadi tidak diketahui penyebab sampai dari Kementerian Kesehatan mengungkapkan penyebabnya," katanya.

Terkait masalah larangan penggunaan obat jenis sirup bagi anak-anak, Pembajun mengaku sebagai tindak lanjut dari Kemenkes.

"Kalau masalah sirup kita mewaspadai sajalah. Karena di Gambia terjadi seperti itu, maka kita prepare (mempersiapkan)," ujarnya.

Sebelumnya, Pembajun menyebut belum ada penambahan terkait jumlah kasus gagal ginjal misterius di DIY. Menurutnya, dari Januari hingga Oktober masih tercatat 13 kasus.

"Jumlahnya 13, periode Januari-Oktober, 5 meninggal dunia dengan unknown etiologi, jadi tidak diketahui penyebabnya. Terus tiga MIS-C, yaitu satu kondisi di mana terjadi infeksi multi organ yang dipengaruhi hal-hal lain. Kalau yang 6 masih dirawat di Sardjito, dan ada 2 yang sembuh," katanya.

"Untuk yang 6 itu kondisi masih stabil dan terkontrol. Sedangkan dari umur bervariasi, yang jelas kalau di DIY paling tua 13 tahun dan paling muda 7 bulan. Semua dirawat di Sardjito," imbuh Pembajun.

Pasien gagal ginjal di DIY meninggal bertambah jadi 6, simak di halaman selanjutnya...

Pasien Gagal Ginjal Akut Meninggal Jadi 6 Anak

Sementara itu, satu pasien anak yang terdeteksi mengalami gagal ginjal akut misterius meninggal di RSUP Dr Sardjito hari ini. Hingga saat ini tercatat total ada 6 orang anak yang meninggal akibat gagal ginjal akut.

"Hari ini ada satu pasien meninggal usianya 4 tahun, asalnya dari Ngawi," kata dokter spesialis anak RSUP Dr Sardjito, dr Kristia Hermawan saat jumpa pers, Rabu (19/10).

Ia menjelaskan pasien anak itu meninggal setelah lima hari menjalani perawatan di Sardjito. Sebelumnya, pasien itu dirawat di RSUD Dr Moewardi sebelum akhirnya dirujuk.

"Lima hari dirawat di sini. Pasien ini rujukan dari RS Moewardi. Dirujuk di sini hari Jumat. Tadi pagi jam 9 atau 10," kata Kristia.

Halaman 2 dari 2
(aku/sip)


Hide Ads