Seorang siswi SMPN 1 Pandak, Bantul, mendapat teguran dari gurunya akibat tidak mengenakan jilbab saat berada di dalam kelas. Begini faktanya.
Orang tua siswi yang ditegur karena tidak mengenakan jilbab, inisial L, menjelaskan kejadian bermula saat anaknya mewakili sekolah dalam audisi lomba menyanyi tingkat kabupaten tanggal 15 Juli. Audisi itu mewajibkan pengambilan video dengan kostum yang sudah disepakati pihak sekolah dan yang bersangkutan.
"Dari guru pembimbing, guru vokal dan siswa sepakat untuk mengenakan kostum nasional, yaitu batik lengan panjang, rok panjang tanpa jilbab dalam pengambilan video audisi menyanyi," kata L saat dihubungi wartawan, Rabu (3/8/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selanjutnya, sebelum take atau pengambilan video, terdapat waktu jeda sekitar 20 menit. Saat itu, kata L, anaknya mendapat tawaran apakah akan menunggu di lokasi pengambilan video atau menunggu di kelas.
"Karena anak saya tidak ingin ketinggalan pelajaran, akhirnya ikut kelas dulu. Tapi sampai kelas ada guru yang menegur (anaknya) karena tidak pakai jilbab," ucapnya.
Guru tersebut selanjutnya menanyakan alasan mengapa anaknya tidak mengenakan jilbab di dalam kelas. Mendapat pertanyaan tersebut, anaknya menjawab bahwa hanya bersifat sementara untuk keperluan pengambilan video.
"Sudah dijelaskan juga kalau keputusan tidak mengenakan jilbab ini hasil koordinasi dari guru pembimbing dan guru vokal. Tapi gurunya tetap bersikukuh kalau seharusnya tetap pakai jilbab saat take video," ucapnya.
L menyebut saat itu anaknya sama sekali tidak menyangkal atau menyela perkataan guru yang menegur.
"Bu guru ngendika (bicara) lagi, kalau kamu mau benci ibu silakan, anak menjawab langsung, tidak Bu, karena ibu berbicara seperti ini untuk kebaikan saya juga. Terus ibu guru bicara lagi, dengan mengutip ayat Al-Qur'an yang di situ ada larangan kalau wanita muslim tidak boleh melepas hijab," ujar L menirukan dialog antara anaknya dan guru tersebut.
Selanjutnya, pada tanggal 19 Juli anaknya malah diminta menghadap ke ruang kepala sekolah. Tidak hanya menghadap kepala sekolah, anaknya ternyata dihadapkan dengan guru matematika yang menegur soal jilbab, dan guru BK.
"Kok seperti itu? Anak saya yang masih SMP harus berhadapan dengan guru-guru yang lebih tua. Selain usia yang berbeda jauh, secara struktur juga berbeda, guru dan siswa," katanya.
Selengkapnya di halaman selanjutnya....
Oleh sebab itu, pada tanggal 20 Juli L mendatangi sekolah anaknya untuk melakukan klarifikasi.
"Kalau anak sudah baik (kondisinya), tidak terlalu tertekan. Anak mentalnya kuat, tapi kalau berhadapan dengan guru yang ketemu setiap hari juga nggak enak juga. Maka saya sebagai orang tua klarifikasi agar nyaman, anak dan guru tidak ada permasalahan. Akhirnya sekarang sudah berdamai dan saling mengerti," ujarnya.
Terpisah, Ketua Komisi D DPRD Bantul Suratman mengaku sudah mendatangi SMPN 1 Pandak siang tadi. Hasilnya pihak sekolah mengakui adanya kejadian tersebut dan meminta maaf.
"Dan di sana disampaikan bahwa memang betul ada kejadian tersebut. Pada intinya ada miskomunikasi. Dan antara orang tua, guru dan anaknya sudah menyelesaikan masalahnya," ujar Suratman yang Komisinya membidangi Pendidikan.
"Artinya hubungan guru dan anak sudah baik. Mental anak sudah baik, tidak ada tekanan," lanjutnya.
Sementara itu Kepala SMPN 1 Pandak, Wajiana, mengatakan kasus peneguran siswi karena tidak mengenakan jilbab di kelas hanya kesalahpahaman. Wajiana memastikan tidak aturan kewajiban bagi siswi di SMPN 1 Pandak untuk mengenakan jilbab, termasuk tidak ada sanksi bagi yang tidak mengenakan jilbab.
"Sudah selesai, dan itu hanya miskomunikasi dan orang tuanya juga sudah menyadari itu. Jadi kurang komunikasi dan kesalahpahaman saja," kata Wajiana.