Blak-blakan Yayuk Basuki Petenis Legendaris Jogja: US Open, PON, Godaan Uang

Blak-blakan Yayuk Basuki Petenis Legendaris Jogja: US Open, PON, Godaan Uang

Pradito Rida Pertana - detikJateng
Selasa, 27 Sep 2022 10:05 WIB
Petenis legendaris Indonesia asal Jogja, Yayuk Basuki, Senin (26/9/2022).
Petenis legendaris Indonesia asal Jogja, Yayuk Basuki, Senin (26/9/2022). Foto: Pradito Rida Pertana/detikJateng
Jogja -

Petenis legendaris Indonesia asal Jogja, Yayuk Basuki, berbagi sekelumit kisah tentang perjalanan kariernya. Yayuk mengaku pernah 'sengaja mengalah' saat mengikuti turnamen internasional agar bisa membela DIY di PON 1996, hingga mengaku mendapat iming-iming uang agar mau membela PON daerah lain. Seperti apa ceritanya?

Mengalah di US Open demi PON

Yayuk menceritakan bahwa sempat tampil di US Open 1996, namun hanya bertahan hingga babak awal turnamen. Ternyata hal tersebut bukan tanpa alasan.

"Saat itu saya tetap main di US Open 1996, tapi 'ngalah'. Karena tidak mungkin kan kalau berhenti begitu saja (walk out), apalagi masih di babak awal," kata Yayuk kepada wartawan di Jogja, Senin (26/9/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perempuan berumur 51 tahun ini melanjutkan, alasannya mengalah di gelaran Grand Slam itu semata-mata untuk membela Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada cabang tenis PON 1996 di DKI Jakarta. Terlebih, PON 1996 merupakan kesempatan terakhirnya bisa ikut ajang PON, dan Yayuk ingin meraih hasil maksimal.

"Padahal saya unggulan saat di US Open 1996, tapi mengalah demi daerah dan itu tanpa paksaan sama sekali. Karena kebetulan itu kan PON terakhir saya, jadi saya berambisi menutup karier dengan prestasi terbaik untuk Jogja," jelasnya.

ADVERTISEMENT

Ya, Yayuk membuktikan kata-katanya dengan menggondol tiga medali emas. Adapun tiga medali tersebut masing-masing dari cabor tenis single, double, dan beregu.

"Saat PON itu saya meraih tiga medali emas, dari single, double dan beregu," ujarnya.

Sempat Sembunyikan Kisahnya

Yayuk mengaku saat itu menyembunyikan kisah tersebut karena takut menjadi bulan-bulanan khususnya media. Yayuk melakukannya karena ingin menjaga marwah Jogja dan menutup penampilan terakhirnya di PON dengan kenangan yang manis.

"Jujur, kisah ini dulu saya sembunyikan karena kalau saya buka bisa-bisa saya di-bully. Tapi kembali lagi saat ini niat saya cuma menjaga marwah Jogja saja, tidak ada niat yang lain," kata perempuan berambut panjang ini.

Halaman selanjutnya, singgung iming-iming uang...

Singgung Iming-iming Uang

Lebih lanjut, perempuan yang saat ini menjabat sebagai Ketua Umum Indonesian Olympian Association (IOA) ini membandingkan dengan banyaknya atlet yang tidak membela daerahnya saat PON. Menurutnya, hal tersebut karena biaya pembinaan atlet dari pemerintah terbatas dan atlet harus mencari uang untuk menambah pengalamannya.

"Tapi saya nggak bisa menyalahkan atlet juga kalau memang mau pindah membela daerah lain. Karena mereka kan butuh biaya untuk meningkatkan kemampuannya, yaitu dengan ikut turnamen baik di dalam dan luar negeri," katanya.

Di mana untuk mengikuti turnamen tersebut memerlukan biaya yang tidak sedikit. Apalagi, atlet pasti sudah terlanjur terjun ke cabang olahraga yang digeluti dan ingin terus mengasah kemampuan untuk membanggakan orang tua dan bangsa.

"Apalagi, atlet pasti merasa kalau dia, atau orang tuanya sudah investasi besar untuk terjun menekuni sebuah cabang olahraga. Jadi tidak bisa menyalahkan atletnya juga," ucapnya.

Di sisi lain, Yayuk tidak menampik jika pernah mendapatkan tawaran sejumlah uang untuk membela daerah lain dalam gelaran PON. Kendati demikian, Yayuk langsung menolak tawaran tersebut demi membela DIY.

"Saya pernah ditawari pindah dengan iming-iming Rp 5 juta kalau mau membela daerah lain di PON. Tahun 80-an itu kalau tidak salah, besar itu wong harga mobil saat itu Rp 2,5 juta, tapi saya tolak karena komitmen membela daerah asal tidak bisa ditukar dengan uang," ujarnya.

Petenis legendaris Indonesia asal Jogja, Yayuk Basuki, Senin (26/9/2022).Petenis legendaris Indonesia asal Jogja, Yayuk Basuki, Senin (26/9/2022). Foto: Pradito Rida Pertana/detikJateng

Berkaca dari pengalamannya tersebut, Wakil Ketua KONI ini berharap pemerintah mengucurkan dana lebih besar untuk pembinaan atlet. Hal tersebut guna menghindari banyaknya atlet yang membela daerah lain semata-mata hanya karena uang.

Halaman 2 dari 2
(rih/ahr)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads