Dusun di Kulon Progo Ini Manfaatkan Irigasi untuk Sumber Tenaga Listrik

Dusun di Kulon Progo Ini Manfaatkan Irigasi untuk Sumber Tenaga Listrik

Jalu Rahman Dewantara - detikJateng
Sabtu, 17 Sep 2022 10:28 WIB
Laboratorium terpadu Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) di Dusun Kedungrong, Kalurahan Purwoharjo, Kapanewon Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo, DIY, Kamis (15/9/2022).
Laboratorium terpadu Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) di Dusun Kedungrong, Kalurahan Purwoharjo, Kapanewon Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo, DIY, Kamis (15/9/2022). Foto: Jalu Rahman Dewantara/detikJateng
Kulon Progo -

Warga di Dusun Kedungrong, Kalurahan Purwoharjo, Kapanewon Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo, DIY, tak lagi dipusingkan dengan persoalan listrik. Sebab, mereka telah memiliki pembangkit listrik mandiri yang sumber tenaganya berasal dari saluran irigasi setempat. Seperti apa kisahnya?

Pikiran Cahyono Adi Nugroho menerawang jauh ke masa lalu. Ia teringat tragedi tanah longsor yang merenggut tujuh nyawa di Kedungrong pada tahun 2001 silam. Bencana ini menjadi titik balik bagi kehidupan warga Kedungrong.

Pada momen inilah, banyak kalangan yang datang ke Kedungrong dan melihat langsung bagaimana kondisi dusun di kawasan perbukitan Menoreh, Kulon Progo, tersebut. Salah satunya adalah akademisi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) yang datang untuk memberikan bantuan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tak hanya itu, mereka juga melakukan observasi dan mendapati bahwa Kedungrong menyimpan potensi besar terkait penyediaan listrik energi terbarukan.

"Kalau ide itu sebenarnya masukan dari dosen Fakultas Teknik Sipil UGM. Dulu di sini tahun 2001 itu ada tanah longsor, kebetulan saya ketua poskonya (penanganan korban), lalu dari dosen Fakultas Teknik Sipil itu menyarankan supaya diusulkan ada mikrohidro," ucap Cahyono saat ditemui di Kedungrong, Kamis (15/9/2022).

ADVERTISEMENT

Dari situ muncul ide pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH). PLTMH merupakan pembangkit listrik berskala kecil yang menggunakan air sebagai tenaga penggeraknya. Ini bisa diperoleh dari saluran irigasi, sungai, atau air terjun alam dengan cara memanfaatkan tinggi terjunan dan jumlah debit air.

Adapun di Kedungrong, terdapat saluran irigasi yang oleh masyarakat biasa disebut intake Kalibawang. Derasnya arus dan melimpahnya air saluran ini sepanjang tahun menjadi alasan kenapa PLTMH berpotensi dibangun di Kedungrong.

Laboratorium terpadu Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) di Dusun Kedungrong, Kalurahan Purwoharjo, Kapanewon Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo, DIY, Kamis (15/9/2022).Laboratorium terpadu Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) di Dusun Kedungrong, Kalurahan Purwoharjo, Kapanewon Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo, DIY, Kamis (15/9/2022). Foto: Jalu Rahman Dewantara/detikJateng

Namun untuk merealisasikan ide besar itu tidaklah mudah. Dana menjadi alasan utama. Karena itu warga diwakili Cahyono mengusulkan rencana pembangunan PLTMH kepada anggota dewan dalam agenda reses yang dilakukan oleh DPRD Kulon Progo pada 2001.

"Kebetulan saya diundang reses DPRD kabupaten. Pas itu saya usul untuk dibangun mikrohidro, saat itu (usulan) tahun 2001," ujar Cahyono yang saat ini didapuk menjadi Humas PLTMH Kedungrong.

Waktu terus berjalan, usulan warga tak jua diindahkan. Hingga kemudian pada 2004 mulai ada harapan saat Cahyono lolos jadi wakil rakyat di DPRD Kulon Progo.

"Tahun 2004 kebetulan saya masuk jadi anggota dewan di Kabupaten Kulon Progo, itu saya tanyakan ini usulan (pembangunan PLTMH) tahun 2001 sudah diproses belum. Ternyata belum diproses, terus tahun 2004 itu saya proses. Nah ternyata APBD kulon Progo tidak mencukupi akhirnya minta ke Balai Besar (BBWSSO), itu bisa dikabulkan," ucapnya.

Selengkapnya di halaman selanjutnya...

Setelah menunggu sekian tahun, akhirnya pembangunan PLTMH di Kedungrong bisa terlaksana. Proses pembangunan dilakukan mulai 12 Juni 2012 dengan masa kerja 90 hari.

Di bawah kewenangan Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan, dan Energi Sumber Daya Mineral (DPUPESDM) DIY, total anggaran proyek ini sekitar Rp 270 juta bersumber dari APBD 2012 . Alokasinya untuk membangun ruang pengoperasian PLTMH komplet dengan piranti utama meliputi turbin propeller, generator, panel kontrol, serta ballast.

Bantuan untuk menunjang operasional PLTMH di Kedungrong juga datang dari pelbagai lembaga pendidikan dan instansi pemerintahan. Hal itu bisa dilihat dengan adanya laboratorium terpadu mikrohidro yang terletak tak jauh dari lokasi berdirinya PLTMH.

Laboratorium terpadu Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) di Dusun Kedungrong, Kalurahan Purwoharjo, Kapanewon Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo, DIY, Kamis (15/9/2022).Laboratorium terpadu Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) di Dusun Kedungrong, Kalurahan Purwoharjo, Kapanewon Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo, DIY, Kamis (15/9/2022). Foto: Jalu Rahman Dewantara/detikJateng

Suplai Listrik 50 Rumah

Pada akhir 2012, PLTMH Kedungrong akhirnya beroperasi. Menghasilkan total daya 18 KVA, PLTMH ini awalnya baru dimanfaatkan untuk lampu penerangan jalan umum di enam titik dan kebutuhan rumah tangga bagi lima kepala keluarga (KK).

Untuk pemasangan instalasi di rumah warga dilakukan bertahap dan dilakukan oleh tim dengan standar yang sama dengan PLN. Dalam pemasangannya memakai jalur sendiri atau tidak digabung dengan jalur PLN demi keamanan jaringan.

Berjalannya waktu jumlah lampu penerangan jalan umum dan rumah yang disuplai PLTMH terus bertambah. Cahyono mencatat hingga saat ini PLTMH telah mengaliri 33 titik lampu penerangan jalan umum dan 50 KK dari total jumlah KK di Kedungrong sebanyak 52.

"Kedungrong sendiri warganya ada 52 KK, tinggal 2 KK yang belum pakai," ucap Cahyono.

Listrik dari PLTMH yang disuplai ke warga tak hanya sebatas untuk penerangan rumah. Besarnya daya memungkinkan warga memanfaatkan listrik itu untuk mengoperasikan setrika, pompa air, dan peralatan rumah tangga lainnya.

Selain itu juga untuk kebutuhan industri kecil yang ada di Kedungrong, seperti usaha pertukangan kayu, bengkel sepeda motor, peternakan, bengkel las serta usaha jahit pakaian.

Laboratorium terpadu Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) di Dusun Kedungrong, Kalurahan Purwoharjo, Kapanewon Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo, DIY, Kamis (15/9/2022).Laboratorium terpadu Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) di Dusun Kedungrong, Kalurahan Purwoharjo, Kapanewon Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo, DIY, Kamis (15/9/2022). Foto: Jalu Rahman Dewantara/detikJateng


Cahyono mengatakan warga yang menggunakan daya listrik PLTMH ini tetap dipungut iuran. Namun, nominalnya jauh lebih ramah di kantong jika dibandingkan dengan tarif listrik PLN. Yaitu hanya Rp 12 ribu per 35 hari.

"Per bulan untuk (pengguna) mikrohidro itu iuran Rp 12 ribu, itu sudah unlimited. Per KK jadi sama rata. Seperti tempat saya itu ada empat pompa air, kemudian ada kulkas, mesin cuci, pakai itu juga. Unlimited bayarnya tetap Rp 12 ribu," ujarnya.

Iuran itu dimanfaatkan untuk perawatan suku cadang PLTMH. Sebagian lagi disalurkan kepada sukarelawan yang bertugas memantau kondisi PLTMH agar tetap berfungsi normal selama 24 jam penuh.

Selengkapnya di halaman selanjutnya...

Cahyono mengatakan meski penggunaan PLTHM lebih menguntungkan, warga Kedungrong masih tetap memanfaatkan daya PLN. Arus yang belum stabil dibandingkan aliran PLN menjadi alasannya.

"Ya, kelemahannya kalau mikrohidro itu tegangannya belum stabil, harus pakai stabilizer sehingga untuk yang pakai 75 persen menggunakan mikrohidro dan 25 persen (PLN) yang menggunakan laptop, cas HP, dia takut risiko sehingga masih menggunakan PLN yang stabil arusnya," ungkapnya.

"Tapi tetap prioritas mikrohidro, karena ada juga yang tetap ngecas HP pake mikrohidro, laptop juga pake mikrohidro kalau tidak eman-eman gitu lho," imbuhnya.

Pengurus PLTMH Kedungrong, R Widarto mengatakan bahwa pada prinsipnya perawatan PLTMH ini tidaklah susah. Hanya perlu dipantau setiap hari.

Namun, ada satu hal yang kadang bikin ia jengkel, yakni banyaknya sampah di saluran intake Kalibawang. Keberadaan sampah dapat menyumbat saluran menuju turbin penggerak listrik. Jika tidak segera disingkirkan, aliran listrik dipastikan tidak stabil

"Yang jadi kendala di depan itu ada sampah di pintu air. Tiap hari harus membersihkan, kalau tidak nanti tidak nyala. Dayanya tidak stabil, lampunya kedip-kedip tidak stabil," ujarnya.

Karena itu setiap waktu Widarto yang ditugaskan sebagai relawan pemantau PLTMH harus rela basah-basahan demi membersihkan sampah. Ia pun berharap masalah ini bisa jadi perhatian pemerintah, dalam hal ini Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan, dan Energi Sumber Daya Mineral (DPUPESDM) DIY.

"Saya juga minta kalau bisa dari ESDM memberi bantuan stabilizer untuk menyetarakan tegangan, kalau bisa. Harapan kami dari kelompok di Kedungrong, seperti itu biar tegangannya nggak naik turun," ucapnya.

Sementara itu salah satu warga Kedungrong, Purwanti (56) mengaku sudah lima tahun terakhir menggunakan listrik dari PLTMH. Alasannya karena lebih murah dibandingkan listrik PLN.

"Sebelumnya pakai PLN, kalau sekarang mikrohidro karena lebih ringan. Kalau PLN itu sebulan bisa Rp 50 ribu, nah kalau mikrohidro cuma Rp 12 ribu," ujar Purwanti.

Adapun listrik yang didapat dari PLTMH ini digunakan Purwanti untuk kebutuhan sehari-hari. Seperti mencuci, penerangan rumah, serta memasak nasi menggunakan rice cooker.

"Ya untuk gosok (mencuci), terus masak, terus lampu, dan ini bisa nyala semua. Jadi saya senang sekali, mikrohidro membantu, jadi lebih hemat," ucapnya.



Simak Video "Video: Hankook Sebut Pertumbuhan Kendaraan Listrik di Indonesia Maju Pesat"
[Gambas:Video 20detik]


Hide Ads