Kepala BKKBN Hasto Wardoyo berharap kebijakan pemerintah dalam mengalihkan subsidi BBM bisa tepat sasaran. Hal ini menurut Hasto bisa menekan kemiskinan ekstrem dan membantu program pemerintah untuk mengatasi stunting.
Seperti diketahui, angka prevalensi stunting di Indonesia masih berada di angka 24,4 persen, di bawah target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 yaitu sebesar 14 persen.
"Naiknya harga BBM, uang yang didapat dari kenaikan harga BBM kalau digunakan untuk mensubsidi selektif kasus yang perlu dibantu maka itu lebih adil, lebih tepat, lebih efisien," kata Hasto dalam acara Program Edukasi 1.000 Bidan dan Intervensi Stunting DIY Tahun 2022, di Sleman, Minggu (11/9/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dengan cara seperti sekarang ini (menaikkan harga BBM) maka kemudian pendapatan meningkat, kemudian dipakai untuk meningkatkan bantuan kepada keluarga yang berhak," imbuhnya.
Ia berharap ke depan nominal yang didapatkan masyarakat baik itu melalui PKH maupun bantuan sosial lainnya bisa meningkat. Sehingga kemiskinan ekstrem bisa ditekan.
"Kita tahu bahwa kalau sekarang ini pemerintah mampu memberikan bantuan gizi seimbang, mampu memberikan bantuan air bersih, mampu memberikan bantuan rumah tak layak huni dan jamban maka stunting itu akan turun drastis, karena 70 persen yang memengaruhi stunting itu lingkungan yang tidak sehat," ujarnya.
Selain lingkungan, menurut Hasto, terjadinya stunting salah satunya karena kurangnya memperhatikan gizi seimbang. Sehingga kurang mendapatkan protein dan mengakibatkan gagal tumbuh. "Karenanya ASI eksklusif itu penting sekali," ujarnya.
Sementara itu, Ketua Ikatan Bidan Indonesia (IBI) DIY Sutarti menjelaskan bidan punya peran penting dalam upaya percepatan penurunan stunting. Peran itu dapat dimulai dari proses pencegahan melalui pendekatan dan pendampingan keluarga.
"Kami, bidan-bidan di DIY siap mensukseskan program edukasi 1.000 bidan. Hari ini 1.000 bidan yang hadir dari anggota kami yang berjumlah 1.852, kami siap menyampaikan ke rekan bidan-bidan lainnya. Setelah ini akan ada tindak lanjut intervensi ke 300 ibu hamil yang akan didampingi teman-teman bidan. Satu bidan mendampingi 1 ibu hamil," ungkap Sutarti.
(ahr/ahr)